Direktur Technology Officer EXCL I Gede Darmayusa Pernah Ingin Menjadi Seorang Guru

Sabtu, 24 April 2021 | 12:18 WIB   Reporter: Muhammad Julian
Direktur Technology Officer EXCL I Gede Darmayusa Pernah Ingin Menjadi Seorang Guru

ILUSTRASI. Director/Chief Technology Officer PT XL Axiata Tbk, I Gede Darmayusa


TELEKOMUNIKASI - JAKARTA. Industri telekomunikasi sudah mendarah daging bagi I Gede Darmayusa. Direktur Technology Officer PT XL Axiata Tbk ini sudah hampir 25 tahun berkecimpung di industri telekomunikasi.

Perjalanan panjang kariernya di sektor telekomunikasi tak terlepas dari minatnya terhadap bidang itu. Meski begitu, bidang yang ia tekuni sekarang sebenarnya agak berbeda dengan apa yang dicita-citakannya semasa kecil dulu.

Sebenarnya, pria kelahiran Bali, 4 Oktober 1973 itu sempat berkeinginan menjadi dosen bergelar profesor. Alasannya sederhana, ia ingin mengikuti jejak ayahnya yang berprofesi sebagai guru sekolah menengah pertama (SMP). Kendati sama-sama pengajar, ia ingin menyandang titel yang lebih wah.

Kebetulan, profesi guru juga cukup dihormati di desa tempat ia tinggal dulu. Asal tahu, Gede tumbuh besar di Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, Bali, sebuah desa kecil yang berjarak kurang lebih 35 km dari Kota Singaraja.

Sejak kecil, Gede terbilang cukup rajin belajar. Diakui Gede, membaca memang merupakan hobinya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Walhasil, Gede selalu langganan juara kelas sejak Sekolah Dasar (SD).

Dengan prestasi yang ia torehkan, Gede selalu berusaha memasuki sekolah terbaik. Tidak tanggung-tanggung, Gede rela ngekos di Kota Singaraja demi bersekolah di SMAN 1 Singaraja, sekolah yang bisa dibilang merupakan SMA favorit di sana.

Adapun ketika Gede memilih perguruan tinggi juga sama. Kala itu, Gede yang sudah duduk di bangku kelas 3 SMA memutuskan untuk melanjutkan studi dengan mengambil jurusan Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kebetulan sudah menjadi kebiasaan bagi juara umum di sekolahnya melanjutkan studi di ITB. Gede sendiri berhasil menyabet juara umum sebagai pemegang peringkat 1 se-angkatan saat kelas 2 dan kelas 3.

Adapun alasan dirinya memilih jurusan teknik elektro lantaran mengikuti jejak kakak kelasnya yang juga rangking 1 yang memilih Program Studi Teknik Elektro ITB.

Bak gayung bersambut, Gede pun akhirnya diterima di Program Studi Teknik Elektro ITB dan menamatkan studi S1 di sana selama 1991-1996.

Di Kampus Ganesha inilah Gede kemudian menemukan minatnya terhadap industri telekomunikasi. Di semester III, Gede dan kawan-kawan sejurusan dibekali berbagai ilmu dasar, termasuk di antaranya ilmu dasar telekomunikasi.

Di situ, Gede langsung jatuh cinta dengan bidang keilmuan tersebut. Terlebih, industri telekomunikasi juga tengah berkembang pesat kala itu seiring berkembangnya jaringan Global System for Mobile Communication (GSM).

Berbekal minat pada industri telekomunikasi, Gede pun akhirnya memulai karier pertamanya sebagai transmission engineer di sebuah perusahaan telekomunikasi multinasional asal Negeri Paman Sam, Lucent Technologies. Di sana, pekerjaan Gede cukup menantang.

Tidak jarang, ia harus menyusuri perbukitan di wilayah Sumatra dan Kalimantan dan memanjat menara telekomunikasi hingga 2-3 kali sehari untuk keperluan survei.

Tidak hanya itu, ia juga kerap harus tahan duduk di kendaraan selama 8 jam hingga 9 jam dalam rangka menjalankan kegiatan survei. Perjalanan selama itu karena kebanyakan kegiatan survei memang mesti ditempuh melalui jalur darat.

Meski begitu, Gede mengaku tidak merasa terbebani dengan beban kerja yang ia hadapi. Sebab, profesi yang ia lakoni sejalan dengan minat dia. Ia bahkan tidak begitu memikirkan berapa gaji yang ia dapat saking cintanya terhadap pekerjaan tersebut.

