GAYA HIDUP - Bekerja dan berlibur apa bisa dilakukan bersamaan? Rupanya ini sah-sah saja dilakukan. Orang menyebutnya dengan istilah workcation atau melakukan kegiatan kantor dari tempat wisata.
Selama pandemi Covid-19, sistem kerja hibridra dan jarak jauh mulai populer. Kini konsep tersebut banyak dilakukan permanen oleh berbagai jenis perusahaan.
Laporan yang diterbitkan oleh Stanford Institue for Economic Policy Research menunjukkan jumlah orang yang bekerja dari rumah meningkat lima kali lipat antara tahun 2019 dan 2023. Sekitar 40% karyawan AS saat ini bekerja dari jarak jauh setidaknya satu hari dalam seminggu.
“Berkat teknologi cloud, orang dapat bekerja di mana saja di dunia asalkan tersedia koneksi internet berkualitas tinggi. Tidak mengherankan jika semakin banyak orang yang menyukai ide untuk menggabungkan pekerjaan dengan perjalanan, baik untuk beberapa hari di akhir liburan, atau beberapa bulan sebagai pekerja nomaden digital,” kata Mark Dixon, pendiri dan CEO International Workplace Group seperti dikutip dari CNBC, Jumat (23/8).
Menurut laporan IWG, sebanyak 84% pekerja hibrida telah memperpanjang atau akan mempertimbangkan untuk memperpanjang liburan untuk bekerja jarak jauh, sementara 75% mengatakan kebebasan untuk dapat bekerja dari mana saja meningkatkan kepuasan kerja mereka.
Baca Juga: Daftar Makanan Khas Yunani yang Enak dan Wajib Dicoba
Laporan IWG membandingkan 30 kota di seluruh dunia dengan memberi peringkat pada skala 10 dalam kategori seperti iklim, budaya, akomodasi, transportasi, makanan, kebutuhan hidup (biaya secangkir kopi), kebahagiaan, kecepatan pita lebar, keberlanjutan, ketersediaan ruang kerja fleksibel.
Kali ini Budapest berhasil menduduki peringkat pertama sebagai kota workcation untuk pekerja jarak jauh dan hibrida, menurut International Workplace Group. Ibukota Hungaria ini menduduki puncak daftar tahun ini, dengan skor tinggi dalam kategori akomodasi (9,5/10), transportasi (9,5/10), keberlanjutan (8,5/10), dan kecepatan pita lebar (8/10).
Menurut laporan tersebut Budapest terkenal dengan arsitektur klasinya yang menarik 12 juta wisatawan internasional per tahun. Ditambah lagi lingkungannya semarak dan memiliki ruang hijau yang luas, menjadikannya pilihan ideal bagi para pekerja nomaden digital.
Sementara itu Barcelona yang menduduki puncak tahun lalu, kali ini harus puas turun ke posisi kedua. Ibukota Spanyol ini mendapat skor tinggi pada kategori transportasi (9/10), iklim (8,5/10), dan akomodasi (8,5/10), yang masing-masing mengukur biaya tiket transportasi bulanan, total jam sinar matahari per tahun, dan rata-rata sewa per bulan.
Barcelona banyak dipilih karena visa nomaden digitalnya, infrastruktur transportasi yang andal, biaya hidup yang relatif terjangkau, suasana yang semarak, arsitektur yang memukau, dan sinar matahari yang hampir sepanjang tahun.
Baca Juga: Barcelona Siap Melepas Ilkay Gundogan Secara Gratis
Selain kota dari benua biru, sejumlah kota di Asia juga masuk dalam daftar ini. Misalnya saja Beijing, Singapura, dan Jakarta masuk ke dalam 10 besar.
Beijing turun satu peringkat tahun ini ke posisi keempat.Sementara Singapura naik 14 peringkat dari tahun lalu di posisi 21 kini masuk ke posisi 7.
Menurut laporan tersebut, Singapira dinilai membanggakan karena memiliki bandara terbaik kedua di dunia, berfungsi sebagai "gerbang global ke Asia Tenggara," menjadikannya tujuan yang menarik bagi para pelancong. Singapura juga dinobatkan sebagai negara paling bahagia di Asia untuk tahun kedua berturut-turut, dan berada di jalur yang tepat untuk menawarkan cakupan 5G di seluruh pulau pada tahun 2025.
“Tren ini akan semakin cepat, dan kami akan terus melihat semakin banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan WFA untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja karyawan dan meningkatkan daya tarik mereka sebagai pemberi kerja,” kata Dixon.
Berikut adalah 10 kota 'workcation' terbaik di dunia untuk pekerja hibrida :
- Budapest
- Barcelona
- Rio de Janeiro
- Beijing
- Lisbon
- New York
- Singapura
- Jakarta
- LA
- Milan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News