TOKOH - Sebagai Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf sangat dekat para pelaku usaha yang terjun ke bisnis kuliner. Tak terkecuali, pelaku usaha yang mencoba peruntungan di bisnis kopi.
Triawan mengaku, Bekraf sangat concern memberikan dukungan terhadap pengembangan usaha kopi Indonesia. Salah satu wujud nyata yang Bekraf lakukan adalah memperkuat branding dengan membuat logo “Kopi Indonesia” yang bisa menjadi generic branding pemersatu kopi Indonesia.
Dalam upayanya ini, ia pun sering kali berkunjung ke berbagai daerah, bertemu dengan pebisnis kopi, pecinta kopi, barista, hingga para petani kopi. Semua itu Triawan lakukan sebagai upaya menggalang berbagai masukan dan dukungan dari sebanyak mungkin pemangku kepentingan usaha kopi di Indonesia.
Lantaran kegiatannya inilah Triawan kerap belajar menyeduh alias brewing kopi sendiri. Salah satu teknik menyeduh kopi yang dia kuasai adalah penyeduhan manual menggunakan kertas filter.
“Kalau ada orang bikinin saya kopi, dalam hati saya selalu bilang, enakan mana nih sama bikinan saya,” katanya sembari tertawa lepas saat acara peluncuran buku Indonesia Coffee Craft & Culture di Jakarta akhir tahun lalu.
Kendati menguasai teknik penyeduhan kopi, Triawan bukan pecandu kopi. Sebab, kondisi fisik tak memungkinkannya untuk menyeruput kopi terlalu banyak.
Ia mengaku alergi kopi. Saat minum kopi ia akan merasa sedikit gatal di tubuh. Terkadang kopi juga membuat perutnya kurang nyaman.
Namun, itu semua bukan masalah selama masih bisa mengatur asupan kopi yang dia minum. “Saya minum paling dua cangkir per hari. Perut juga tak kuat kalau minum kopi setengah lima pagi,” ucap ayah dari artis Sherina ini.
Walau membatasi, toh, Triawan sudah mencicipi hampir semua jenis kopi Indonesia. Tak heran, lidahnya mampu membedakan ciri khas kopi sesuai daerah asalnya. “Kopi Toraja salah satu kopi favorit saya,” ucap pria kelahiran Bandung, 28 November 1958, ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News