BISNIS KLUB SEPAKBOLA - JAKARTA. Grup Djarum semakin serius memoles bisnis sepakbola. Mereka ingin membesarkan FC Como 1907, klub sepakbola Italia yang diakuisisi sejak tahun 2019 dengan nilai transaksi kurang dari Rp 10 miliar. Djarum membeli Como pada April 2019 melalui anak usahanya, SENT Entertainment yang berbasis di Inggris.
Saat Grup Djarum mengambil alih Como pada 2019, kondisi finansial klub ini sudah "berdarah-darah" dan nyaris bangkrut. Di ajang kompetisi sepakbola Negeri Pizza itu, Como pun terseok-seok di kasta Serie D Liga Italia.
Baca Juga: Kasus Covid-19 10 Februari 2022 Menggila, Timnas Indonesia Batal Ikut Piala AFF U23
Kini, setelah Grup Djarum masuk dan memolesnya, Como bangkit dan mulai berlaga di Serie B Liga Italia.
"Nilai akuisisi Como saat itu [2019] kurang dari Rp 10 miliar," ungkap Mirwan Suwarso, Official Representative Como 1907, dalam diskusi bertajuk Understanding Football Club's Business Model yang digagas Sandler Training, Jumat (11/2) pekan lalu.
Saat ini valuasi Como 1907 sudah melesat menjadi hampir 30 juta euro yang setara Rp 488,43 miliar (kurs Rp 16.281 per euro). Saat diakuisisi, valuasi Como 1907 kurang dari 1 juta euro.
Grup Djarum menerapkan sejumlah strategi dalam mengelola dan membesarkan Como 1907. Mirwan bilang, mereka menerapkan secara ketat pengelolaan klub, yakni memisahkan urusan sepakbola (teknis) dan non-sepakbola (bisnis).
Baca Juga: CVC Capital Partners Berencana IPO di Bursa London
Terkait urusan sepakbola, Grup Djarum menunjuk Dennis Wise, legenda Chelsea, sebagai CEO Como 1907. Untuk mengembangkan pemain yang berkualitas, Como 1907 berencana membangun akademi sepakbola dengan melakukan pembinaan pemain junior.
Agar bisa bersaing dengan akademi sepakbola besar lainnya di Italia, Como 1907 menawarkan value yang menarik. Como juga memprioritaskan pendidikan dan pembinaan untuk karier pasca sepakbola. Dari situ, mereka mulai berhasil merekrut beberapa pemain muda berbakat. "Saya lihat tahun ini ada empat pemain, salah satunya adalah putra dari Direktur Akademi Sepakbola Inter Milan. Dia mengirim anaknya ke Como, bukan hanya menghindari nepotisme, tapi dia benar-benar percaya value yang kami tawarkan," ucap Mirwan.
Intinya, Como tidak ingin membeli pemain tanpa mencetak prestasi bagus. "Jadi kami membeli pemain muda yang nilai jualnya bisa tumbuh selama bergabung di Como, kita harus ambil pemain yang punya potensi dan valuenya akan naik," tutur Mirwan.
Tim komersial juga tidak mencampuri urusan teknis seperti pembelian dan transfer pemain. "Bahkan saya di tim komersial sekaligus perwakilan pemegang saham, juga tidak akan mengomentari hasil pertandingan," ungkap Mirwan.
Baca Juga: Daftar Pemain Persebaya dengan Followers Terbanyak di Instagram, Ada Ernando Ari
Di dunia sepakbola, komponen utamanya adalah meningkatkan kualitas dan harga jual pemain. Semisal, Como mendapatkan pemain free transfer asal Lokomotiva Zagreb, yakni pemain Maroko turunan Belgia yang punya paspor Eropa.
"Dalam waktu enam bulan di Como, pemain itu sudah langsung ditawar klub Seria A seharga 5 juta euro, padahal kita dapatnya gratis," ungkap Mirwan.
Sejak akuisisi di tahun 2019 hingga saat ini, Djarum sudah menyuntikkan dana senilai 12 juta euro.
Kedua, Grup Djarum mengembangkan sisi non-sepakbola atau komersial Como 1907. Djarum ingin memperkuat brand Como di pasar global. Lokasi Kota Como, yang hanya 20-30 menit dari Kota Milan, menjadi nilai jual tersendiri dan pasar yang cukup potensial untuk dikembangkan.
Mirwan bilang, Como adalah salah satu destinasi wisata terbesar di Italia. Setiap tahun, ada 3,2 juta turis datang ke Kota Como. Adapun jumlah penduduk di wilayah utara Italia ini hanya berkisar 58.000 orang.
Baca Juga: Voting NBA All-Star: Siapa saja yang akan Masuk All Star 2022?
Para wisatawan yang menyambangi Como adalah kelompok menengah ke atas yang memiliki daya beli cukup kuat, jadi bukan turis backpacker. "Jika kami berharap pendapatan dari tiket, maka bisnis tidak sustain. Sebab, kapasitas stadion kami cuma 13.000 penonton, dengan pandemi cuma bisa jual 7.000-an tiket," kata Mirwan.
Como melihat tiket bukan pemasukan yang signifikan dan utama bagi mereka. Dari situ, Grup Djarum harus mencari cara untuk meningkatkan pemasukan.
Oleh karena itu, Djarum ingin memaksimalkan area stadion, termasuk membangun gerai suvenir klub Como 1907. Di Kota Como, semua bus turis yang datang ingin melihat Danau Como, maka parkirnya di depan stadion Como 1907, yakni Giuseppe Sinigaglia. "Tapi selama bertahun-tahun, tidak pernah ada toko merchandise Como yang bisa melayani turis-turis tersebut. Di Como tidak ada suvenir, cuma merchandise kaki lima yang dijual para imigran," ujar Mirwan.
Baca Juga: DAZN Selangkah Lagi Mengakuisisi Pemegang Hak Siar Pertandingan Liga Premier
Djarum juga ingin menggali bisnis fesyen dari Como. Bukan hanya penggila sepakbola, mereka akan menyasar orang yang juga tak menggemari sepakbola, melainkan fesyen.
"Kami bekerjasama dengan desainer Indonesia untuk mendesain kostum dan suvenir Como pada musim depan. Kami akan buka toko, bukan hanya di Como, tapi juga di Milan, dan kemungkinan di Paris," tutur Mirwan.
Alhasil, selain mengembangkan talenta para pemain sepakbola di akademi sepakbola dan klub Como, Djarum ingin meningkatkan nilai jual klub Como secara komersial, mulai dari lokasi sebagai destinasi wisata hingga pengembangan suvenir dan fesyen klub Como 1907. "Kami membidik pasar AS, Inggris dan China," ucap Mirwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News