Rawon dengkul sapi yang rasa gurihnya nendang

Rabu, 16 Januari 2013 | 17:48 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 14 - 20 Januari 2013
Rawon dengkul sapi yang rasa gurihnya nendang

ILUSTRASI. Minat investor masih akan tertuju pada aset safe haven berupa mata uang dollar AS, karena dianggap memiliki fundamental kuat. KONTAN/Fransiskus Simbolon/02/02/2015


Meskipun berkuah hitam pekat, rawon punya banyak penggemar. Dan, salah satu kedai yang tersohor menjual kuliner khas Jawa Timur ini adalah Rumah Makan Rawon Nguling yang ada di Jalan Raya Tambakrejo Nomor 75 Probolinggo, Jawa Timur. Rumahmakan ini sudah berjualan rawon sejak 1940-an.

Tapi, Anda tak perlu jauh-jauh ke Probolinggo untuk sekadar mencicipi si kuah keling itu. Rumah Makan Rawon Nguling sudah membuka banyak cabang, salah satunya di Jalan Cikajang Nomor 49 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jadi, bagi Anda yang tinggal di Ibukota RI dan sekitarnya yang ingin menyantap gurihnya rawon ini, segera merapat ke sini.

Ruang utama kedai yang berdiri pada 2008 ini mampu menampung sekitar 40 orang. Sedang di ruang lain dengan pendingin udara atau AC menyediakan meja dan kursi untuk 30 pengunjung.

Setelah Anda duduk di salah satu meja, pelayan akan segera membawakan buku menu dan mencatat pesanan. Meski rawon pada dasarnya berisikan potongan daging sapi, di kedai ini Anda juga bisa memesan rawon dengkul atau rawon buntut sapi. Keduanya merupakan favorit pengunjung Rumah Makan Rawon Nguling. “Padahal, di pusatnya, di Nguling, Probolinggo sana, menu ini tak ada,” kata Imung Haryanto, sang pemilik Rumah Makan Rawon Nguling cabang Cikajang, Kebayoran Baru.

Jika Anda penasaran dengan wujud dan rasa rawon dengkul atau buntut, silakan saja memesan keduanya. Tak berapa lama Anda menunggu, pelayan akan keluar membawa beberapa piring dan menaruhnya di hadapan Anda.

Lo, pesannya, kan, cuma rawon plus nasi? Rupanya, kedai ini punya kebiasaan menawarkan pelbagai lauk pelengkap untuk menemani Anda bersantap rawon. Jadi, pilih saja, mau menambahkan empal, paru, otak, perkedel, tempe, tahu, atau telur asin. Selain itu, tersaji pula semangkuk kecil sambal dan kecambah kacang hijau mentah.

Ya, ciri khas rawon adalah taburan kecambah mentah untuk campurannya. Namun, jika tak suka, Anda bisa menyingkirkannya, kok.

Semangkuk rawon dengkul akan menyusul kemudian. Dalam mangkuk putih berukuran lumayan besar itu, terlihat rangka tulang lutut atawa dengkul sapi berukuran cukup besar ditemani banyak potongan daging berwarna sedikit putih. Cuma, kelir kuahnya tak sehitam rawon Jawa Timur pada umumnya. Bahkan, warnanya cenderung cokelat kemerahan.

Tak terlalu hitam

Menurut Imung, keluak yang dia pilih menjadi bumbu utama rawon memang tak terlalu hitam. Sedang minyak bening di lapisan kuah rawon tercipta dari bumbu yang terdiri dari bawang merah, kemiri, jintan, jahe, dan kapulaga, yang sebelumnya ditumis dengan sedikit minyak bersama keluak dan kemiri hingga matang.

Segera saja ambil sendok dan ciduk kuahnya untuk dicicip. Wah, rasa gurih kuah, cita rasa asin, dan bumbu rempah khas rawon langsung bikin lidah menari. Tambahkan saja sambal dan kecambah untuk memperkaya rasa. Jika suka, Anda juga bisa memakai air perasan jeruk nipis untuk memberi rasa  asam pada kuah rawon.

Potongan daging berwarna putih yang “berendam” di kuah rawon ternyata adalah bagian sekeliling lutut sapi yang terdiri dari lemak, sendi, dan daging putih yang sangat empuk, kenyal sekaligus lembut di mulut. Sensasi rasa sedapnya begitu melekat di lidah dan meluncur mulus ke lambung. “Awalnya saya hanya coba-coba menambahkan dengkul sebagai variasi. Rupanya pengunjung suka,” ungkap Imung bangga.

Untuk urusan bumbu, Imung mendapat pasokan langsung dari Probolinggo. “Kami tinggal memasak sesuai takaran air dan daging sesuai pakem aslinya,” ujar Imung yang memiliki hubungan keluarga dengan pemilik Rumah Makan Rawon Nguling di Probolinggo. Sementara, untuk daging, dengkul, dan buntut sapi, dia sendiri yang mencari di Jakarta.

Imung bilang, cara memasak rawon sangat sederhana. Daging, dengkul, atau buntut sapi yang sudah dipotong-potong cukup direbus sebentar sampai berubah warna. Setelah itu, direbus kembali bersama bumbu hingga empuk. Sama sekali tak diberi daun pepaya atau diproses presto agar lekas empuk. Jadi, alami saja proses pengempukan daging, supaya bumbunya pun lebih meresap.

Kedai ini buka mulai jam sepuluh pagi sampai sembilan malam ini. Kalau Anda datang dari Kuningan, arahkan kendaraan ke Jalan Kapten Tendean hingga ketemu perempatan. Lurus saja masuk ke Jalan Wolter Monginsidi dan Jalan Cikajang ada di kiri jalan. Letak kedai ini di sisi kanan.

Untuk menebus semangkuk rawon dengkul plus nasi, Anda mesti merogoh kocek Rp 32.500. Harga rawon buntut dan nasih lebih mahal sedikit Rp 35.000 per porsi, sedang rawon daging dan nasi hanya Rp 18.000. Untuk menyegarkan kerongkongan, ada es cincau bercampur sari kelapa seharga Rp 10.000 per gelas. 

 

Rumah Makan Rawon Nguling
Jl. Cikajang No. 49 Kebayoran Baru, Jakarta
Telp:  021-7394319
Koordinat GPS:
S6024.221’ - E106081.013’

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru