FLIP - JAKARTA. Untuk menyebarkan semangat Hari Perempuan Internasional beberapa waktu lalu, perusahaan teknologi keuangan terkemuka sebagai platform pembayaran konsumen Flip menggelar diskusi daring Flip Virtual Talk bertajuk “Pemimpin Perempuan di Industri Teknologi: Membangun Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi di Lingkungan Kerja” minggu lalu.
Diskusi ini menghadirkan Gita Prihanto, Chief Operating Officer (COO) Flip dan Mesty Ariotedjo, Co-Founder dan CEO Tentang Anak, serta dipandu Nelly Mathias, seorang profesional di bidang pengembangan talenta.
Dalam konteks lingkungan kerja, Gita percaya pentingnya komitmen para pemimpin perusahaan, baik laki-laki maupun perempuan, untuk memasukkan nilai-nilai keragaman, kesetaraan, dan inklusi atau populer disingkat DEI (Diversity, Equity, Inclusion).
Baca Juga: Flip for Business, Solusi Otomasi Transaksi Keuangan Bagi Pelaku Usaha
“Unconscious bias masih terjadi, terkadang tanpa disadari. Aspek aspek perlu diperhatikan dalam memperbaiki bias implisit, tidak hanya dari sisi rekrutmen, tetapi juga dalam mengukur kesetaraan dan menciptakan lingkungan beragam yang bermanfaat bagi suasana kerja yang nyaman dan produktif,” ujarnya seperti dikutip dari rilis Flip, Senin (14/3).
“Ajakan diskusi yang inklusif dan usaha kolektif untuk menyebarkan kesadaran dan pengetahuan mengenai DEI secara aktif masih sangat diperlukan. Akan lebih baik lagi, apabila ada cara pengukuran yang distandardisasikan, supaya setiap perusahaan mengerti bagaimana mengukur hal ini sebagai langkah awal, seperti misalnya mengukur pay-parity dan ratio promosi antar gender.” Menurut Gita ini penting karena menciptakan lingkungan kerja yang beragam dan setara tidak hanya datang dari perempuan saja.
Dalam mewujudkan fairness di lingkungan kerja, prinsip diversity (keragaman), equity (kesetaraan), dan inclusion (inklusi) menjadi sumber utama. Flip mencoba mengimplementasikan budaya ini secara komprehensif.
Baca Juga: Flip Luncurkan Layanan B2B Flip for Business untuk Permudah Transaksi Perusahaan
“Flip memberi banyak dukungan dan fleksibilitas kepada pekerja perempuan. Pelaksanaan cuti haid dan pemberlakuan cuti melahirkan selama 4,5 bulan adalah salah satu contoh nyata. Selain itu, yang paling penting adalah menyediakan saluran komunikasi sehingga tidak ada satu pihak atau kelompok pun yang merasa dipinggirkan atau tidak mendapat kesempatan bersuara di perusahaan ini,” pungkas Gita.