Fakta suku Baduy, suku di Banten yang ingin dicoret dari destinasi wisata

Rabu, 08 Juli 2020 | 10:29 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Fakta suku Baduy, suku di Banten yang ingin dicoret dari destinasi wisata

ILUSTRASI. Ilustrasi Fakta suku Baduy, suku di Banten yang ingin dicoret dari destinasi wisata. (9/12)


Suku Baduy Luar lebih terbuka dengan pendatang, meskipun masih menjunjung tinggi adat istiadat yang ada. Masyarakat Baduy Luar beberapa sudah menggunakan barang-barang modern seperti kasur, bantal, dan beberapa alat elektronik. Pakaian tenun berwarna serba hitam menjadi penanda masyarakat Baduy Luar. 

2. Menjunjung tinggi adat 

Masyarakat suku Baduy sangat berpegang teguh dengan adat istiadat. Mereka menjalankan peraturan leluhur dan menolak segala pengaruh dari luar suku mereka. Orang Kanekes menolak saran pemerintah untuk membangun sekolah dan segala fasilitasnya di wilayahnya. Akibatnya banyak masyarakat Baduy, terutama Baduy Dalam, yang tidak bisa baca tulis. 

Baca Juga: Mencari keseimbangan hidup sampai Baduy (3)

Luhurnya adat yang berlaku di wilayah suku Baduy juga terlihat di kehidupan sehari-hari. Mereka selalu bergotong-royong, serta hidup sederhana. Di wilayah Baduy Dalam, semua tempat tinggal dibuat sama. Yang menjadi pembeda adalah perabotan berbahan tembikar. Status sosial masyarakat suku Baduy dilihat dari jumlah perabotan tembikar yang mereka punya.

Sangat bergantung dengan alam

Profesi utama masyarakat suku Baduy adalah bertani, sehingga keadaan alam sangat menentukan kelangsungan hidup mereka. Banyak aturan yang ada di suku ini bertujuan untuk tetap menjaga kelestarian alam di wilayah Baduy. Larangan tersebut berupa tidak boleh menggunakan bahan kimia seperti sabun dan pasta gigi saat mandi, hingga larangan membuang sampah plastik sembarangan terutama di sungai.

Baca Juga: Lewat daring, Narman angkat produk Suku Baduy

Editor: Tiyas Septiana
Terbaru