Awal musim hujan mundur, benarkah terkait perubahan iklim?

Senin, 02 Desember 2019 | 18:46 WIB Sumber: Kompas.com
Awal musim hujan mundur, benarkah terkait perubahan iklim?

ILUSTRASI. Ilustrasi hujan


PRAKIRAAN CUACA - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan, kedatangan awal musim hujan akan mengalami kemunduran di sebagian besar wilayah Indonesia. 

Sebagian wilayah pulau Jawa akan memasuki musim hujan pada Dasarian I (10 hari pertama) dan Dasarian II (10 hari kedua) bulan Desember. Beberapa pembaca Kompas.com berspekulasi, ini ada hubungannya dengan perubahan iklim. Benarkah hal tersebut? 

Baca Juga: Filipina diterjang badai Kemmuri, sejumlah pertandingan SEA Games ditunda

Adi Ripaldi, Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG mengatakan, penelusuran sejauh ini belum mengerucut perubahan iklim sebagai penyebab mundurnya musim hujan. "Assesment kita (BMKG) belum mengerucut bahwa perubahan iklim sebagai penyebabnya," kata Adi dihubungi Kompas.com, Senin (2/12). 

Meski belum diketahui apakah perubahan iklim punya andil dalam hal ini, Adi mengatakan, tren selama 10 tahun terakhir menunjukkan pergeseran untuk awal musim hujan di Indonesia. 

Dia memberi contoh, yang semula awal musim hujan berada di bulan Oktober bergeser ke November, kemudian dari November menjadi Desember. Ini seperti kemunduran awal musim hujan yang terjadi tahun ini.

"Kecuali ada gangguan fenomena iklim skala luas yang kuat seperti La Nina, maka awal musim hujan kita justru akan hadir lebih awal atau maju," terang Adi. 

Baca Juga: BMKG: Hari ini hujan lebat berpotensi terjadi di Jakarta dan 17 provinsi lain

Tren pergeseran musim tak hanya terjadi pada masuknya awal musim hujan. Pergeseran juga berlaku untuk awal musim kemarau. "Secara tren, musim kemarau juga mengalami shifthing atau bergeser menjadi lebih maju atau awal. Apalagi pada saat ada gangguan el nino seperti tahun 2015 dan 2019," ungkap Adi. 

Untuk diketahui, El Nino merupakan fenomena perubahan iklim yang diakibatkan oleh memanasnya suhu di permukaan air laut Pasifik bagian timur. Tanda-tanda terjadinya El Nino dapat dilihat secara kasat mata. 

Sementara La Nina merupakan kondisi di mana suhu permukaan air laut di kawasan lautan Pasifik mengalami penurunan. Berbeda halnya dengan El Nino, La Nina ini tidak bisa dilihat secara fisik. 

Mundurnya awal musim hujan 2019 ini disebabkan oleh kondisi dinamika atmosfer. Faktor utamanya adalah menguatnya gangguan Dipole Mode Positif di Samudera Hindia, anomali suhu muka laut yang dingin di perairan Indonesia, serta angin musim yang terlambat datang. 

"Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan laut hingga akhir November, masih kuatnya gangguan Dipole Mode di Barat Daya Sumatera dan masih dinginnya laut sekitar Indonesia menyebabkan pergantian angin musim atau Monsun kita terlambat," jelas Adi. 

Baca Juga: Bekasi, Depok, dan Bogor berpeluang hujan lebat hari ini

"Hal ini mengindikasikan awal musim hujan di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa datangnya terlambat," imbuhnya. 

Adi mengatakan, sekitar 74 persen wilayah Indonesia akan mengalami keterlambatan musim hujan 2019 karena peristiwa tersebut. Beberapa daerah yang musim hujannya mundur sebagian besar ada di selatan Indonesia. 

Umumnya bagian selatan Sumatera, Bali, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, dan bagian selatan Kalimantan, yaitu tipe daerah yang tipe hujan monsunal. (Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Awal Musim Hujan Mundur, Benarkah Terkait Perubahan Iklim?"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Tendi Mahadi
Terbaru