Di tahun 2001, Gede kemudian menghabiskan 10 tahun berikutnya di perusahaan dengan bidang serupa, yakni Nokia Networks. Di sini, Gede mengisi berbagai posisi mulai dari transmission engineer, project manager, hingga akhirnya menjadi project director.

Gede juga sempat mencicipi sebagai lead account manager services untuk menangani penjualan. Selepas bekerja di Nokia, Gede sempat menjalani karier di PT Tower Bersama Group selama 2011 sebelum akhirnya melabuhkan perjalanan kariernya di perusahaan tempat ia bekerja saat ini, yaitu PT XL Axiata Tbk.

Di XL Axiata, Gede mengawali karier di bagian service partnership management/service operations management. Tanggung jawabnya di posisi ini agak sedikit berbeda dengan tanggung jawab yang pernah ia emban semasa perjalanan kariernya sebelumnya.

Di posisi ini, Gede bersama tim bertanggung jawab memastikan jaringan pelanggan berjalan lancar tanpa gangguan. Semisal ada gangguan teknis seperti putus fiber dan lain-lain akibat peristiwa alam seperti gempa dan sebagainya, ia dan tim harus memastikan jaringan terdampak minimal dan bisa segera pulih.

Maka itu, Gede harus siap setiap saat kalau-kalau muncul permasalahan jaringan. Terkadang ia pun harus merelakan waktu liburnya di akhir pekan demi tanggung jawabnya tersebut.

Gede juga dituntut mampu berpikir taktis serta bisa mencari solusi dalam waktu secepat-cepatnya. Terlebih, layanan jaringan berkaitan dengan kebutuhan orang banyak. Selain itu, Gede juga belajar untuk siap dengan segala risiko insiden yang berada di luar kontrol.

Singkat cerita, Gede diamanati sebagai group head technology strategy and architecture di tahun 2019-2020. Bidang technology strategy sesungguhnya merupakan bidang yang terbilang baru bagi Gede yang sebelumnya lebih banyak turun ke lapangan.

Lambat laun, kariernya terus menanjak. Sampai Oktober 2020 ia dipercaya menjabat director technology officer di XL Axiata. Bagi Gede, pencapaian ini harus bisa memberi banyak manfaat kepada pelanggan.

Bahagia saat beraktivitas di Pura

Mengemban jabatan sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan telekomunikasi, tentu banyak sekali pekerjaan yang menyita waktu I Gede Darmayusa. Namun demikian, di sela kesibukan itu ia tak pernah meninggalkan kegiatan keagamaan.

Sebagai seorang umat Hindu, Gede aktif berkegiatan di Pura Agung Tirtha Bhuana yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Gede pertama kali bergabung dengan keanggotaan pura ini pada tahun 2007. Selang 11 tahun kemudian, ia dipercaya memegang jabatan ketua.

Sebagai ketua, Gede saat ini menaungi sekitar 850 kepala keluarga dengan jumlah anggota 3.500 orang. Jumlah itu belum mencakup seluruh komunitas Pura Agung Tirtha Bhuana yang biasa berkunjung. Sebab, pura tersebut memang tidak mewajibkan semua pengunjungnya untuk menjadi anggota.

Aktivitas di pura memberi kebahagiaan tersendiri bagai Gede. Selain sebagai tempat untuk rehat sejenak dari aktivitas kantor yang padat, aktivitas di pura juga menjadi semacam sarana untuk melatih ego agar tidak terbuai dengan titel jabatan yang ada di kantor.

"Jadi berbicara dan mengobrol di pura itu seperti tanpa sekat, tidak ada yang tanya kamu kerja di mana, kamu gaji berapa, kamu titelnya apa, enggak ada. Semua bisa melepas bajunya sebagai orang yang sama rata ngobrol, itu yang saya sukai," terang Gede.

Sebagai tempat berkumpul, Pura Agung Tirtha Bhuana menjadi semacam wadah bagi umat Hindu di Bekasi. Selain aktif mengadakan kegiatan acara-acara keagamaan, Pura Agung Tirtha Bhuana juga aktif menggelar aktivitas-aktivitas sosial di antara sesama komunitas, seperti kegiatan perlombaan, hingga pendidikan.

Pada kegiatan pendidikan, Pura Agung Tirtha Bhuana rutin menggelar seminar. Hanya saja, teknis pelaksanaannya kini dilakukan secara virtual lantaran menimbang situasi pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 4 Tampilkan Semua
Editor: Yuwono triatmojo

Terbaru