School of Five, program kampanye 3M di SD dan Madrasah

Sabtu, 08 Mei 2021 | 15:43 WIB   Reporter: Lamgiat Siringoringo
School of Five, program kampanye 3M di SD dan Madrasah

ILUSTRASI. JAKARTA,7/4-UJI COBA SEKOLAH TATAP MUKA. Sejumlah murid mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka di SD Negeri Cideng 07, Jakarta, Rabu (7/4/2021). KONTAN/Fransiskus Simbolon


COVID-19 - JAKARTA. Netherland Development Organisation (SNV) terus melakukan pendekatan School of Five dalam upaya menyadarkan peserta didik di tingkat SD dan Madrasah, agar mereka patuh pada kebersihan maupun penerapan 3M.

Di tengah pandemi Covid-19, gerakan 3 M memang sangat penting, yakni menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Gerakan School of Five ini semakin dibutuhkan saat pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dan akan dilakukan Juli 2021. Itu sebabnya pendekatan agar siswa patuh menerapkan 3 M melalui pendekatan School of Five 

Pembimbing SNV Indonesia Yuyu Mukaromah mengatakan, School of Five merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk kampanye kebersihan tanggap covid-19 di sekolah dan telah diakui keberhasilannya di beberapa negara. Program School of Five yang menampilkan sosok super hero yang tanggap akan gerakan 3M.  

“Sepanjang Desember 2020-Maret 202, SNV bersama dengan pemerintah daerah di 10 daerah HBCC telah melaksanakan kegiatan School of Five. Kegiatan dilakukan seperti pelatihan guru, pelatihan dokter kecil dan penyampaian sesi-sesi kepada peserta didik baik secara virtual maupun tatap muka,” ujarnya dalam  webinar Sekolah/Madrasah Tanggap Covid-19 melalui Pendekatan School Of Five, Jumat (7/5) melalui keterangan pers. 

Sementara Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro, juga menekankan pentingnya penerapan protokol 3M pada masa PTM terbatas. Sebab, kata dia, syarat pembelajaran tatap muka salah satunya dapat dilakukan apabila mengikuti protokol kesehatan ketat.

“Memang banyak sekali panduan, seperti SKB 4 Menteri itu kalau saya lihat-lihat itu kayak skripsi. Tetapi sebenarnya basicnya sama, yaitu cuma 3M. Kita harus ngerti dulu apa yang meski dilakukan,” ujarnya.

Reisa menjelaskan, penerapan protokol kesehatan menjadi sangat penting lantaran penularan covid-19 dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung dikenal dengan droplet, yakni keluarnya percikan air dari mulut dan hidung yang mengandung virus. Sedangkan tidak langsung adalah melalui benda-benda yang ada di sekitar.

“Ingat, tempat masuknya virus itu cuma ada tiga, mata, hidung dan mulut. Virus masuk lewat baju dan enggak bisa, jadi apa yang kita lakukan itu cuma mencegah terjadinya penularan dengan kontak langsung atau tidak langsung ini,” ungkapnya.

Menurut Reisa, dibukanya PTM terbatas membutuhkan komitmen bersama. Tidak hanya guru dan murid, tapi juga orang tua. Menurut Reisa, orang tua harus menjadi pengawas dan turun tangan secara langsung, agar dapat memastikan pihak sekolah siap melaksanakan PTM terbatas.

Direktur Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sri Wahyuningsih menjelaskan, kebijakan pembelajaran tatap muka hanya dapat dilakukan apabila satuan pendidikan telah memenuhi daftar periksa.

“Daftar periksa itu seperti adanya sarana sanitasi dan kebersihan. Antara lain toilet dan layak, sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand sanitizer, serta disinfektan. Kemudian, mampu mengakses pelayananan kesehatan, minimal puskesmas. Lalu, menerapkan wajib masker, memiliki thermogun, mempunyai pemetaan warga di satuan pendidikan, serta mendapat persetujuan komite sekolah atau perwakilan orang tua/wali,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Lamgiat Siringoringo

Terbaru