Mengintip perjalanan karier Erik Meijer hingga jadi Presiden Direktur Telkom Telstra

Sabtu, 08 Desember 2018 | 16:00 WIB   Reporter: Fahriyadi, RR Putri Werdiningsih
Mengintip perjalanan karier Erik Meijer hingga jadi Presiden Direktur Telkom Telstra


TOKOH - JAKARTA. Lahir dan besar di Belanda, tapi sukses merintis karier di Indonesia, dia adalah Erik Meijer. Pengalamanan berkarier dengan tiga perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia mengangkat reputasinya sebagai profesional dalam bidang tersebut. Pengalaman dan keahlian ini membawanya ke puncak karier di Telkom Telstra, seperti apa kisahnya?.

Apa yang terlintas dibenak banyak orang bila mendengar nama Erik Meijer? Jawabannya mungkin bisa beragam, tapi mungkin publik mengenal Erik adalah suami dari artis Maudy Koesnaedi. Tapi lebih dari itu, Erik adalah seorang pekerja profesional yang sukses meraih puncak kariernya di Indonesia.

Pada Desember 2015 lalu, pemilik nama lengkap Frederik Johannes Meijer ini ditunjuk menjadi Presiden Direktur atau Chief Executive Officer (CEO) Telkom Telstra, sebuah perusahaan telekomunikasi patungan antara PT Telkom Indonesia dengan Telstra Corporation asal Australia.

Kemampuan Erik dalam bidang telekomunikasi tak perlu diragukan lagi. Pasalnya, pria kelahiran Hoogezan-Sappemeer, Groningen, Belanda, 6 September 1970 tersebut pernah ikut membesarkan nama tiga operator telekomunikasi di Indonesia, yakni Telkomsel, Bakrie Telecom, dan Indosat.

Saat berbincang dengan Kontan.co.id di kantornya beberapa waktu lalu, Erik mengatakan, sebenarnya dia tak pernah mengira bisa merintis karier profesional hingga lebih dari 20 tahun di Indonesia. "Dulu saya dikirim ke Indonesia sebenarnya hanya untuk kerja selama dua pekan," kenang Erik.

Erik menceritakan setelah lulus kuliah dari Hanzahogeschool Groningen atau Sekolah Bisnis Internasional Groningen di Belanda tahun 1991, dia melanjutkan kuliahnya di Politeknik Middlesex University London, Inggris dan lulus tahun 1992 untuk jurusan Pemasaran Internasional.

Namun, sebelum terbang ke Inggris untuk kuliah lagi, Erik sudah diterima bekerja di perusahaan telekomunikasi asal Belanda, yakni Koninklijke PTT Nederland NV (KPN).

Perusahaan tersebut yang mengirim Erik ke Indonesia pada pertengahan tahun 1993. Tujuannya, ketika itu adalah membantu kantor Asia Tenggara untuk bidang pengembangan bisnis, humas, dan pemasaran.

Seolah berjodoh dengan Indonesia, masa kerja yang awalnya hanya dua pekan kemudian terus diperpanjang hingga hitungan tahun. Sampai akhirnya, KPN membeli saham Telkomsel dan Erik dimasukkan dalam perusahaan operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia tersebut pada tahun 1995.

Erik memulai karier perdananya di Telkomsel pada tahun 1995. Dalam kariernya di perusahaan tersebut, dia mengaku banyak berurusan dalam pengembangan bisnis dan pemasaran. Di sini, kemampuan Erik dalam bidang pemasaran terasah. Dalam kariernya di Telkomsel, Erik berhasil menembus hingga menjadi vice president.

Petualangan Erik berakhir di Telkomsel pada Desember 2006 setelah memutuskan untuk pindah ke operator seluler lain yakni Esia besutan Bakrie Telecom.

Memulai kariernya di Januari 2007, Erik dipercaya menjadi wakil direktur utama di perusahaan yang dikenal dengan kode emiten BTEL tersebut.

Erik menjadi figur penting dari kesuksesan Esia sebagai operator yang banyak diminati masyarakat ketika itu, khususnya kawula muda. Erik menyebut inovasi menjadi modal penting untuk mengenalkan Esia kepada publik ketika itu.

