Peluang bisnis masih besar menjadi indikasi Kaesang masuk ke industri klub sepak Bola

Minggu, 21 Maret 2021 | 21:41 WIB   Reporter: Intan Nirmala Sari
Peluang bisnis masih besar menjadi indikasi Kaesang masuk ke industri klub sepak Bola

ILUSTRASI. Anggota Pasoepati. ANTARA FOTO/Maulana Surya/wsj.


SEPAK BOLA - JAKARTA. Masuknya anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep sebagai Direktur Utama PT Persis Solo Saestu (PT PSS) turut meramaikan industri sepak bola Tanah Air. Apalagi, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ikut terlibat lewat putranya Mahendra Agakhan Thohir yang diangkat sebagai Presiden Komisaris di klub sepak bola Solo tersebut. 

CEO Bali United Yabes Tanuri memandang, masuknya para konglomerat ke industri sepak bola tidak lain karena masih besarnya potensi yang belum digarap. Apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa, sekitar 170 juta orang merupakan penikmat sepak bola. 

Yabes mengungkapkan kalau bisnis sepak bola Indonesia masih sangat muda dan belum berkembang. Bahkan dia mengklaim bisnis sepak bola Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand, baik dari sisi uang beredar maupun TV rate secara komersial. 

Untuk itu, peluang bisnis di industri sepak bola dianggap masih sangat besar, apalagi dengan jumlah penduduk Tanah Air yang besar. Dia menyampaikan kalau jumlah peminat atau penggemar jadi target market industri sepak bola untuk bisa menawarkan produknya.

"Mungkin hal itu yang menyebabkan Kaesang ikut tertarik di dunia sepak bola, karena bisnis ini masih sangat muda sekali. Industrinya sendiri, cenderung sudah tua dan cukup panjang di seluruh dunia dan kebanyakan umur perusahaannya juga panjang," ungkap Yabes kepada Kontan, Minggu (21/3).

Dengan begitu, Yabes menekankan kalau industri sepak bola merupakan industri yang berumur panjang. Dimana, prospek bisnisnya bisa menjalar luas dan memiliki multiplayer effect. Bisnis sepak bola sendiri merupakan fanatisme, dimana penggemar sepak bola cukup loyalitas untuk mengeluarkan dananya untuk mendukung idolanya, seperti pergi ke berbagai kota untuk menonton pertandingan, membeli merchant, hingga membuat berbagai spanduk. 

"Ini industri yang akan terus berkembang turun temurun, sehingga menciptakan multiplayer effect besar. Semakin lama klub sepak bolanya hadir, maka jumlah penonton fanatisnya juga cukup besar," jelasnya. 

Baca Juga: Pimpin Persis Solo, Kaesang Pangarep: Liga 1 harga mati

Sementara itu, pengusaha sekaligus pemuka agama Yusuf Mansur menjelaskan, dipilihnya Kaesang tentunya akan memberikan keuntungan lebih bagi Persis Solo dan kota Solo sendiri. Penempatan anak Presiden tersebut sebagai Dirut Persis Solo juga dipandang sebagai hal yang wajar.

"Sebagai orang yang memiliki kekuatan baik diri sendiri maupun kekuatan orang tuanya selaku anak Presiden dan sebagai yang punya network banyak, ini akan menguntungkan bagi Persis Solo dan masyarakat Solo," ujarnya kepada Kontan, Minggu (21/3).

Hanya saja, pria yang akrab disapa Ustadz YM ini mengingatkan agar tanggung jawab yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan posisi yang tepat. "Bagaimana kemudian kekuatan dimanfaatkan dengan cara yang benar, tidak menjadi paksaan dan tidak menjadi pintu masuk proyek atau menggunakan kekuasaan dengan posisi yang salah," ungkapnya. 

Ustadz YM juga mengaku tidak segan untuk menempatkan anaknya pada posisi strategis karena dipercaya. Selain itu, dia juga menginginkan anaknya untuk memiliki pengalaman, keahlian dan ilmu tambahan yang bisa ditingkatkan dan terlibat dengan berbagai urusan, sehingga penempatan Kaesang pun dianggap sebagai hal yang wajar.

Adapun untuk prospek industri dan bisnis sepak bola Tanah Air dipandang Ustadz YM masih memiliki potensi yang sangat besar. Hanya saja, dibutuhkan konsentrasi, passion, keseriusan hingga team yang berdedikasi tinggi untuk mendorong kinerja industri bisa lebih baik ke depan.

Ke depan, Yusuf berharap masyarakat luas bisa memiliki kontribusi lebih luas dalam kepemilikan saham klub sepak bola Tanah Air. Untuk itu, dia juga mendorong klub bola Indonesia bisa menjadi perusahaan terbuka (Tbk), atau bisa juga dengan cara koperasi dengan meng-korporasikan masyarakat bola.

"Dengan demikian, seluruh masyarakat di satu klub daerah bisa berperan aktif sebagai pemegang saham," tandasnya.

Selanjutnya: Kaesang Pangarep dan Erick Thohir resmi duet mengelola Persis Solo Saestu

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .
Terbaru