Perang Topat, jendela wisata budaya Lombok

Senin, 04 Desember 2017 | 11:02 WIB   Reporter: Jane Aprilyani
Perang Topat, jendela wisata budaya Lombok


INDUSTRI PARIWISATA - JAKARTA. Ada peperangan di Pura Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu (3/12) sore. Jangan salah sangka dulu, peperangan itu bukan suatu kericuhan. Tidak ada senjata tajam, amunisinya juga bukan dari peluru. Melainkan dengan ketupat, peperangan itu merupakan suatu atraksi budaya tahunan.

Ribuan masyarakat tumpah ruah, begitu juga dengan ratusan wisatawan mancanegara yang menggunakan pakaian adat yang datang ke Pura Lingsar. Para umat Islam dan Hindu dari sejumlah wilayah di Lombok Barat datang memenuhi area pura untuk berperang. Perang yang dikenal dengan sebutan Perang Topat merupakan tradisi yang berlangsung turun-temurun dan masih terjaga hingga kini.

Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin mengatakan, perang topat merupakan tradisi budaya yang harus dilestarikan. "Ini event budaya yang terus kita lestarikan dan kembangkan," kata Amin dalam keterangan pers, Senin (4/12).

Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, Ispan Junaidi mengatakan, Perang Topat ini merupakan prosesi religi dan budaya, yang kita kemas menjadi atarksi wisata. Festival ini pun menjadi salah satu calender of event di Lombok Barat yang bisa dikenal lagi hingga dunia.

“Perang Topat ini tidak ada rasa menang dan kalah. Atraksi ini kita pertahankan sebagai salah satu bentuk toleransi beragama yang dicanangkan presiden. Tidak ada perpecahan antara umat Hindu dan umat Islam. Akhirnya nanti, akan timbul simbol-simbol perdamaian di festival ini, sehingga diharapkan menjadi destinasi kelas dunia,” harap Ispan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini

Terbaru