KONTAN: Bagaimana dengan hotel?
RAPIDIN: Saat ini, jumlah kamar hotel ada sekitar 2.800 kamar dan bisa terisi penuh saat musim libut bahkan kurang. Sisi bagusnya adalah pengembangan homestay dari rumah penduduk khususnya di daerah Pantai Pasir Putih Parbaba.
Itu baru dari hotel, belum lagi multiplier effect dari pariwisata Danau Toba. Tentu, apa yang wisatawan butuhkan akan berpengaruh ke pendapatan petani. Contoh, kopi, buah-buahan, sayur mayur, dan beras. Ini akan menunjang pertumbuhan ekonomi dari keseluruhan sektor.
Multiflier effect ini akan sangat cepat mendorong pendapatan masyarakat. Di samping kebutuhan transportasi, ini juga harus dipersiapkan, transportasi yang nyaman, sesuai permintaan wisatawan.
Nah, masyarakat Samosir harus menyiapkan semuanya. Pengalaman ini sekaligus akan membimbing mereka ke pembinaan karakter.
Bicara karakter, kan, tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan, harus perlahan seiring pertumbuhan wisatawan. Nanti akan terjadi perubahan dari sisi karakter masyarakat. Kami yakin itu.
Tentu, kami juga buat edukasi-edukasi secara intensif, bagaimana cara melayani dan menyambut wisatawan.
Baca Juga: Mempertahankan tradisi minum kopi Robusta di Samosir
KONTAN: Hospitality masih jadi kendala, ya?
RAPIDIN: Ya, bicara SDM, tentu tidak gampang untuk mengubah dan mengarahkan masyarakat menjadi pelaku wisata, ini masalah sensitivitas karakter. Pelan-pelan kami melakukan edukasi. Kami juga dapat dana dari Kementerian Pariwisata untuk edukasi masyarakat.
KONTAN: Kendala lainnya?
RAPIDIN: Banyak sebetulnya termasuk permodalan bagi pengusaha lokal untuk investasi di sektor pariwisata. Tapi, seiring pertumbuhan wisatawan maka seiring juga investor menciptakan usaha-usaha baru. Sekarang sudah on the track, seiring pembenahan objek wisata dan infratrsuktur, ini akan benar-benar memberikan manfaat dan menjadi faktor yang bisa mengungkit jumlah wisatawan.