JEP CANDI BOROBUDUR - MAGELANG. Mendengar kata Borobudur akan terbayang sebuah kemegahan warisan kuno abad ke-8 Masehi. Borobudur identik dengan sebuah candi Buddha yang berada di kawasan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sudah sejak lama pula kawasan ini dikenal sebagai destinasi wisata, tapi pamornya masih kalah dibandingkan Bali.
Maka ketika pemerintah menetapkan Borobudur sebagai salah satu destinasi 10 Bali Baru, perhatian publik tertuju ke kawasan ini. Apa lagi, selain candi Borobudur, banyak lokasi wisata menarik lainnya di seputaran Magelang, di mana warisan budaya yang diakui dunia ini berdiri gagah.
Baca Juga: Rute Borobudur Marathon 2018 kantongi sertifikat internasional
Wisata Borobudur bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis wisata. Pertama, wisata religi yang diwakili oleh Candi Borobudur, Mendut, Pawon hingga Gunung Tidar.
Kedua, wisata alam yang bisa diwakili oleh Punthuk Setumbu dan rafting Sungai Elo.
Ketiga wisata sejarah, yang diwakili oleh Museum Diponegoro dan Museum BPK.
Wisata religi
Tim KONTAN mendatangi Candi Borobudur dari Bandara Baru Yogyakarta. Jarak yang kedua lokasi tersebut kurang lebih 60 km dan ditempuh dalam waktu 1,5 jam.
Bagi umat Buddha, Candi Borobudur, Mendut dan Pawon merupakan tempat suci yang berkaitan dengan ritual keagamaan mereka.
Upacara keagamaan biasanya dimulai dari Candi Mendut, lalu ke Pawon dan puncaknya ada di Borobudur. Biasanya ketika perayaan hari raya Waisak, ritual diselenggarakan dan dihadiri oleh para pemeluk Buddha seluruh dunia.
Tentu saja, candi Borobudur tidak hanya diminati oleh pemeluk Buddha. Kemegahannya menjadi daya tarik bagi pengunjung tak peduli apa pun agamanya.
Baca Juga: Isentia: Jelang libur akhir tahun, Yogyakarta jadi kota yang paling dibahas di medsos
Benito salah satunya. Wisatawan asal Italia ini mengaku tertarik datang ke Borobudur untuk mengagumi dari dekat keindahan relief dan kemegahan bangunannya. Lebih menakjubkan melihat secara langsung daripada di dunia maya, akunya.
Sedangkan Theresia, asal Belanda, datang ke Borobudur untuk kedua kalinya. Jika sebelumnya datang sendirian, maka kini ia datang bersama teman-temannya. Rasanya tidak pernah bosan datang ke Borobudur, ungkapnya.
Selain bisa menikmati keindahan candi, Anda juga bisa mendapatkan banyak hiburan. Mulai dari naik kereta taman, andong, bersepeda, kereta kuda hingga berfoto dengan gajah.
Karena terletak di ketinggian 265 meter di atas permukaan laut, dari candi ini kita bisa melihat keindahan dan kemegahan matahari terbit.
Baca Juga: Pemerintah akan percepat proyek infrastruktur wisata super prioritas
Untuk menyaksikan sunrise, wisatawan rela merogoh kocek Rp 350.000 dengan membeli tiket masuk dari resto Manohara yang dikelola oleh PT TWC. Dengan membeli tiket, pengunjung mendapat izin khusus memasuki monumen pagi-pagi sekitar pukul 04.30, sebelum waktu buka reguler. Dibutuhkan sekitar 5 menit berjalan kaki dari Manohara ke Candi Borobudur.
Jika Anda ingin naik ke candi, maka datanglah pada pagi hari sebelum pukul 10 atau antara jam 3 sore hingga 5 sore. Selain terhindar dari terik matahari, Anda juga bisa mendapatkan foto atau gambar yang minim backlight.
Selain umat Budha, umat Islam juga punya situs menarik di Magelang. Tepatnya di kawasan Gunung Tidar. Lokasinya berada di Kota Magelang dekat terminal lama.
Gunung Tidar ini memiliki situs makam atau petilasan Syekh Subakir, yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di Tanah Jawa. Tak heran, jika situs ini ramai juga dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah di Jawa.
