The East, kisah Westerling dari sutradara Belanda, berakhir di panggung opera

Selasa, 17 Agustus 2021 | 12:47 WIB   Reporter: Ahmad Febrian
The East, kisah Westerling dari sutradara Belanda, berakhir di panggung opera

ILUSTRASI. Mola TV.


Lantaran tak digubris, De Vries membawa si pribumi ke  Raymond.  Setelah percakapan dengan pribumi itu, Raymond bertanya ke De Vries, “”apakah kamu ingin seperti yang lain cuma berjalan-jalan atau membantu orang? De Vriess menjawab “membantu orang". Maka, mulailah mereka menjakankan operasi gelap, membantu warga melawan “pemberontak”. Dibantu seorang KNIL pribumi beranama Samuel. 

Kembali terjadi dialog lagi antara De Vries dan Raymond. “Kamu tahu apa julukan rakyat terhadap saya? Ratu Adil," klaim Raymond.  

Singkat cerita, Raymond ditugaskan ke Sulawesi Selatan, Ia memilih anak buah dan De Vries salah satunya. Depot Speciale Troepen (DST), itulah  satuan yang dipimpin Westerling. Ia  melatih 120 orang anggota DST yang kemudian dibawa ke Makassar. 

DST melakukan operasi bumi hangus. Setiap hari Raymond Westerling duduk di kursi dengan sebuah meja sambil memegang sebuah notes berisi nama-nama. Di hadapannya berjongkok rakyat Sulawesi Selatan 

Mulailah kisah pembantaian Westerling seperti yang kita baca dalam berbagai literasi sejarah. Film ini mengisahkan metodenya: mengabsen dan memanggil rakyat satu per satu. Jika namanya sesuai, Raymond langsung menembak ke bagian kepala. 

De Vries tak setuju dengan metode tersebut dan menemui Raymond Westerling. Ia mempertanyakan mengapa tidak melakukan investigasi dahulu. Westerling berkukuh, informasi yang ia peroleh sudah benar. Ia mengabaikan protes De Vries. 

Akhirnya Raymond mengusir De Vries. Ia meminta De Vries berlari ke pantai ke sebuah kapal Belanda dan ia mengejar 15 menit setelah  De Vries lari. 
Lalu bertemulah mereka di pantai. Tapi cerita bukan berakhir di pantai. Kisah ini justru tuntas di sebuah panggung opera Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian

Terbaru