Jangan anggap remeh kesemutan

Selasa, 05 Juni 2012 | 10:48 WIB Sumber: Harian KONTAN, 5 Juni 2012
Jangan anggap remeh kesemutan

ILUSTRASI. BUMN Bank BTN kembali buka lowongan kerja di banyak kota besar, cek persyaratannya. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Kita tentu pernah mengalami rasa kesemutan ketika duduk bersila terlalu lama atau tangan tertindih oleh tubuh saat sedang tertidur lelap. Gangguan ini dapat segera hilang dengan menggerak-gerakkan anggota tubuh tersebut sehingga peredaran darahnya kembali lancar. Namun, kalau rasa kesemutan datang mendadak tanpa sebab yang jelas, Anda perlu waspadai karena kemungkinan menderita penyakit neuropati.

Kesemutan atau parastesi dalam istilah medis gangguan saraf tepi (perifer) terjadi pada saraf di luar jaringan otak. Saraf tepi ini memiliki akar saraf yang berisi motorik, sensorik dan otonom. Rasa kesemutan muncul karena sistem saraf sensorik terganggu lantaran jalan darah tertutup. Pemicunya bagian tubuh tertentu ditekuk terlalu lama. Penyebab yang mudah diketahui ini tentu gampang pula disembuhkan.

Tapi jika kesemutan tanpa penyebab yang jelas maka merupakan gejala neuropati. Gejala ini bisa terjadi di satu atau banyak area (polineuropati). "Jika dibiarkan, neuropati dapat memperparah kerusakan saraf dan mengganggu mobilitas si penderita," kata Manfaluthy Hakim, dokter ahli saraf dari Departemen Neurologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia / Rumahsakit Cipto Mangunkusumo.

Neuropati tidak banyak diketahui orang awam karena biasanya merupakan efek samping dari suatu penyakit sistemik atau akibat terjadinya trauma pada saraf. Misalnya penyakit diabetes. Namun semua orang berisiko terkena neuropati, terutama bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun.

Orang berusia di atas 40 tahun biasanya mengalami degenarasi saraf ketimbang regenerasi sel-sel saraf, sehingga rentan terkena neuropati. Risiko serupa juga bisa menimpa orang yang memiliki masalah di pembuluh darahnya, misalnya penyakit jantung. "Hipertensi, konsumsi alkohol yang berlebihan dan merokok juga dapat menyebabkan neuropati," kata Luthy.

Jadi, merokok tidak hanya merusak paru-paru, namun pengaruh nikotin berefek ke saraf, mengganggu peredaran darah, dan membuat plak-plak pada pembuluh darah. "Akibatnya saraf bisa kekurangan nutrisi," imbuhnya.

Tiga faktor penyebab

Secara garis besar, penyebab neuropati ada tiga. Pertama, neuropati karena penuaan. Menurut Luthy, berdasarkan survei ditemukan bahwa satu dari empat orang atau sekitar 25% orang berusia 40 tahun menderita neuropati.

Kedua, neuropati karena diabetes.

Ketiga, neuropati karena kekurangan vitamin B dan terjepit. "Sarafnya ada yang terjepit sehingga terjadi trauma pada saraf," kata Hasan Machfoed, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi).

Contoh saraf yang terkena trauma adalah Carpal Tunnel Syndrome di bagian pergelangan tangan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti gerakan tangan dan pergelangan tangan yang berulang, efek kehamilan, diabetes, menopause atau dislokasi posisi.

Mengenali gejala neuropati sangat mudah. Selain kesemutan tanpa sebab yang jelas, biasanya disertai gejala kram, nyeri, kaku, rasa terbakar, rambut rontok di area tertentu dan kulit hipersensitif.

Kulit mengkilap tidak wajar biasanya terjadi akibat gangguan saraf otonom yang mengatur pengeluaran kelenjar keringat dan kelemahan anggota gerak. "Pemeriksaan lanjutan harus ke dokter saraf atau ke neuropati service point di beberapa rumahsakit," kata Luthy. Jika tidak segera ditangani, gangguan saraf ini bisa bertambah berat dan mengganggu mobilitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru