6 Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo, Ada Fort Rotterdam dan Makam Sultan Hasanuddin

Rabu, 27 Juli 2022 | 14:17 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
6 Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo, Ada Fort Rotterdam dan Makam Sultan Hasanuddin

ILUSTRASI. Ilustrasi Fort Rotterdam salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. KONTAN/Fransiskus Simbolon


SEJARAH - Jakarta Artikel ini membahas mengenai peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan Gowa-Tallo awalnya adalah dua kerajaan yang berbeda yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. 

Dirangkum dari buku "Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI IPA" karangan A. Ferry T. Indratno, H. Purwanta, Ignaz Kingkin Teja Angkasa, dan J. Sumardianta, Penerbit Grasindo, Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya bersatu menjadi Kerajaan Gowa-Tallo yang pusatnya di Sombaopu (Makassar). 

Letak Sombaopu yang strategis membuat pedagang Maluku suka singgah dan berdagang di Kerajaan Gowa-Tallo. Hal itu membuat Sombaopu menjadi penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku.  

Puncak kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo dicapai pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Selain itu, ada sejumlah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang bisa menjadi bukti kebesaran kerajaan tersebut. 

Lantas, apa saja peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo?

Baca Juga: Kerajaan Islam Pertama di Indonesia adalah Perlak: Silsilah Raja dan Bukti Sejarah

Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, berikut adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang masih ada hingga sekarang: 

1. Benteng Rotterdam

Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam adalah salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Fort Rotterdam awalnya bernama Benteng Jumpandang dan mulai digunakan pada 1545. 

Pembangunan Fort Rotterdam dibangun oleh Raja Gowa X yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung dengan gelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada awalnya benteng ini berbentuk segi empat seperti halnya benteng gaya Portugis dengan bahan dasar campuran batu dan bata.

Pada tanggal 9 Agustus 1634, Raja Gowa XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia atau Sultan Alauddin) membuat tembok dengan batu padas hitam yang didatangkan dari daerah Gowa, batu karang, dan bata menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat. Pada tahun berikutnya, dibangun lagi tembok kedua di dekat pintu gerbang.

Pada 1655 hingga 1669, Benteng Jumpandang rusak akibat serbuan VOC di bawah pimpinan Admiral Cornelis Janszoon Speelman. Saat itu Kerajaan Gowa dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin. 

Baca Juga: Siapa Nama Tokoh yang Terkenal dari Kerajaan Islam Gowa Tallo? Ada Sultan Hassanudin

Akibat serangan ini Kerajaan Gowa mengalami kekalahan. Kemudian, pada 18 November 1667 Raja Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang menyebabkan Benteng Jumpandang harus diserahkan kepada VOC. 

Nama Benteng Jumpandang kemudian diganti dengan Fort Rotterdam, sesuai kota kelahiran Speelman di Belanda. Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian hancur dengan gaya arsitektur Belanda.

Pada 1970, Benteng Rotterdam dipugar oleh Pemerintah Indonesia dan difungsikan sebagai perkantoran. Salah satu gedung di dalam kompleks benteng difungsikan menjadi Museum Provinsi Sulawesi Selatan bernama La Galigo. 

Kemudian pada 27 April 1977, kantor Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Wilayah IV ditempatkan di benteng ini. Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM.59/PW.007 Benteng Rotterdam ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya pada tanggal 22 Juni 2010./MKP/2010.

Baca Juga: 10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Ada Candi dan Prasasti yang Ditemukan di Thailand

2. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu juga salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Benteng Somba Opu terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. 

Pada masa kejayaan kerajaan Gowa-Tallo, benteng ini memiliki bandar yang berfungsi sebagai pusat perdagangan bangsa-bangsa Asia dan Eropa. Namun pada 1669, benteng ini berhasil direbut VOC dan dihancurkan. 

Beratus-ratus tahun, benteng ini terendam air laut. Para ahli pada 1980-an menemukan benteng ini kembali. Lalu pada 1990-an direkonstruksi. Kini benteng ini terus direnovasi untuk mengembalikan ke bentuk semula, sekaligus menjadi museum kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo.

Baca Juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim?

3. Istana Balla Lompoa 

Istana Balla Lompoa adalah salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Dikutip dari Kompas.com (28/4), Istana Balla Lompoa adalah rumah Sultan Gowa yang juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan.

Bangunan Istana Balla Lompoa dibangun oleh Raja I Mengimingi Daeng Matutu pada 1936. Saat ini, Istana Balla Lompoa berada di Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

4. Masjid Katangka 

Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo lainnya adalah Masjid Katangka atau Masjid Al-Hilal. Mesjid ini merupakan masjid tertua di Sulawesi Selatan yang berlokasi di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. 

Masjid Katangka dibangun pada 1603. Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa masjid ini didirikan pada awal abad ke-18. Dulunya, masjid ini sempat digunakan oleh Kerajaan Gowa-Tallo sebagai benteng pertahanan ketika melawan penjajah.

Baca Juga: ​Tari Piring Berasal dari Sumatera Barat: Ini Makna Gerakan, Properti, dan Sejarahnya

5. Istana Tamalate 

Istana Tamalate adalah salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Istana Tamalate merupakan istana pertama dari Kerajaan Gowa-Tallo, sebelum dipindahkan ke dalam Benteng Somba Opu.

Istana ini dibangun oleh Nimfa Surgawi Tumanurunga pada awal abad ke-14. Namun, saat ini, bangunan yang ada merupakan sebuah replika, karena bangunan aslinya sudah punah.

6. Kompleks Pemakaman Raja-raja Gowa

Selanjutnya, salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo adalah kompleks pemakaman raja-raja Gowa. Kompleks pemakaman ini adalah situs pemakaman raja kesultanan Gowa. Kompleks pemakaman raja-raja Gowa terletak di area halaman Masjid Katangka yang terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Nama Katangka dalam bahasa Makassar Tangkasa berarti sebuah kampung suci. Dirangkum dari laman Indonesia Kaya, di kompleks pemakaman ini terdapat makam Raja Hasanuddin yang wafat di usia 41 tahun yakni pada 1670. 

Baca Juga: ​Begini sejarah singkat kelahiran Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

Selain makam Hasanuddin, di komplek makam ini juga terdapat makam-makam Raja Gowa lainnya, salah satunya makam Sultan Alauddin, Raja yang mengembangkan agama Islam pertama di Kerajaan Gowa. Di sekitar makam ini juga terdapat sebuah mesjid kuno yang dibangun pada tahun 1630.

Tercatat ada 71 buah makam kuno dengan 112 nisan yang 76 buah di antaranya berbentuk pipih, 31 nisan berbentuk silindris dan 4 buah lainnya berbentuk balok polos.

Demikian penjelasan mengenai peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru