Pimpin Persis Solo, Kaesang Pangarep: Liga 1 harga mati

Minggu, 21 Maret 2021 | 19:23 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Pimpin Persis Solo, Kaesang Pangarep: Liga 1 harga mati

Anggota Pasoepati mengusung poster untuk menyambut pemilik saham mayoritas sekaligus Direktur Utama PT Persis Solo Saestu (PSS) Kaesang Pangerep di kawasan Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/3/2021). j.


Pengamat olahraga Fritz Simanjuntak mengatakan, saat ini cabang olahraga seperti sepakbola memang telah berkembang menjadi hiburan dan industri tersendiri. Selain dari tiket pertandingan, selebritas dari pemaian, marchandise, dan juga sponsor menjadi peluang bisnis untuk meraup laba.

"Apalagi kalau bisa menggaet TV, eksposure-nya semakin besar. Sama seperti dunia bisnis lainnya, diharapkan konglomerat pemilik klub bisa terus menambah investasinya, misalnya untuk pembelian pemain tersohor dan pembangunan stadion bertaraf international," ungkap Fritz kepada Kontan.co.id, Minggu (21/3).

Senada, Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda menyampaikan bahwa masuknya pebisnis dan pesohor ke industri sepak bola juga terjadi di negara lainnya. Termasuk di liga-liga besar dunia.

Di Indonesia, salah satu konglomerat yang rajin berinvestasi di industri sepak bola adalah Grup Bakrie. "Grup Bakrie dan Erick Tohir di luar negeri sudah tercatat pernah memiliki klub sepakbola. Di dalam negeri, Grup Bakrie sudah lebih dahulu mempunyai beberapa saham di klub sepakbola Indonesia. Belum lagi konglomerat-konglomerat lainnya yang mempunyai saham d beberapa klub lokal," kata Huda.

Keuntungan memiliki klub sepakbola juga bisa mengangkat nama atau pamor sang pemilik. Baik secara pribadi maupun korporasi. Apalagi dengan tim yang memiliki basis supporter yang mengakar dan fanatik. "Produk-produk dari perusahaan investor akan terpampang dalam stadion, kaos, hingga acara-acara lainnya yang tentu saja itu adalah upaya marketing perusahaan," sambung Huda.

Yang pasti, masuknya para pebisnis ini ke kancah sepakbola diharapkan bisa membuat klub-klub lokal menjadi semakin kompetitif dan dikelola secara profesional. Sehingga bisa mandiri secara finansial dan tidak tergantung lagi kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

"Dengan semakin mandiri klub, artinya semakin bagus sepakbola. Masuknya pebisnis ke industri sepakbola nasional seharusnya bisa baik," pungkas Huda.

Selanjutnya: Beli saham Persis Solo, Erick Thohir: Kangen bola!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru