Gangguan penurunan fungsi sistem reproduksi rupanya tidak hanya dialami kaum wanita. Pria pun mengalami masalah serupa yang disebut andropause. Seperti halnya menopause pada kaum hawa, andropause juga menyebabkan penurunan fungsi sistem reproduksi sampai di bawah ambang fisiologis. "Pria juga mengalami masalah yang sama dengan perempuan," ujar Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone, di Jakarta.
Sebenarnya, dunia medis telah mengenal dan mendeteksi kumpulan gejala, tanda, dan keluhan yang sering dialami oleh seorang pria yang pada dasarnya mirip dengan gejala menopause pada perempuan. Hanya saja, penamaan atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa itu masih berbeda-beda. Banyak ahli yang masih memperdebatkan penamaan andropause, sehingga muncullah berbagai istilah tentang andropause.
Namun, pada akhirnya masing-masing istilah tersebut mempunyai tujuan yang hampir sama. Beberapa ahli medis menggunakan istilah partial androgen deficienscy in aging male, partial androgen decrease in aging male, hingga menopause pada pria.
Gejala andropause
Istilah andropause sendiri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata andro yang berarti pria dan pause yang berarti stop atau berhenti. Biasanya, andropause muncul dan mengganggu kehidupan seksual pria paruh baya atau berusia antara 40-60 tahun.
Dengan bertambahnya usia seorang pria, maka dalam tubuh akan terjadi perubahan hormonal dan biokimia secara alami yang akan menimbulkan berbagai gejala, tanda dan keluhan andropause.
Gejala itu antara lain gangguan vasomotor: tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut. Selain itu, gangguan fungsi kognitif dan suasana hati: mudah lelah, motivasi menurun, penurunan ketajaman mental dan intuisi, keluhan depresi, dan hilangnya rasa percaya diri.
Gejala lain gangguan virilitas: menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, kekuatan dan massa otot, penumpukan lemak pada daerah abdominal dan osteoporosis.
Terakhir, gangguan seksual, yakni menurunnya minat seksual, perubahan tingkah laku seksual, kualitas orgasme dan ereksi menurun, impotensi, serta kemampuan ejakulasi menurun.
Tapi, belum ada satu penelitian medis yang dapat memastikan kapan masa atau periode terjadinya andropause. Sebab, kemunculan andropause tidak selalu sama untuk setiap pria yang mengalaminya.
Perbedaan itu sangat dipengaruhi berbagai faktor, antara lain ras, sosial ekonomi, jenis pekerjaan, lingkungan, stres fisik dan mental, serta pola hidup sehari-hari. "Beberapa faktor ini cukup kuat pengaruhnya. Jadi, lebih baik menghindari pola hidup tidak sehat," tandas Boyke Dian Nugraha, Seksolog Pendiri Klinik Pasutri, di Jakarta.
Karena bersifat gradual dan perlahan, lelaki dengan pola hidup buruk memiliki kemungkinan mengalami andropause lebih awal ketimbang pria yang menjalani hidup sehat. "Andropause dapat ditemukan pada pria usia 50 tahun. Tapi, ada pria berusia 60 tahun seluruh fungsi sistem reproduksinya masih normal. Ini kembali ke pola hidup masing-masing," kata Boyke.
Penurunan fungsi sistem reproduksi mengakibatkan produksi hormon androgen, terutama testosteron turut menyusut perlahan. Alhasil, proses pembentukan sel benih atau spermatogenesis bakal terhambat. Penurunan kadar testosteron itu dapat menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti sakit jantung dan osteoporosis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News