HOBI - JAKARTA. Olahraga identik dengan adu fisik, adu cepat, dan adu strategi antarmanusia. Memang, ada olahraga yang menggunakan alat bantu. Tapi tetap, manusia yang mengendalikan. Misalnya, balap mobil Formula 1 (F1) dan motor MotoGP.
Belakangan, berkembang olahraga digital alias electronics sport (e-sport) yang tak lagi ada adu fisik atau kontak manusia secara nyata. Tetapi, lewat karakter dalam bentuk permainan atawa gim.
Konteks e-sport memang mulai ramai setelah banyak gim daring meledak di pasaran. Sebut saja, Counter Strike: Global Offensive (CS:GO), Defend of The Ancient (DoTA), hingga yang sekarang mewabah di tanah air, Mobile Legends Bang Bang (MLBB), Player Unknown Battleground (PUBG), dan Arena of Valor (AoV).
Gim-gim tersebut punya kesamaan dengan sebuah olahraga: terdiri dari tim yang saling berlawanan. Untuk itu, gim yang mulanya hanya sekadar mengisi waktu luang, kini menjelma menjadi satu kesatuan tim profesional. Mereka juga membutuhkan latihan, mendapat bayaran untuk bertanding, dan bergabung di klub lengkap dengan manajer serta pelatih.
Wilbert Marco, Manajer Rex Requm Qeon (RRQ), tim e-sport asal Indonesia, menyatakan, perkembangan e-sport sangat pesat termasuk di negara kita. Itu sebabnya, butuh tim dan pengelolaan secara profesional. Terlebih, bila bertanding dalam sebuah kompetisi bergengsi.
Layaknya sebuah klub olahraga saja, tim e-sport juga punya pelatih, biar kemampuan pemain semakin baik. "Para pemain profesional, kan, bertanding di sebuah kompetisi, sehingga butuh pengelolaan secara serius," ungkap Wilbert.
Bisa jadi pekerjaan
Nah, RRQ yang berdiri 2013 lalu saat ini memiliki 23 pemain yang bergabung dalam empat divisi gim: Point Blank, DoTA 2, MLBB, dan AoV. Sebagai manajer, Wilbert bertugas mengatur jadwal, mulai latihan hingga kompetisi, termasuk memandu pemain hingga mencari talenta-talenta terbaik untuk bergabung di RRQ.
Pengelolaan yang profesional oleh RRQ sejauh ini membuahkan hasil yang baik. Tahun lalu, RRQ keluar sebagai pemenang dalam kejuaraan dunia Point Blank. "Terakhir, kami mewakili Indonesia di ajang internasional DoTA 2, Maret lalu, yang diadakan di Tangerang," ujar dia.
Peminat e-sport pun semakin banyak. Berdasarkan penelusuran KONTAN, nilai industri bisnis ini tahun lalu sebesar US$ 116 miliar. Tahun ini, perkiraan nilai industri itu capai US$ 125,4 miliar.
Yusuf Kurniawan, anggota tim RRQ untuk gim Yabbyo, mengatakan, sebagai pemain e-sport profesional, dirinya memperoleh penghasilan. "Bahkan, bisa jadi pekerjaan bila ditekuni secara serius," kata Yusuf yang awalnya hobi gim online.
Kerennya, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot Dewa Broto mengungkapkan, e-sport menjadi salah satu cabang olahraga ekshibisi di Asian Games 2018. Pesta olahraga terakbar se-Asia ini bakal digelar di Jakarta dan Palembang pada Agustus mendatang.
Tertarik jadi pemain e-sport?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News