Lirik peluang waralaba potensial di IFRA 2017

Jumat, 19 Mei 2017 | 20:45 WIB   Reporter: Nisa Dwiresya Putri
Lirik peluang waralaba potensial di IFRA 2017


JAKARTA. Sebanyak 150 perusahaan meramaikan International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2017. Bertempat di Jakarta Convention Center (JCC), para calon wirausahawan dapat berkunjung hingga 21 Mei mendatang. Pengunjung dapat pilah-pilih tawaran kemitraan dari lebih sepuluh sektor usaha waralaba lokal dan asing.

Mulai Jumat (19/5) perhelatan IFRA resmi dibuka. Opening ceremony acara tahunan yang ke-15 ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Tjahya Widayanti, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta, serta Ketua Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar selaku penyelenggara.

Mengusung tema "Take A Chance To Become An Enterpreneur", IFRA digelar dalam rangka mensosialisasikan pola bisnis waralaba kepada masyarakat luas. Selain itu, juga mendorong pelaku usaha waralaba lokal untuk mulai penetrasi ke luar negeri. "Kita juga adakan road show untuk perkenalkan pola waralaba seperti ke Batam, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta," ujar Anang.

Menghadirkan 150 perusahaan dengan 350 merek waralaba, IFRA juga mendatangkan pelaku usaha asing seperti dari Filipina, Singapura, dan Hong Kong. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM bilang, banyak sekali peluang yang bisa dikembangkan jadi franchise. Antara lain warung makan, pengiriman barang, sektor pendidikan, dan binatu. "Bahkan usaha laundry itu sudah sampai desa. Ada satu desa yang punya 5 outlet laundry," tutur Wayan.

Sementara itu, Anang merinci, setidaknya ada 10 sektor waralaba yang kini ramai di Indonesia. Sepuluh sektor tersebut antara lain kuliner, edukasi, retail dan perdagangan umum, salon dan spa, cleaning service dan binatu, kurir pengiriman, pertanian atau agribisnis, perbengkelan, perhotelan, dan properti. Dari sepuluh sektor tersebut, kuliner masih mendominasi. "Lebih dari 50% waralab itu ada di sektor makanan dan minuman," tutur Anang.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Tjahya Widayanti, justru tertarik pada sektor Agri. Pasalnya, sektor ini ia anggap dapat berperan penting dalam stabilisasi harga pangan. "Jika Indonesia sudah mewujudkan waralaba di sektor agri, harapannya tidak ada lagi masalah kekurangan stok sehingga harga naik," tutur Tjahya.

Saat ini, menurut Tjahya peran waralaba dalam stabilisasi harga pangan sudah terlihat dalam sektor retail. Sebagaimana disepakati Kemendag bersama Aprindo, telah ditetapkan bahwa harga eceran tertinggi untuk pangan pokok gula pasir sebesar Rp 12.500, minyak goreng kemasan sederhana Rp 11.000, dan minyak goreng beku Rp 80.000.

“Jadi yang diminta jual dengan harga itu salah satunya seperti Alfamart dan Indomaret. Ini manfaat waralaba minimarket yang dapat kita manfaatkan untuk bantu masyarakat mendapatkan harga wajar,” tutur Tjahya.

Selain sepuluh sektor yang disebutkan di atas, masih ada sektor waralaba lain yang bisa dilirik. Anang bilang, secara internasional setidaknya ada 1000 sektor bisnis waralaba. Beberapa yang juga hadir di IFRA 2017 adalah sektor barbershop, business start up, food truck, tour & travel, dan sektor lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru