WISATA - Setiap tanggal 17 Februari diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Solo, Jawa Tengah. Tepat hari ini, Rabu (17/2/2021), Kota Solo merayakan hari jadinya ke-276.
Lantas, apa saja wisata di Kota Solo?
Wisata budaya dan sejarah di Kota Solo
Kota Solo memiliki sejumlah wisata budaya dan sejarah yang terkenal. Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Kota Surakarta, berikut daftar wisata di Kota Solo:
1. De Tjolomadoe
De Tjolomadoe adalah bekas pabrik gula Colomadu. Pabrik gula Colomadu dibangun di masa kepemimpinan KGPAA Mangkunagara IV tepatnya pada 8 Desember 1861.
Seiring berjalannya waktu, PG Colomadu resmi berhenti beroperasi pada 1997. Mesin uap dan ketel raksasa dibiarkan teronggok tak terawat pada tahun-tahun setelahnya.
April 2017, PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), dan PT Jasa Marga Properti membentuk Joint Venture dengan nama PT Sinergi Colomadu untuk mengubah kontruksi bangunan dengan tetap berpegang pada kaidah cagar budaya.
Nama-nama ruang di dalamnya tetap dipertahankan, seperti Stasiun Gilingan yang difungsikan sebagai museum pabrik gula, Stasiun Ketelan sebagai area kantin, Stasiun Penguapan sebagai area arcade, Stasiun Karbonatasi sebagai area art dan craft, Besali Café sebagai restoran, serta Tjolomadoe Hall atau ruang konser, dan Sarkara Hall sebagai pelataran multifungsi.
Baca Juga: Ultah ke-276, inilah sejarah lahirnya Kota Solo
2. Kampung Wisata Batik Kauman
Pada 2006 Kauman ditetapkan sebagai Kampung Wisata batik di Surakarta.
Terdapat daya tarik tersendiri di Kauman sehingga menjadikan Kauman sebagai salah satu Kampung Wisata Batik di Surakarta yaitu rumah batik, showroom batik, tempat pelatihan batik, penelitian, pengembangan produk batik, serta museum koleksi batik.
Pengunjung dan penjual batik bisa berinteraksi dan bertransaksi langsung dengan mengunjungi rumah industri batik mereka dan melihat proses produksi batik serta belajar membatik.
3. Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki luas area sekitar 54 are dan banyak koleksi patung, senjata dan pusaka kerajaan. Salah satu bangunan bertingkat yang menarik di Keraton Kasunanan yaitu Menara Sanggabuwana, konon menjadi tempat bertemunya Ratu Laut Selatan dengan Raja.
Menara ini didirikan oleh Sri Susuhan Pakubuwono III pada tahun 1782. Menara setinggi 30 meter ini berfungsi sebagai menara dan tempat memata-matai Belanda pada masa penjajahan.
Ketika Anda berkunjung ke Keraton Kasunanan ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki yaitu kediaman Raja Pakubuwono.
Area di Keraton Kasunanan yang boleh dikunjungi publik salah satunya adalah pendopo besar di dalam Sasana Sewaka, d imana pertunjukan tari dan gamelan disuguhkan di tempat itu.
Anda juga bisa mengunjungi museum yang ada di dalam kawasan Keraton Kasunanan. Terdapat berbagai koleksi kerajaan seperti kereta kencana, tandu, patung, senjata kuno dan beberapa koleksi lainnya.
Baca Juga: Victoria Care (VICI) hadirkan kawasan wisata edukasi Oemah Herborist Bali
4. Puro Mangkunegaran
Selain Keraton Kasunanan, Kota Solo juga memiliki istana yang indah dan megah yaitu Pura Mangkunegaran. Pura Mangkunegaran didirikan pada tahun 1757.
Begitu memasuki pintu gerbang Anda langsung disuguhkan arsitektur pendopo bergaya Jawa-Eropa. Pendopo biasa digunakan untuk pertunjukkan tari dan wayangyang biasanya diiringi dengan satu set gamelan bernama Kyai Kanyut Mesem.
Setelah melewati pendopo, pengunjung akan menuju Pringgitan, tempat di mana keluarga kerajaan tinggal dan Rekso Pustoko, tempat koleksi benda-benda kerajaan seperti koleksi topeng, kereta dan berbagai koleksi lainnya.
Salah satu paket wisata yang ditawarkan dan menjadi favorit turis asing adalah Mangkunegaran Royal Dinner. Anda akan merasakan menjadi tamu sehari dan bisa menikmati hidangan khas Keraton Mangkunegaran seperti garang asem bumbung, sambel goreng bledak, pecel pitik, lodoh pindang dan puding tape sebagai makanan penutup.
5. Benteng Vastenburg
Benteng Vastenburg adalah salah satu peninggalan Belanda, benteng ini dibangun pada 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff.
Sebagai bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa Surakarta, khususnya terhadap keraton Surakarta, benteng yang memiliki tinggi enam meter ini juga digunakan sebagai pusat garnisun.
Di seberangnya terletak kediaman gubernur Belanda (sekarang kantor Balaikota Surakarta). Setelah kemerdekaan, benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pada masa 1970-1980an bangunan ini digunakan sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya.
Sempat terbengkelai lantaran lahannya telah dimiliki swasta, Benteng Vastenburg dipercantik setelah ditetapkan sebagai situs cagar budaya per 2010 lalu.
Selanjutnya: Menjajakan dagangan di emperan keraton (1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News