Menggiurkan, intip cuan dibalik membludaknya permintaan sepeda lipat

Selasa, 07 Juli 2020 | 07:10 WIB   Reporter: Dityasa H. Forddanta
Menggiurkan, intip cuan dibalik membludaknya permintaan sepeda lipat


PRODUKSI SEPEDA - JAKARTA. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding hobi yang bisa mendatangkan cuan. Hal ini diamini betul oleh Kusnanda, salah seorang pehobi sepeda yang mulai menjajal bisnis jual beli sepeda lipat rakitan.

Dia memulai usahanya tersebut belum genap satu bulan. "Sejauh ini sudah laku empat sepeda lipat," ujarnya kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Keempat sepeda lipat yang telah terjual itu berasal dari sejumlah merek luar negeri seperti Fnhon, Litepro, dan Mosso. Kebetulan, merek tersebut merupakan merek yang memang hanya memproduksi frame sepeda saja dari negeri asalnya, Taiwan.

Baca Juga: Hendak beli sepeda lipat? Simak dulu tips memilih sepeda lipat dari bos Element bike

Rentang harga yang dijual bervariasi. Mulai dari kisaran Rp 7,5 juta hingga yang termahal sekitar Rp 16 juta.

Semakin mahal semakin mumpuni kualitas dan spesifikasinya. Namun, bukan berarti Harga yang paling murah memiliki kualitas dan spesifikasi murahan.

Pemilihan komponen untuk spesifikasi sepeda lipat menjadi kunci yang Kusnanda terapkan dalam usahanya tersebut. Misalnya, dia menggunakan komponen transmisi sepeda atawa groupset dengan merek Shimano untuk sepeda lipat dengan harga jual yang lebih tinggi.

Harga komponen tersebut di pasaran sekitar Rp 1 juta. Harga segini sudah mendapatkan sepaket tuas pemindah gigi atau shifter beserta penarik rantai sepeda atau rear derailleur (RD).

Namun, harga tersebut belum termasuk gir belakang alias sprocket. Sprocket dengan mekanisme 10 percepatan memiliki harga paling murah sekitar Rp 400.000 di pasaran.

Untuk sepeda lipat yang lebih murah, Kusnanda menyematkan groupset buatan Taiwan seperti XLR8. Menurutnya, untuk rentang harga di kisaran Rp 330.000 hingga Rp 400.000 untuk sepaket shifter dan RD, merek ini merupakan yang terbaik di kelasnya.

Bukan hanya lebih nyaman, tapi merek tersebut memiliki fitur dan fungsi yang lebih handal. "Jadi, pelanggan tetap merasa puas," imbuh Kusnanda.

Dia menambahkan, komponen tersebut cukup awet. Cuma memang, merek seperti XLR8 butuh penyetelan yang lebih rumit dan intensitas yang terbilang sering.

"Kalau pakai Shimano, menyetelnya gampang. Selain itu, butuh waktu hingga sekitar dua bulan dengan intensitas pemakaian sepeda seminggu tiga kali hingga komponen ini harus disetel ulang. Berbeda dengan XLR8 yang pemakaian sekitar satu bulan sudah harus disetel ulang," terang Kusnanda.

Bukan tanpa alasan pula Kusnanda memilih frame dengan merek luar negeri dan bermain di rentang harga tersebut. Pasalnya, produsen merek lokal lebih sering merilis sepeda lipat utuh (fullbike) ketimbang unit frame saja.

Baca Juga: Sepeda Santa Cruz sang penakluk jalanan terjal pegunungan, berapa harganya?

"Kalau saya main di bawah harga Rp 7 jutaan juga kalah dengan pabrikan besar yang produksinya sudah sangat efisien," imbuhnya.

Pada rentang harga tersebut, margin yang diperoleh juga cukup tebal, antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta dari setiap unit sepeda lipat yang terjual.

"Saya rasa, margin sebesar itu sangat wajar mengingat pemilihan komponen yang saat ini sedang sangat sulit. Belum lagi waktu dan tenaga yang harus saya kerahkan untuk mencari komponen yang paling murah dan merakitnya menjadi sepeda lipat utuh," jelas Kusnanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru