Edukasi

Guru di Pelosok Kalimantan yang Ubah Semangat Belajar Siswa dengan Teknologi

Rabu, 23 Oktober 2024 | 14:21 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Guru di Pelosok Kalimantan yang Ubah Semangat Belajar Siswa dengan Teknologi

ILUSTRASI. Siswa mendapati perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah


PENDIDIKAN - Selama 18 tahun, Suwito, atau yang lebih dikenal sebagai Pak Wito, menjalani profesi sebagai guru. Kini, ia mengajar di SMP Negeri 7 Muara Kaman, sebuah sekolah di pelosok Desa Menamang Kanan, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Penuh dengan tantangan, ia menghadapi berbagai keterbatasan, namun justru hal itulah yang mendorongnya untuk membuat perubahan di sekolah kecil tersebut.

Pak Wito menyadari bahwa siswa-siswa di sekolahnya kurang memiliki motivasi belajar seperti anak-anak di kota yang lebih akrab dengan teknologi dan fasilitas lengkap.

Pada tahun 2018, setelah diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), ia ditugaskan di SMPN 7 Muara Kaman dan mendapati perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di sekolah tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal.

Baca Juga: Mendikdasmen Abdul Mu'ti Buka Suara Soal Ujian Nasional di Era Pemerintahan Prabowo

Namun, alih-alih menyerah dengan keterbatasan, Pak Wito berinisiatif memanfaatkan perangkat yang ada untuk mengubah semangat belajar siswa.

Anak-anak yang sebelumnya kurang berminat belajar kini menjadi lebih antusias karena keingintahuan mereka terhadap teknologi.

Bahkan, ada siswa yang tadinya sering bolos sekolah dan sering berulah, kini berubah menjadi panutan bagi teman-temannya.

Cerita Inspiratif: Dari Ajak Minum Tuak hingga Jadi Panutan

Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Pak Wito adalah ketika seorang siswa mengajaknya minum tuak, minuman keras tradisional.

Siswa tersebut membawa satu jerigen penuh tuak dan dengan santainya mengajak gurunya untuk mabuk.

"Saya kaget sekali. Dia siswa, saya guru, dan dia mengajak saya mabuk. Ini pertama kali dalam 18 tahun saya mengajar, ada siswa yang mengajak mabuk," kenang Pak Wito.

Namun, alih-alih marah, Pak Wito menghadapi situasi tersebut dengan tenang. Ia meminta siswa tersebut memenuhi dua syarat jika ingin minum bersama.

Baca Juga: Cara Mencari Jurnal Internasional dan Nasional di Google Scholar hingga Situs Lain

Pertama, siswa harus mandi dan membersihkan diri, dan kedua, membawa minuman yang paling mahal di daerahnya.

Ketika siswa kembali tanpa bisa memenuhi syarat kedua, Pak Wito menawarkan solusi berbeda: ia meminjamkan laptop sebagai "mainan baru" bagi siswa tersebut.

Sejak itu, perilaku siswa tersebut berubah drastis. Dari yang awalnya sering memalak teman-temannya, ia menjadi siswa yang rajin dan paling pagi datang ke sekolah.

Pak Wito juga memberikan kepercayaan kepada siswa tersebut sebagai class leader, yang bertugas membantu teman-temannya dalam pembelajaran, mengelola perangkat TIK, dan menjadi tutor sebaya.

Mengubah Pola Belajar dengan Teknologi

Pak Wito memperkenalkan siswa-siswanya pada berbagai aplikasi yang dapat membantu dalam belajar.

Banyak dari mereka yang orangtuanya bekerja di perkebunan sawit, sehingga Pak Wito mengajarkan cara menggunakan spreadsheet untuk mencatat hasil panen, sebuah keterampilan praktis yang juga berguna di luar kelas.

Ia juga mengubah pola pembelajaran tradisional menjadi kelas virtual menggunakan Google Workspace dan Google Classroom.

Baca Juga: Google Bangun 7 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir untuk Operasional Sistem AI

Hal ini mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam belajar, bahkan saat guru tidak hadir di kelas.

"Saat ini, ada atau enggak ada guru, mereka sudah bisa belajar secara mandiri," ujar Pak Wito, yang juga mendokumentasikan proses pembelajaran tersebut di akun TikTok dan YouTube miliknya.

Dukungan dari Dinas Pendidikan

Plt Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Kartanegara, Emy Rosana Saleh, mengakui adanya perkembangan signifikan di SMPN 7 Muara Kaman.

Para siswa yang sebelumnya malas ke sekolah kini menunjukkan semangat belajar yang tinggi, berkat pembelajaran berbasis teknologi.

Dinas Pendidikan juga mendukung inisiatif ini dengan meningkatkan sarana dan prasarana, seperti penguatan jaringan internet dan kelistrikan tenaga surya, yang memungkinkan sekolah-sekolah di pelosok tetap dapat mengakses internet untuk pembelajaran.

Teknologi Mengubah Masa Depan

Pak Wito merasa bangga dengan perubahan yang terjadi pada siswanya. Dengan teknologi, mereka tidak lagi merasa tertinggal dari anak-anak di kota.

Bahkan, para siswa mulai berani bermimpi besar. "Ada siswa yang bercita-cita menjadi wakil presiden, dan itu membuat saya bangga luar biasa," kata Pak Wito.

Baca Juga: Minat Pelajar Indonesia Melanjutkan Studi ke Inggris Raya Meningkat

Bagi Pak Wito, menjadi seorang guru di pelosok Kalimantan bukanlah hal sederhana.

Namun, dengan teknologi dan pendekatan yang tepat, ia berhasil mengubah semangat belajar siswa-siswanya, memberikan mereka wawasan luas, dan membantu mereka meraih mimpi yang lebih besar.

"Saya bangga menjadi seorang guru. The real teacher," tutup Pak Wito dengan penuh kebanggaan.

Selanjutnya: B50 Ditargetkan Rilis pada 2026, Gapki Ingatkan Produksi Sawit Stagnan

Menarik Dibaca: Ingat! Besok 24 Oktober 2024 Hari Terakhir Pemesanan ORI026

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru