Gerak cepat si robot hijau merangsek pasar

Rabu, 13 Juli 2011 | 08:39 WIB Sumber: Harian KONTAN, 13 Juli 2011

Sejatinya, Android tergolong pendatang baru di pasar sistem operasi. Namun kiprahnya sangat mencolok. Platform buatan Google ini mampu menyodok ke posisi atas dan mengalahkan sistem operasi yang lebih dulu eksis. Di tanah kelahirannya, Amerika Serikat (AS), sistem operasi berlogo robot hijau itu telah meredupkan pamor iOS keluaran Apple Inc.

Simak data International Data Corporation (IDC), biro riset di AS yang jamak menjadi rujukan pemangku kepentingan dunia telekomunikasi di Indonesia. Mereka memprediksi, tahun ini Android akan memimpin pasar global dengan porsi 38,9% dan menggeser sistem operasi Symbian milik Nokia yang sebesar 20,6%. Sementara pangsa pasar iOS dan sistem operasi BlackBerry masing-masing 18,2% dan 14,2%.

Di Indonesia, tak ada data pasti pasar sistem operasi ponsel. Agus Sugiharto, Country Manager HTC Indonesia, menaksir pengguna Android masih menduduki peringkat ketiga setelah Symbian dan BlackBerry. "Prediksi saya tiga tahun ke depan Android akan memimpin pasar," imbuhnya.

Android secara resmi masuk ke Indonesia pada tahun 2009 melalui ponsel HTC Magic. Agus bercerita, ia berkeliling menawarkan kerja sama ke hampir semua operator kala itu. Namun, hampir semuanya pesimistis dengan masa depan Android. "Cuma Telkomsel yang agak optimistis, dan akhirnya mau membundel HTC Magic," katanya.

Kini, setelah dua tahun berselang, tak ada lagi operator yang memandang Android dengan sebelah mata. Sistem ini lebih unggul dalam akses layanan data. "Android Huawei bisa akses Youtube tanpa buffering," kata Riadi Sugihtani, Direktur Pemasaran Huawei Device Indonesia.

Mayoritas vendor gencar membanjiri pasar dengan ponsel pintar (smartphone) berbasis Android. Sasaran pasarnya semua kelas, dari kelas atas hingga bawah.

Seperti Samsung yang sejatinya memiliki sistem operasi sendiri bertajuk Bada. Mereka rela beralih memakai Android. Pilihan tersebut terbukti tepat. Varian smartphone Galaxy S II mengukir rekor penjualan tiga juta unit dalam kurun 55 hari sejak diluncurkan di seluruh dunia.

Sementara produsen smartphone lain seperti Research In Motion (RIM) dengan BlackBerry, dan Apple lewat iOS memilih bersikap eksklusif dengan tidak membiarkan pihak lain menggunakan sistem operasinya. Berbeda dengan Nokia yang mulai membagi perhatiannya untuk dua platform, Windows Phone dan Symbian.

Status Android sebagai sistem operasi yang terbuka atawa open source menjadi sebuah poin plus. Tak cuma operator, bahkan banyak pembuat aplikasi yang mulai beralih mengembangkan software berbasis Android. Satu-satunya hambatan bagi pengembang lokal untuk mengeruk untung maksimal dari Android Market, mereka tidak bisa menjajakan aplikasi berbayar di toko aplikasi virtual tersebut.

Namun, persoalan itu bakal teratasi dengan tumbuhnya toko aplikasi Android alternatif yang dikembangkan Indosat dan Telesindo lewat i-Store dan T-Market. Toko ini membuka pintu lebar-lebar bagi kehadiran aplikasi berbayar dari pengembang lokal.

Potensi Android ini tak urung membuat beberapa vendor berikrar setia membalut ponselnya dengan sistem operasi buatan Google itu. Menurut Agus, HTC mengawali kiprahnya di pasar smartphone dengan Windows Phone. Namun saat ini dan di masa datang, Android menjadi satu-satunya pilihan bagi sistem operasi ponsel pintar keluaran HTC.

Pabrikan lain, seperti Huawei, juga bertekad membanjiri pasar Tanah Air dengan gadget Android. Jika tahun lalu Huawei hanya memasarkan dua varian Android, sedikitnya ada tambahan enam produk Huawei yang bakal mengisi etalase toko ponsel dan tablet tahun ini.

Jadi, gerak si robot hijau bakal terus melaju kencang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru