Musim penantian, Liverpool harusnya raih Rp 721 miliar sebagai juara Liga Inggris

Rabu, 08 April 2020 | 10:47 WIB   Reporter: Azis Husaini
Musim penantian, Liverpool harusnya raih Rp 721 miliar sebagai juara Liga Inggris

ILUSTRASI. Premier League - Liverpool v Everton - Anfield, Liverpool


LIGA PRIMER INGGRIS -JAKARTA. Liverpool sebenarnya selangkah lagi menjadi juara Liga Inggris musim ini. Namun, virus corona membuat klub dengan fans fanatik itu harus menunggu keputusan resmi.

Bagi Liverpool juara musim ini bukan sekadar musim penantian karena mereka sudah menanti juara setelah 30 tahun tak pernah meraih tropi tertinggi di liga terkaya sejagat itu, tetapi juga urusan hadiah sebagai juara yang sangat besar.

Baca Juga: Gara-gara virus corona, FIFA bakal perpanjang musim 2019/2020 tanpa batas

Sebagai gambaran saja, musim lalu (2018-2019), Manchester City mendapatkan Rp 38,4 juta pound (Rp721 miliar) sebagai juara Liga Inggris 2018-2019. Liverpool yang ada di urutan kedua, mengantongi 36,5 juta pound (Rp684,8 juta).

Adapun pendapatan Liverpool tahun 2019 mencapai £ 533 juta, naik £ 78 juta dari periode serupa tahun lalu. Pendapatan ini melonjak karena Liverpool mendapat hadiah sebagai juara di Liga Champion.

Selain itu, lonjakan pendapatan terjadi karena adanya kenaikan pendapatan dari hak siar yang semula £ 41 juta menjadi  £ 261 juta. Lantas pendapatan komersial juga melonjak dari  £ 34 juta melesat ke £ 188 juta,  dan laga pertandingan yang tadinya cuma £ 3,5 juta meroket menjadi  £ 84 juta.

Ingin Rumahkan karyawan

Sedihnya, dengan kenaikan pendapatan tahun lalu, Liverpool malah sempat ingin merumahkan karyawan karena Liga dihentikan, namun belakangan niat merumahkan karyawan diurungkan.

Baca Juga: Cegah penyebaran corona, penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2 ditunda dua pekan

Mengutip Kompas.com (7/4), sebelumnya, pada Sabtu (4/4/2020) waktu setempat, pemuncak klasemen Premier League ini memutuskan untuk merumahkan pegawai mereka melalui skema Pemerintah Inggris bertajuk "The Coronavirus Job Retention Scheme". Lewat skema tersebut, para karyawan akan mendapat gaji 80 persen yang dibayarkan Pemerintah Inggris dan klub membayar 20 persen sisanya.

Para karyawan yang mendapatkan bantuan ini tak boleh bekerja untuk atasan/perusahaan mereka selama masa pemberlakuan "The Coronavirus Job Retention Scheme".

Namun, Liverpool sadar melakukan kesalahan. Pihak klub pun memohon maaf dan batal merumahkan pegawai mereka. "Kami percaya kami sampai pada kesimpulan yang salah minggu lalu dan kami benar-benar minta maaf soal itu," tulis Chief Executive Liverpool, Peter Moore, dalam surat klub.

Peter Moore menambahkan bahwa The Reds, julukan Liverpool, telah memilih cara alternatif untuk membayar para pegawai mereka.

"Klub terus mempersiapkan berbagai skenario lain, saat sepak bola dapat beroperasi kembali seperti sebelum pandemi. Skenario ini berkisar dari kasus terbaik hingga terburuk." katanya.

Baca Juga: Gelar Liverpool tertunda gara-gara Liga Primer ditunda hingga 3 April

Sebelumnya, keputusan Liverpool yang merumahkan pegawai menuai kecaman dari beberapa pihak, termasuk dari para eks pemain dan pendukung mereka. Eks pemain mereka, Danny Murphy mengatakan hal tersebut tak seharusnya dilakukan Liverpool.

Hal ini karena klub yang bermarkas di Stadion Anfield itu memiliki cukup banyak uang untuk hidup di tengah pandemi virus corona. Pemilik Liverpool, Fenway Sports Group, dilaporkan memiliki keuntungan bersih sebesar 2,2 miliar pounds atau sekitar Rp 44 triliun rupiah.

Oleh sebab itu, The Reds dinilai tidak perlu bantuan keuangan sekalipun dari pemerintah pada masa-sama sulit akibat pandemi virus corona. Keputusan terbaru ini mendapat apresiasi dari eks bek Liverpool, Jamie Carragher.

Sebelumnya, Carragher juga mengkritik kebijakan Liverpool yang merumahkan pegawai. "Well done Peter Moore dan Liverpool, awalnya sebuah kesalahan besar dan untungnya sekarang sudah beres," tulis Carragher.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini

Terbaru