Bulan depan musim libur panjang anak sekolah. Bagi yang belum punya rencana mau liburan keluarga ke mana, Lampung bisa menjadi pilihan Anda. Gerbang Pulau Sumatra dari Jawa ini tidak hanya menawarkan Taman Nasional Way Kambas yang menjadi habitat gajah Sumatra dan Anak Gunung Krakatau, lo.
Lampung juga punya objek wisata bahari nan indah lagi unik. Enggak kalah, deh, dibanding Bali atau Lombok. Jajaran pantai selatan di provinsi ini siap mempesona Anda. Teluk Kiluan, salah satunya.
Asyiknya, teluk yang terletak di Kabupaten Tanggamus ini tak cuma memiliki pantai yang sangat sedap dipandang mata, tapi juga menjadi habitat lumba-lumba hidung botol. “Berburu” mamalia laut ini saat sedang berenang bebas di laut lepas tentu menjadi aktivitas yang sangat seru dan cukup langka.
Tapi, perjalanan darat menuju Teluk Kiluan dari Bandarlampung yang jaraknya 80 kilometer (km) membutuhkan waktu dua setengah jam. Maklum, selepas Padang Cermin yang menjadi Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) sampai Teluk Kiluan sepanjang 32 km, jalanan penuh lubang menganga.
Dari ibukota Lampung, Anda bisa menyewa mobil dengan tarif mulai Rp 350.000 sampai Rp 450.000 sekali jalan, sudah termasuk sopir dan bahan bakar minyak (BBM).
Setelah perjalanan darat yang cukup melelahkan, begitu tiba di gapura bertuliskan “Selamat Datang di Teluk Kiluan” dengan dua patung lumba-lumba di kanan-kiri tiang, mata Anda bakal disegarkan oleh pemandangan teluk dengan air laut berkelir biru muda yang sungguh mempesona dari atas bukit.
Ya, menonton lumba-lumba menjadi alasan utama orang datang ke Teluk Kiluan. Tapi, tidak setiap saat Anda bisa melihat mamalia laut cerdas ini berenang ke permukaan laut. Waktu terbaik untuk melihat atraksi lumba-lumba di “alam liar” adalah bulan Juni dan Juli. “Saat itu angin timur bertiup, laut lebih tenang, lebih jernih, dan bersih,” kata Riko Stefanus, Ketua Yayasan Eko Wisata Cikal, yang menggagas Kawasan Ekowisata Teluk Kiluan.
“Perburuan” lumba-lumba biasanya dilakukan pagi hari dengan menggunakan jungkung alias perahu bercadik. Perahu kecil ini bisa Anda sewa dari nelayan setempat dengan tarif Rp 250.000 per perahu yang bisa muat dua atau tiga orang. Perahu dengan motor tempel ini kemudian akan berlayar menuju Samudra Hindia untuk mencari titik atawa spot lumba-lumba muncul ke permukaan.
Sayang, KONTAN yang “berburu” lumba-lumba Kiluan pertengahan April 2013 lalu harus gigit jari. Jangankan lumba-lumba, permukaan air laut yang jernih saja tidak ketemu lantaran sedang musim angin barat yang berembus kencang.
Laguna dan Batu Layar
Untung ada Pantai Laguna yang mengobati rasa kecewa KONTAN dengan keindahan dan keunikannya. Usai “berburu” lumba-lumba, perjalanan berlanjut ke pantai yang ada di balik bukit timur Teluk Kiluan. Untuk sampai ke sana, Anda harus melewati bukit yang disulap penduduk setempat menjadi kebun kopi dan cokelat. Jalannya cukup menanjak serta menurun dengan curam.
Sesuai namanya, pantai dengan tiket masuk Rp 3.000 per orang ini memiliki laguna atau kolam berair bening. Uniknya, laguna tersebut dikelilingi bebatuan tinggi dengan hempasan ombak ganas sebagai latar belakang.
Kalau mau, ceburkan saja badan Anda ke dalamnya sebab dasarnya tidak terlalu dalam. Cuma, dari pantai, jalan menuju laguna sedikit ekstrem karena harus menyusuri karang-karang yang cukup besar dan terjal.
Puas bermain air di Pantai Laguna, Anda jangan langsung meninggalkan Teluk Kiluan. Saran saja, sebaiknya Anda menginap satu malam karena masih ada satu pantai yang wajib Anda datangi. Anda bisa menyewa cottage milik penduduk, bertarif Rp 350.000 sampai Rp 450.000 semalam.
Serunya, tiap cottage yang terletak persisi di bibir pantai punya dermaga kecil dari kayu yang menjorok ke laut. Anda bisa duduk-duduk sembari menikmati embusan angin laut. Penerangan di malam hari juga sudah memakai listrik. “Baru sebulan listrik PLN masuk ke sini,” kata Solihin, pemilik cottage.
Tak perlu cemas soal makanan. Anda bisa sekaligus memesan makan ke pemilik cottage seharga Rp 15.000 per orang sekali makan dengan menu khas hasil laut dimasak pedas.
Esok hari, perjalanan selanjutnya ke Pantai Batu Layar. Cuma, untuk menuju pantai yang terletak di daerah Pegadungan ini perlu perjuangan ekstra. Anda perlu menumpang ojek sepeda motor dengan tarif Rp 120.000 per orang pergi pulang.
Kok, mahal? Maklum, jarak ke Pantai Pantai Batu Layar lumayan jauh dengan medan yang cukup berat. Bukan hanya berupa jalan berbatu dan menanjak, tapi juga harus menerabas sungai yang arusnya lumayan deras. Di situ Anda akan diminta turun dan menyeberang kali berair sejuk dengan berjalan kaki.
Setelah melalui perjalanan lumayan ekstrem selama kurang lebih satu setengah jam, sampailah di Pantai Batu Layar. Eh, Anda belum betul-betul sampai di pantai, lo. Anda masih harus berjalan kaki melewati rerimbunan pohon bambu kemudian jalan bebatu bercampur cangkang kerang.
Segala kelelahan terbayar lunas ketika Anda menjejakkan kaki di pasir Pantai Batu Layar. Pemandangan menakjubkan menyambut Anda. Bebatuan vulkanik dari letusan Gunung Krakatau berjenis basalt seolah menyembul dari dalam laut. Batu-batu itu mirip layar kapal phinisi yang berjajar.
Lantaran jarak tempuh yang jauh dan lokasi yang cukup tersembunyi, jarang pelancong menyambangi Pantai Batu Layar sekalipun tak ada ongkos yang harus dibayar untuk memasuki area ini. Karena itu, kondisi pantai ini masih alami, nyaris tak ada sampah. Benar-benar indah, bak surga tersembunyi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News