TikTok masih jadi tren media sosial utama di tahun depan

Minggu, 24 Oktober 2021 | 15:22 WIB   Reporter: Yudho Winarto
TikTok masih jadi tren media sosial utama di tahun depan

ILUSTRASI. Aplikasi media sosialFacebook, TikTok, Twitter, YouTube and Instagram


MEDIA SOSIAL - JAKARTA. Talkwalker, perusahaan consumer intelligence dan HubSpot, platform customer relationship management (CSR) merilis Laporan Tren Media Sosial terbaru secara global.

Laporan ini menunjukkan sejumlah temuan menarik yang perlu diperhatikan oleh merek (brand) di tahun depan karena tren media sosial akan ditopang oleh konsumen.

Pandemi telah mempercepat era konsumen, dan agar mampu bertahan, merek perlu mengantisipasi dan merespon permintaan konsumen, karena sekarang konsumen yang memegang kendali.

Situasi global saat ini menantang sekaligus menawarkan peluang bagi perusahaan tertentu untuk maju. Tren teratas dan wawasan konsumen dalam laporan ini akan membantu pemasar dan merek global terkenal merencanakan strategi yang sukses pada 2022.      

Baca Juga: Transaksi e-commerce melampaui Rp 266 triliun, Kemenperin gencaarkan e-Smart IKM

Tren Utama:

  • Bagaimana TikTok mengambil alih media sosial, dan membuat platform lainnya beradaptasi?
  • Mengapa inklusivitas merek akan sangat penting bagi brand?
  • Konten pasca pandemi akan menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Tren penting lainnya pada tahun 2022 adalah metaverse – suatu penggabungan dunia fisik, augmented dan virtual. Dipimpin oleh industri gaming, metaverse meraih momentumnya di tengah realitas baru yang terbatas dalam hal interaksi tatap muka langsung.

Seperti banyak tren lain yang akan menentukan arah tren pada 2022, munculnya realitas virtual dipelopori oleh generasi muda.

Tren yang sedang berkembang ini merupakan bukti bahwa pengalaman offline dan online pelan-pelan menyatu, menciptakan lebih banyak peluang bagi brand.      

Baca Juga: Inilah 5 alasan mengapa Anda sebaiknya harus menunda update Windows 11 saat ini

Elena Melnikova, CMO Talkwalker mengatakan, konsumen telah mengambil kendali, dengan lebih banyak permintaan, urgensi dan ketidakpastian.

“Konsumen mengendalikan tren tahun ini, tapi kita memberikan brand kekuatan untuk mengambil alih. Dengan menyingkap tren 2022 menggunakan consumer intelligence yang terakselerasi dan berbagai langkah inspiratif, Talkwalker memungkinkan brand untuk mendorong nilai bisnis tahun depan dan selanjutnya,” kata Elena dalam keterangan persnya, Sabtu (23/10).

Sementara, Susanne Ronqvist Ahmadi, VP of International Marketing HubSpot menambahkan, gejolak peristiwa dalam 18 bulan terakhir telah menciptakan ketidakpastian yang meluas bagi para pemasar di seluruh industri.

“Walaupun kita mulai melihat ada tanda perbaikan dengan beberapa merek besar menunjukkan pemulihan dari dampak pandemi, mengetahui tren untuk menentukan tahun mendatang adalah salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan oleh para pemimpin pemasaran untuk menghadapi ketidakpastian yang sedang berlangsung dan menyiapkan kesuksesan tim di tahun 2022,” jelasnya.

Baca Juga: Mudah download video TikTok tanpa watermark dan tanpa aplikasi pakai 3 cara ini

Berikut analisa dari beberapa pakar regional:

Popularitas Tiktok terus menanjak secara global, termasuk di Indonesia. Didukung oleh sistem personalisasi konten canggih, TikTok dapat membantu merek meraih eksposur, terhubung dan berinteraksi dengan audiens yang berkualitas.

Cassandra Tan, Head of Insights & Analytics Universal Music Group, Southeast Asia & Korea menjelaskan bahwa TikTok mengakibatkan terjadi perubahan dari menikmati ke kreasi. Tidak ada “formula” dalam membuat posting¬¬-an “yang tepat”.

Sebagai platform yang mengedepankan keberagaman, TikTok mendorong penggunanya untuk menampilkan citra mereka sendiri tanpa berpikir terlalu banyak tentang memenuhi standar tertentu. Siapa pun bisa menjadi kreator atau trendsetter.

“Dengan demokratisasi ini, konten menjadi lebih hiperlokal dan berkembang menjadi ‘receh’, seperti kata orang Indonesia, yakni konten yang lucu dan ringan,” ujar Cassandra.

Baca Juga: Facebook tolak tuduhan monopoli

Laporan ini juga menyoroti pentingnya inklusivitas merek. Perusahaan tidak dapat lagi menciptakan produk maupun layanan mereka, lalu tidak terlibat pada topik yang penting bagi audiens mereka.

 “Tanggung jawab. Platform akan mengakui dan menangani masalah seputar konten dan kasus di tengah pengetatan regulasi. Merek perlu meninggalkan 'target pemasaran' untuk menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan hal yang benar dan bertanggung jawab dengan pengguna dan karyawan mereka,” kata Samit Malkani, Head of Brand & Creative Marketing, SEA & India, Google.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto
Terbaru