Tebas juga menilai, klub-klub besar lainnya, seperti Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Muenchen, mencoba berpartisipasi dalam Liga Super Eropa, untuk menjaga pemain bintang mereka tidak pergi.
Berdasarkan argumen tersebut, Tebas menegaskan, kalau Liga Super Eropa terwujud, maka akan menjadi sebuah bencana yang merusak industri sepak bola Eropa. Secara umum, klub-klub yang didanai pengusaha kaya raya bisa menciptakan kapitalisasi dalam kultur sepak bola Eropa.
Baca Juga: Apakah Dybala akan merapat ke Real Madrid?
UEFA sendiri telah mengantisipasi ketimpangan antartim dengan menerapkan financial fair play (FFP) dalam membatasi pengeluaran klub. Sejumlah klub sudah pernah dijatuhi sanksi FFP sejak peraturan tersebut berlaku
Sebut saja, AC Milan yang terkena sanksi akibat pelanggaran belanja pemain. Selain itu, Manchester City juga pernah terancam sanksi UEFA lantaran pembelian pemain di bawah usia 18 tahun.
Sementara PSG saat ini masih menjalani pemerikasaan UEFA terkait transfer pemain termahal mereka, Neymar dan Kylian Mbappe.
Meski demikian, Tebas mengatakan, UEFA masih belum cukup menerapkan aturan agar klub-klub kaya raya mendapatkan efek jera dari monopoli pasar sepak bola. "Tidak. Anda hanya perlu melihat sebuah contoh, AC Milan telah dikeluarkan dari kompetisi Eropa dan PSG belum," kata Tebas.
"Harus ada beberapa perubahan dalam sistem pemerintahan sepak bola Eropa dan dunia karena sepak bola, selain menjadi olahraga, juga merupakan industri,” kata dia menambahkan.
Penulis: Angga Setiawan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Presiden La Liga Sebut PSG dan Man City Ancaman Sepak Bola Eropa"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News