Untuk bisa sampai ke situs ini, Anda harus menaiki 564 anak tangga. Namun jangan khawatir, pemandangan di sekitarnya cukup indah nan sejuk karena dikelilingi oleh pohon cemara dan pinus.
Wisata alam
Bagi Anda pecinta keindahan alam, jangan lupa bertandang ke Punthuk Setumbu. Kawasan ini sebenarnya merupakan sebuah bukit yang bisa digunakan untuk menikmati panorama Candi Borobudur.
Banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara, datang sejak subuh ke Punthuk Setumbu untuk menikmati keindahan matahari terbit dengan latar pemandangan Candi Borobudur, Gunung Merapi, dan Merbabu.
Jaraknya hanya 4,8 kilometer dari Candi Borobudur. Untuk mencapainya diperlukan waktu tempuh sekitar 11 menit berkendara roda empat. Untuk mencapai titik puncak bukit, Anda harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menaiki anak tangga selama kurang lebih 10 menit hingga 20 menit.
Punthuk Setumbu salah satunya dipopulerkan lewat adegan dalam film layar lebar Ada Apa Dengan Cinta 2 tahun 2016 yang diperankan Nicholas Saputra (Rangga) dan Dian Sastrowardoyo (Cinta).
Baca Juga: Pembangunan infrastruktur lima KSPN super prioritas butuh anggaran Rp 7,6 triliun
Dalam sekuel film Ada Apa Dengan Cinta itu, digambarkan adegan Rangga mengajak Cinta menikmati keindahan alam di Punthuk Setumbu melalui Rumah Doa Bukit Rhema, atau banyak orang dahulu menyebutnya Gereja Ayam.
Bagi Anda penikmat arung jeram, bisa mencicipi rafting di Sungai Elo. Sungai ini terletak di desa Pare, Blondo Mungkid, Magelang.
Sungai Elo mempunyai panjang sekitar 12 kilometer. Jika disusuri dengan aktivitas arung jeram, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam sampai dengan 3 jam. Jika itu terlalu lama bagi Anda, tenang, para operator rafting Sungai Elo juga menyediakan paket rafting 10 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Saat Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata 2019 KONTAN tiba, sungai Elo sedang dalam kondisi surut, karena memang sedang kemarau. Jika sedang musim hujan, maka arus sunga Elo akan lebih menantang lagi. Kondisi surut ideal untuk peserta pemula, ujar Pranjono, pemandu wisata rafting Sungai Elo.
Selama perjalanan mengarungi Sungai Elo, terdapat sebuah rest area bagi Anda yang ingin beristirahat. Di tempat itu kita bisa menikmati es kelapa muda, dan beberapa kudapan serta gorengan.
Wisata sejarah
Kota Magelang juga cocok bagi Anda penggemar sejarah. Di kota ini terdapat museum Pangeran Diponegoro yang merupakan tokoh perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Museum ini terletak di Jalan Diponegoro No 1, Magelang atau 500 meter dari pusat Kota Magelang, dan merupakan kediaman terakhir Diponegoro sebelum ditangkap oleh Belanda.
Sejarah museum Diponegoro ini erat hubungannya dengan peristiwa ditangkapnya Pangeran Diponegoro. Maklum, bekas ruangan perundingan dan penangkapan Pangeran Diponegoro tersebutlah yang kemudian dijadikan museum. Sejumlah peninggalan dari masa terakhir Diponegoro di ruangan tersebut pun setia dipamerkan.
Baca Juga: Genjot pariwisata, Menhub minta maskapai tambah layanan ke destinasi 5 Bali Baru
Masih satu lokasi dengan museum Diponegoro, terdapat museum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Museum ini menempati ruangan yang memiliki panjang 29,95 meter dan lebar 20 meter.
Magelang menjadi saksi sejarah sebagai kota yang menjadi kelahiran BPK pada 1 Januari 1947. Sebelum akhirnya kantor BPK dipindahkan ke Yogyakarta setahun kemudian.
Di museum ini terdapat pula ruang audio visual yang akan memberikan pengunjung tontonan sejarah BPK, dan perjalanan BPK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News