RESENSI FILM - JAKARTA. Cold pursuit festival, kematian dengan warna pastel. Itulah kalimat yang muncul dalam pikiran saya setelah 15 menit menyaksikan film yang di sutradarai Hans Petter Moland. Tidak mudah membuat komedi hitam seperti ini dan susah untuk tidak tertawa pada setiap adegannya -minimal buat saya.
Abaikan trailer filmnya karena, sungguh, hiburan yang disajikan bukanlah action melainkan komedi pahit, dark comedy.
Jika Anda mengharapkan action ala-ala film TAKEN maka jelas film ini bukan buat segmen Anda. Namun kalau Anda pernah membaca buku "The 100 Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared" dan terpingkal pingkal, percayalah Anda berada dalam spektrum yang sama dengan film ini.
Film ini mengisahkan Nelson Coxman (Liam Neson) seorang pembersih jalur salju di kota kecil Kehoe. Kebetulan dia mendapatkan penghargaan "Citizen of the Year".
Pada suatu hari Nelson Coxman Mendapatkan kabar bahwa anaknya yang bernama Kyle Coxman (Micheál Richardson) ditemukan tewas karena overdosis. Peristiwa nahas ini membuat shock Nelson Coxman dan, terutama, Istrinya Germa Coxman (Laura Dern). Germa memutuskan pergi dari rumah meninggalkan Nelson.
Depresi, Nelson sempat ingin mengakhiri hidupnya dengan senjata api laras panjang, sampai kemudian dia mengetahui bahwa anaknya dibunuh Gerombolan Cartel pimpinan Viking (Tom Bateman). Nelson memutuskan untuk membalas dendam dengan semua keterbatasan yang dia punya.
Di sinilah mulai kegilaan-kegilaan aksi brutal Nelson dalam rangka menghabisi satu per satu anggota Cartel Viking.
Cold Pursuit banyak memberikan amunisi komedi gelap dalam setiap adegan walaupun ada terasa tempo melambat pada pertengahan film. Penggunaan joke sungguh cermat dan detail, dari gimmick suspensi pengangkatan meja mayat sampai pemilihan lagu latar belakang yang ciamik.
Alur cerita yang dinamis juga membuat kita bagaikan berada dalam wahana rumah hantu menunggu kejutan-kejutan yang muncul yang pada akhirnya membuat konklusi hingga lampu teater menyala lagi.
Pada akhirnya Cold Pursuit adalah perayaan terhadap duka cita yang muncul dalam bentuk kematian, bagaikan pertunjukan komedi yang digelar dalam setiap ruangan di sebuah rumah duka.
Tabu untuk ditertawakan, tapi, ya, memang gelak tidak bisa ditahan.
Tony Ardianto
Web desainer, penggemar film
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News