CLOSE [X]

Waspadai penyakit pada hewan kesayangan Anda

Rabu, 29 Februari 2012 | 09:49 WIB   Reporter: Dian Pitaloka Saraswati, Raymond Reynaldi
Waspadai penyakit pada hewan kesayangan Anda

ILUSTRASI. Xiaomi Redmi Note 10 Pro


Sejak dulu kala, manusia selalu memperlakukan hewan secara kontradiktif. Di satu sisi, beberapa jenis makhluk ini dijadikan hewan ternak untuk dikonsumsi dan menghasilkan uang. Di sisi lain, ada juga yang dijadikan hewan peliharaan yang disayang-sayang, bak anggota keluarga.

Namun, kedekatan yang terlalu intim membuat hewan berpotensi menularkan penyakit ke tubuh manusia. Aneka macam penyakit yang bersumber dari hewan ini disebut zoonosis. Jadi, kita perlu mewaspadai bahaya tersebut sembari tidak menurunkan kadar sayang ke hewan peliharaan.

Avian influenza atau flu burung, misalnya, adalah zoonosis yang kembali marak menimpa masyarakat belakangan ini. Penyakit yang dibawa virus ini akibat kontak langsung manusia dengan unggas yang terjangkit flu.

Menurut Denny Widaya Lukman, dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, mengatakan, penularan zoonosis umumnya karena beberapa hewan memiliki reseptor sama dengan manusia. Dua makhluk ciptaan Tuhan ini juga memiliki beberapa persamaan fisiologis, sehingga potensi penularan lebih besar.

Denny bilang, Organisasi kesehatan dunia (WHO) pernah mengungkapkan data bahwa 70% penyakit baru yang menyerang manusia dalam dua dua dekade terakhir bersumber dari hewan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di California, Amerika Serikat, menemukan bahwa 61% dari 1.415 patogen yang bisa mempengaruhi manusia ditransfer dari hewan. Riset Bruno B.

Chomel dan Ben Sun itu menyimpulkan kedekatan manusia dengan hewan peliharaan memperbesar risiko penularan zoonosis. Apalagi, sebanyak 14% sampai 62% manusia saat ini tidur bersama hewan peliharaan.

Meski memberikan banyak manfaat bagi manusia, hewan juga membawa bakteri, virus, dan kuman yang bisa mengancam kesehatan tuannya. Ketika seseorang tidur dengan anjing dan kakinya yang terluka dijilat hewan peliharaan itu, kondisi ini berpotensi menimbulkan radang selaput pelindung sistem saraf pusat.

Waspadai bibit penyakit yang tidak terlihat

Penularan zoonosis ke manusia dalam tiga bentuk. Pertama, penularan langsung dari hewan ke manusia ketika si hewan terjangkit suatu penyakit. Contohnya, penyakit rabies. Secara klinis, menurut Heru Setijanto, Sekretaris Jenderal Persatuan Dokter Hewan Indonesia, tidak semua hewan yang terkena rabies itu terlihat secara fisik. "Setelah dia menggigit hewan atau manusia, baru ketahuan," katanya.

Kedua, penularan bersumber dari produk hewan yang dikonsumsi oleh manusia, seperti daging, telur, dan susu.

Ketiga, zoonosis disebarkan hewan meski makhluk tersebut tidak terjangkit penyakit alias hewan hanya jadi media perantara. "Penyakit zoonosis ini tidak semua terlihat secara fisik baik di manusia atau di hewan," kata Heru.

Contohnya, toksoplasma yang ditularkan oleh kucing. Hewan peliharaan ini tidak memiliki tanda-tanda fisik atau klinis membawa toksoplasma dalam fesesnya. Penderita pun tidak merasakan akibatnya secara langsung, misalnya sakit atau demam.

Sementara salah satu zoonosis yang sering menimpa manusia adalah keracunan makanan akibat mengonsumsi produk hewan. Misalnya, keracunan mengonsumsi daging mentah.
Lain lagi dengan penyakit leptospirosis yang dibawa tikus. Ginjal pada tikus dihinggapi bakteri leptospira yang akan mengelola urine yang terkontaminasi leptospira. Air seni ini jika tercampur dengan air dan masuk ke tubuh manusia menimbulkan penyakit leptospirosis.

Heru Setijanto menilai, maraknya penularan penyakit hewan akibat ulah manusia sendiri terkait. Yakni, pemanfaatan lahan pertanian yang semakin meluas, faktor demografi, dan perubahan sosial. Masalahnya, kebanyakan zoonosis yang berkembang saat ini berkategori A. Jadi, penyakit itu mudah menular ke manusia dan ditularkan antarmanusia dengan tingkat sakit yang tinggi.

Solusinya, lanjut Heru, hewan bisa hidup berdampingan dengan manusia. Tapi kesehatan dan kebersihannya harus terjaga agar tidak membawa biang penyakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru