Bandara pun bisa menjadi tempat nongkrong

Senin, 30 Mei 2016 | 07:36 WIB   Reporter: RR Putri Werdiningsih
Bandara pun bisa menjadi tempat nongkrong


JAMBI. Mungkin tak pernah terpikir menjadikan bandara sebagai tempat nongkrong para remaja. Sebentar lagi konsep ini akan segera terwujud di Bandara Internasional Sultan Thaha, Jambi. Lokasinya yang hanya 5 km dari pusat kota, membuat pihak pengelola berniat untuk merombaknya menjadi tujuan tempat hiburan baru.

Rencana ini tengah dipersiapkan oleh perusahaan pelat merah PT Angkasa Pura II. Pengelola bandara di kawasan barat Indonesia sengaja memilih Sultan Thaha sebagai bandara pertama sebelum akhirnya langkah ini juga dilakukan pada 12 bandara lainnya. Harapannya strategi ini bisa menjadi bisa menjadi sumber pendapatan lain sehingga memperbaiki kinerja yang masih merugi.

"Kami targetkan keluar dari zona nyaman untuk menggali sumber pendapatan yang lain. Kami melihat masih banyak potensi yang bisa dikembangkan," beber Andra Y. Agussalam, Direktur Keuangan PT Angkasa Pura II saat meninjau Bandara Internasional Sultan Thaha beberapa waktu lalu.

Apalagi saat ini pemasukan non aero perusahaan masih berada pada kisaran 40%. Jika melongok ke bandara-bandara di luar negeri, kata Andra di negeri seberang porsi tersebut sudah mendominasi hingga 60%. Baginya ini merupakan peluang yang tepat untuk menyeimbangkan antara pendapatan aero dan non aero.

Lantas bagaimana cara yang akan ditempuhnya? Achmad Syahir, GM Bandara Internasional Sultan Thaha mengaku sudah menyiapkan rencana pembangunan area makan (food court) yang dilengkapi dengan hiburan musik.

Walaupun berada di area bandara, tetapi mantan Manager Humas PT Angkasa Pura II itu memastikan area komersial barunya tidak akan mengganggu penerbangan dari dan ke Bandara Internasional Sultan Thaha.

Ia sudah menyiapkan lokasi yang berdekatan dengan area parkir. "Ini sama sekali tidak mengganggu aktivitas terminal, jadi untuk di terminal sendiri sudah tidak ada pengembangan lagi," tegasnya.

Menurutnya pemilihan lokasi di luar terminal ini tidak akan mengganggu unsur keamanan penerbangan, tetapi ini justru memberi akses masuk yang lebih mudah pada masyarakat yang hanya ingin sekadar berwisata kuliner sambil menikmati musik.

Kalaupun sekarang ini sudah terdapat area komersial di dalam terminal, Achmad memastikan pengembangannya hanya akan dilakukan sampai 18% dari kapasitas yang ada. Baginya tingkat kenyamanan di dalam terminal harus tetap dijaga.

Meski nantinya akan terdapat dua area komersial di Bandara Sultan Thaha, tetapi pengisi untuk area komersial yang kelak menjadi tempat nongkrong para remaja ini dipastikan berbeda. Kalau area komersial di dalam bandara sekarang banyak diisi oleh mitra dengan segmen pasar menengah atas, maka food court akan menyasar segmen lebih rendah sehingga bisa mengakomodir kebutuhan warga untuk mencari hiburan.

"Kalau di sana kami maunya bukan toko pakaian seperti di dalam terminal, tetapi konsep kedepannya kerja sama dengan UKM yang menawarkan kerajinan lokal. Jadi kalau gak sempat mencari kerajinnan lokal bisa ke sana," paparnya.

Tempat hiburan baru bagi warga Jambi ini akan mulai kembangkan awal tahun 2017. Pengembangan tersebut akan dilakukan setelah pembangunan area parkir tahap II selesai akhir tahun 2016. Sekarang perseroan sedang dalam proses penimbunan tanah untuk membuat area parkir yang bisa menampung sebanyak 330 unit kendaraan roda 2 dan 500 unit kendaraan roda 4.

Secara finansial sendiri, jika konsep ini berhasil di realisasi diharapkan komposisi pendapatan aero dan pendapatan non aero di bandara internasional Sultan Thaha bisa seimbang sekitar 50 : 50. Sembari menunggu itu terwujud, di tahun 2016 ini Angkasa Pura II menargetkan operasional bandara bisa mencapai break event point (BEP) atau tidak lagi merugi) dan mencatatkan ebitda positif. Sampai kuartal I, bandara Jambi itu sudah berhasil mencatatkan pemasukan sekitar 13,7 miliar atau 37% dari target RKAP sebesar Rp 37 miliar.

Sekadar mengingatkan, terminal baru Bandara Sultan Thaha mulai beroperasi perdana pada 27 Desember 2015. Bangunan baru yang mengusung konsep modern sekaligus etnik ini melayani 5 maskapai penerbangan berjadwal dan 1 maskapai penerbangan tidak berjadwal. Maskapai dimaksud adalah Garuda Indonesia, Lion Air, Wings Air, Citilink, Nam Air dan Susi Air. Dalam sehari ada 23 kedatangan dan 23 keberangkatan yang dilayani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru