Ramai polemik audisi bulu tangkis, intip gurita bisnis Grup Djarum

Kamis, 12 September 2019 | 04:36 WIB Sumber: Kompas.com
Ramai polemik audisi bulu tangkis, intip gurita bisnis Grup Djarum

ILUSTRASI. PB DJARUM HENTIKAN AUDISI UMUM BULUTANGKIS


BULU TANGKIS - JAKARTA. Persatuan Bulu Tangkis PB Djarum secara resmi menghentikan audisi pencarian bibit atlet bulu tangkis mulai tahun 2020. Hingga saat ini, banyak pihak masih memperdebatkan polemik dihentikannya audisi beasiswa yang telah melahirkan banyak pemain bulutangkis andalan Indonesia itu.

Keputusan tersebut diambil usai Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai ajang tersebut memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek Djarum yang identik dengan produk rokok. Status nama dari yayasan yang sama dengan merek rokoklah yang menjadi isu utama dalam perdebatan yang masih panas hingga saat ini.

Lalu, apakah bisnis kretek menjadi satu-satunya sumber pendapatan Grup Djarum?

Baca Juga: Djarum: PB Djarum Adalah Nama Klub, Bukan Merek Rokok

Dikutip dari laman resmi Djarum, Rabu (11/9), Oei Wie Gwan membangun pondasi bisnis kreteknya di Kudus pada 21 April 1951. Bisnis kretek tersebut terus berkembang, hingga akhirnya generasi kedua mulai mengambil alih bisnis ketika Oei meninggal dunia pada 1963.

Dua putra Oei, yakni Hartono bersaudara Michael dan Robert terus mengembangkan bisnis keluarga dan menjadi keluarga terkaya di Indonesia. Bahkan, keluarga mereka masuk ke dalam daftar 25 keluarga terkaya di dunia di posisi ke-22.

Bisnisnya kian menggurita...

Adapun kekayaan keluarga itu, yang saat ini dipimpin oleh Hartono bersaudara tercatat mencapai US$ 32,5 miliar atau setara sekira Rp 461 triliun. Bloomberg menyematkan kata "NEW" dalam pemeringkatan tersebut terhadap keluarga Hartono. Artinya, keluarga Hartono baru masuk dalam daftar keluarga terkaya di dunia tersebut pada tahun ini.

Baca Juga: Polemik PB Djarum, mantan komisioner KPAI: Jangan lihat pakai kacamata kuda!

Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono pun merupakan orang terkaya di Indonesia. Di dalam daftar 100 orang terkaya di dunia versi Bloomberg, Robert Budi Hartono menduduki posisi ke 80 dengan total kekayaan mencapai US$ 15,7 miliar, sedangkan Michael Hartono meduduki posisi ke 91 dengan kekayaan hingga US$ 14,7 miliar.

Di tangan Hartono bersaudara, Djarum memperluas lini bisnisnya ke sektor properti, perbankan, elektronik, pulp dan kertas, perkebunan, telekonomunikasi hingga yang teranyar merambah industri digital melalui perusahaan modal ventura GDP Venture.

Di lini bisnis perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI), Grup Djarum memiliki PT Hartono Plantation Indonesia. Selain itu, mereka juga mengembangkan bisnis elektronik melalui Polytron. Grup Djarum berencana fokus memproduksi televisi, kulkas, AC dan telepon seluler (ponsel).

Baca Juga: KPAI angkat bicara soal penghentian audisi bulu tangkis PB Djarum

Perusahaan itu berambisi memenangkan pasar televisi LCD dan LED yang masih dipegang pabrikan Jepang dan Korea Selatan. Khusus untuk bisnis ponsel, perusahaan itu akan mengeluarkan terobosan anyar.

Asal tahu saja, Grup Djarum juga memiliki bisnis properti dan perhotelan. Proyeknya antara lain mal Daan Mogot, WTC Mangga Dua, Grand Indonesia dan perumahan Resinda di Karawang, Jawa Barat. Meskipun lini bisnis utama tak melantai di bursa, setidaknya terdapat dua perusahaan Grup Djarum yang menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Saham BBCA merupakan salah satu saham dengan kinerja terbaik di bursa. Pasalnya, kinerja perusahaan setiap tahun juga menunjukkan prospek bisnis yang cerah.

Hingga kuartal II-2019 laba bersih BCA tercatat tumbuh 12,61% menjadi Rp 12,86 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun Sarana Menara Nusantara yang bergerak di sektor telekomunikasi pada semester I-2019 mencatatkan penurunan laba periode berjalan sebesar 7,97% menjadi Rp 993,51 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.

Baca Juga: PB Djarum hentikan audisi tahun 2020, Kak Seto: Kayak anak kecil

Generasi Ketiga Djarum Grup dan Disrupsi Digital Victor Rachmat Hartono, Martin Basuki Hartono dan Armand Wahyudi Hartono merupakan tiga sosok yang paling kerap disoroti. Victor merupakan putra sulung Budi Hartono yang kini menjabat sebagai Direktur Operasi PT Djarum. Selain itu, dirinya juga menduduki posisi Presiden Direktur program taggung jawab Djarum Grup, yakni Djarum Foundation.

Sementara itu, Martin memegang bisnis sektor digital lewat perusahaan modal ventura PT GDP Venture yang fokus mendanai perusahaan rintisan alias startup. Adapun Armand saat ini menjabat Wakil Presiden Direktur BCA berdampingan dengan Jahja Setiaatmadja yang memegang peran sebagai Presiden Direktur.

Kini, Djarum Grup telah berada di bawah kendali generasi ketiga. Bisa dikatakan, generasi ketiga Djarum Grup memiliki tantagan yang berbeda dengan para pendahulunya.

Baca Juga: Soal audisi PB Djarum yang terhenti, Erick Thohir bakal turun tangan

Saat ini pun, kerajaan bisnis Djarum harus bisa lincah dalam menghadapi disrupsi teknologi. Keberadaan GDP Venture bisa jadi merupakan salah satu upaya Djarum Grup untuk bisa terus mengembangkan bisnisnya di era disrupsi digital ini.

Dari laman resminya, GDP Ventures mendanai beberapa perusahaan rintisan seperti Kaskus, Mindtalk, Blibli.com, Cumi, Garasi.id, Gojek, Infokost.id, Tiket.com, Tinkerlust, Bobotoh.id, Bolalob, Beritagar.id, IDN Media, Dailysocial.id, Endeus, Historia, Kurio, Kumparan, Kicir, Opini.id, Womantalk.com, dan perusahaan rintisan yang menawarkan jasa solusi lainnya.

Teranyar, dikutip dari CB Insight, GDP venture terlibat dalam pendanaan seri A startup fotografer profesional SweetEscape bersama dengan konsorsium. Besaran dana segar yang disuntikkan mencapai 6 juta dollar AS per Juli 2019 lalu.

Baca Juga: Begini komentar Susy Susanti terhadap audisi PB Djarum yang berhenti tahun depan

Tak hanya menunjukkan taringnya di lini bisnis digital melalui GDP Venture, lini bisnis perbankan pun tak ketinggalan dalam melakukan trasnformasi digital. Tahun ini saja, BCA telah menganggarkan hingga Rp 5,2 triliun dari belanja modal mereka untuk mengembangkan layanan digital. Besaran belanja modal tersebu tumbuh 24% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dilanda Polemik Audisi Bulu Tangkis, Intip Gurita Bisnis Grup Djarum"
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru