FILM - JAKARTA. Perkembangan teknologi tak membuat saluran distribusi perfilman Indonesia terhambat. Adapun saat ini dinilai saluran karya-karya perfilman Indonesia dapat disalurkan melalui teknologi OTT sehingga penonton dapat mengakses video on demand.
Vivian Idris, Direktur Program Alkatara menyebutkan bahwa kondisi perfilman Indonesia saat ini dihadapkan pada distribusi karya. "Dari riset yang kami terima sudah produksi 200 film. Sedangkan dalam 1 tahun ada 52 minggu, jadi dari 200 film dibagi 52 minggu tidak cukup, makanya melalui Alkatara, kami juga mendorong pebisnis membuka layar baru juga," ujarnya di Jakarta, Kamis (13/9).
Namun, ia juga bilang bahwa saat ini layar tempat menonton tidak hanya layar bioskop, melainkan juga dari layar telepon genggam. Karenanya, di program Alkatara 2018 juga menggandeng iflix untuk menjadi partner sebagai saluran distribusi produksi film-film Indonesia. Walaupun begitu, ia menegaskan bioskop akan tetap relevan.
"Bioskop akan terus relevan, sebab pengalaman cinematik adanya di bioskop. Sebenarnya kemajuan teknologi yang mendukung lahirnya saluran distribusi lain. Lihat saja dulu sebelumnya menonton lewat laptop, makin ke sini semakin kecil dan bisa dibawa ke mana-mana," ujarnya.
Selain menjadi partner, dalam program Alkatara pihak iflix disebutkan telah siap memproduksi 5 proposal dari yang telah diterima Alkatara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News