Tak hanya di BTEL, Erik juga dipercaya memegang jabatan lain dalam perusahaan milik Grup Bakrie tersebut. Sebut saja, Visi Media Asia (Viva) sebagai Direktur Komersial dari 2008-2010, Vivanews.com sebagai Presiden Direktur pada Februari - Desember 2009, dan Bakrie Conectivity sebagai Presiden Direktur tahun 2010 - April 2012.

Kiprah Erik di BTEL berakhir pada April 2012. Keinginan untuk mecari suasana dan tantangan baru membuatnya hengkang ke operator seluler lainnya yakni Indosat.

Tugas Erik di operator seluler terbesar kedua di Indonesia tersebut adalah sebagai direktur komersial sesuai spesialisasinya yakni pemasaran. Namun, Erik tak bertahan lama di Indosat seperti saat bekerja di Telkomsel dan BTEL.

Erik memutuskan hengkang dari Indosat karena adanya panggilan dari perusahaan maskapai milih negara alias BUMN, yakni Garuda Indonesia pada Juni 2013.

Meski memegang jabatan sebagai direktur & executive vice president bidang pemasaran dan penjualan yang merupakan keahliannya, tapi tetap saja Erik merasa canggung. Pasalnya, untuk pertama kalinya dalam 20 tahun kariernya di Indonesia, dia bekerja di luar perusahaan telekomunikasi.

Alhasil, begitu ditunjuk masuk dalam direksi Garuda Indonesia, Erik memutuskan untuk belajar kembali. Menurutnya, dia termasuk beruntung karena sebagai "orang awam" dalam bisnis ini dikelilingi rekan kerja sekaligus mentor-mentor andal seperti Direktur Utama Garuda Indonesia saat itu Emiryah Sattar. "Beliau mengajarkan saya soal sisi lain dari bisnis penerbangan sehingga saya cepat belajar," ujarnya.

Namun, romantisme Erik dan Garuda Indonesia hanya bertahan 18 bulan. Pada Desember 2014, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merombak susunan direksi emiten dengan kode GIAA tersebut, termasuk Erik yang juga terdepak dari posisinya.

Hidup terus berjalan, Februari 2015, Erik dipercaya Ooredoo, induk perusahaan Indosat untuk menjadi strategic brand advisor sekaligus juru bicara untuk wilayah Asia Tenggara. Posisi ini diembannya hingga November 2015. Sebulan kemudian, dia diangkat jadi orang nomor satu di Telkom Telstra.


Mengerti pasar


Sebelum akhirnya mantap menerima penunjukkan menjadi CEO Telkom Telstra, Erik awalnya sempat ragu. Meski mengaku mengerti pasar di Indonesia, tapi lini bisnis Telkom Telstra ini adalah Business to Business (B2B), padahal selama kariernya selama 22 tahun di Indonesia, dia selalu bekerja di perusahaan Business to Customer (B2C) alias ritel.

Di tengah keraguan tersebut, dia justru merasa tertantang untuk menaklukkan bisnis ini. Apalagi, dia selalu melihat pasar ini cukup besar dan selalu ada peluang di dalamnya. "Saya merasa ini kesempatan saya untuk belajar B2B," ungkapnya.

Erik tak menampik bahwa dirinya dipilih menjadi CEO karena Telkom Telstra membutuhkan orang yang mengerti pasar Indonesia dan menumbuhkan bisnis ini lewat interaksi dengan perusahaan lokal.

Adapun, produk solusi manajemen berbasis teknologi komunikasi yang dipasarkan merupakan produk dari Telstra mulai dari sistem pengamanan dan penyimpanan data perusahaan, hingga membuat software dan aplikasi yang dibutuhkan perusahaan.

Selain mengembangkan bisnis perusahaan, hal lain yang dilakukan Erik sebagai bos di perusahaan ini adalah menciptakan suasana kerja yang kondusif.

Erik bilang salah satu hal yang dilakukan saat datang ke perusahaan ini adalah menyatukan karyawan Indonesia dan Australia di perusahaan agar bisa berbaur satu sama lain. "Saat datang kesini saya terkejut, karena karyawan asal Australia berkumpul dengan rekan senegaranya, padahal yang dikerjakan mereka berbeda satu sama lain. Akhirnya, saya minta mereka untuk berbaur dengan tim masing-masing," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi

Terbaru