HOAKS - Sebuah studi mengungkapkan kelompok orang yang paling mudah tertipu berita hoaks.
Para peneliti dari British Colombia University mengadakan studi yang melibatkan lebih dari 66.000 peserta untuk mengungkapkan kelompok orang yang rentan terkena misinformasi.
Peneliti senior studi itu, Friedrich Gotz mengatakan, studinya dibuat untuk menyadarkan semua orang akan risiko terpapar misinformasi berkala, di mana banyak orang berpotensi mempercayai hoaks tersebut.
"Tidak peduli siapa Anda, tidak peduli apa yang Anda pikir Anda ketahui, tidak seorang pun dari kita kebal terhadap misinformasi," kata Gotz, diberitakan Neuroscience News, Rabu (9/4/2025).
Kelompok orang yang mudah percaya hoaks
Sebanyak lebih dari 66.000 orang mengikuti tes yang disebut Misinformation Susceptibility Test (MIST) buatan para psikolog British Colombia University.
Tes itu mengharuskan para peserta menentukan berita-berita yang asli di antara berita palsu atau hoaks yang disediakan peneliti.
Dari jawaban tersebut, peneliti kemudian berusaha memahami kemungkinan para peserta mempercayai informasi yang salah serta kemampuan mereka mengenali berita palsu.
Baca Juga: Komdigi Temukan 1.923 Konten Hoaks Sepanjang Tahun 2024
Hasil penelitian ini menunjukkan, orang-orang yang rentan tertipu berita hoaks memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Generasi Z yang lahir pada tahun 1997-2012
- Perempuan
- Kurang berpendidikan
- Lebih konservatif.
Para peneliti berpendapat, generasi muda mendapatkan paparan digital lebih banyak. Namun, mereka tidak memiliki literasi digital yang cukup baik.
Orang-orang dengan pandangan politik yang lebih konservatif juga cenderung lebih mudah mempercayai berita hoaks. Kondisi ini terutama berlaku bagi orang dengan sudut pandang ekstrem.
Sementara itu, perempuan disebut lebih mungkin mempercayai misinformasi daripada laki-laki. Namun, mereka lebih baik dalam menilai kemampuan mereka.
Orang yang pernah mengenyam pendidikan di universitas atau memiliki gelar sarjana juga lebih mampu mengenali hoaks daripada lulusan sekolah menengah. Sayangnya, mereka kerap melebih-lebihkan kemampuan mengenali misinformasi.
Baca Juga: Trump Sebut Klaim Dirinya Menyerahkan Kepresidenan kepada Musk sebagai 'Hoaks'
Berdasarkan studi tersebut, orang-orang yang lahir sebelum 1997, laki-laki, berpendidikan tinggi, serta berpandangan terbuka, dinilai paling mampu mengidentifikasi berita hoaks.
Hoaks mengancam demokrasi
Para peneliti mengatakan, penyebaran misinformasi global menimbulkan ancaman terhadap demokrasi. Sebab, masyarakat tidak mendapat informasi dengan baik.
Kondisi tersebut membuat para peneliti berharap pemerintah memprioritaskan literasi digital untuk menangkal hoaks, dikutip dari Phys, Senin (7/4/2025).
Para peneliti ingin pemerintah menghasilkan kebijakan dan program pendidikan yang lebih tepat guna mengurangi kerentanan terhadap misinformasi.
"Menurut saya, tidak semua negara demokrasi saat ini benar-benar berupaya mengatasi masalah ini," kata Gotz. "Lebih buruk lagi, di dunia yang terpolarisasi tempat kita hidup, beberapa aktor, termasuk politisi, mungkin sengaja menjadikannya senjata," lanjutnya.
Menurut dia, pemerintah dapat menggunakan penelitiannya untuk meningkatkan kesadaran terhadap misinformasi.
Tonton: Kepolisian Pastikan Kabar Kedatangan Ronaldo ke Indonesia Adalah Hoaks
Namun, hal tersebut bisa didapat jika pemerintah memiliki iktikad baik dan ingin menyelesaikan masalah hoaks di antara masyarakat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Ungkap Kelompok Orang yang Paling Mudah Tertipu Berita Hoaks, Siapa Mereka?"
Selanjutnya: Tarif Trump Bisa Bikin Lebih Mahal, Cek Harga iPhone 16, 15 Plus, 14 & 12 April 2025
Menarik Dibaca: 7 Ide Desain Dapur Terbaru 2025 yang Wajib Dicoba untuk Rumah Modern Anda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News