Warren Buffett: Takutlah saat orang lain serakah

Jumat, 18 Oktober 2019 | 12:54 WIB   Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie
Warren Buffett: Takutlah saat orang lain serakah

ILUSTRASI. NEW YORK, NY - SEPTEMBER 19: Philanthropist Warren Buffett is joined onstage by 24 other philanthropist and influential business people featured on the Forbes list of 100 Greatest Business Minds during the Forbes Media Centennial Celebration at Pier 60 on


MILIARDER DUNIA - SAN FRANCISCO. Sebagai seorang investor kawakan, Warren Buffett pernah mengatakan merupakan hal yang bijaksana untuk merasa "takut ketika orang lain serakah dan serakah ketika orang lain takut". Pernyataan ini agak berlawanan dari pandangan pasar saham dan berhubungan langsung dengan harga aset: ketika yang lain serakah, harga biasanya mendidih, dan orang harus berhati-hati agar tidak membayar lebih untuk aset kemudian mengarah ke penurunan. Ketika orang lain takut, itu bisa memberikan peluang membeli nilai yang baik.

Buffett mengingatkan, harga adalah apa yang Anda bayar, dan nilainya adalah apa yang Anda dapatkan - bayar harga terlalu tinggi maka Anda akan merugi. Untuk menguraikan hal ini, nilai suatu saham relatif terhadap jumlah pendapatan yang akan dihasilkannya selama umur bisnisnya. Secara khusus, nilai ini ditentukan dengan mendiskontokan semua arus kas masa depan kembali ke nilai sekarang, yaitu nilai intrinsik. 

Baca Juga: Pengakuan Warren Buffett soal pelajaran paling mengejutkan yang pernah dia pelajari

Bertindak serakah ketika orang lain takut dan menuai hasil yang tinggi, di bawah situasi yang tepat: prediktabilitas harus ada, dan peristiwa jangka pendek yang menyebabkan penurunan harga berikutnya tidak boleh mengikis keuntungan.

Berikut sejumlah kisah Buffett yang bisa dijadikan pelajaran seperti yang dikutip dari berbagai sumber.

Puntung Cerutu dan Coca-Cola

Warren Buffett bukan hanya investor yang kontroversial. Dia mungkin apa yang Anda sebut “investor dengan nilai orientasi bisnis.” Artinya, ia tidak membeli apa pun dan semuanya hanya karena sedang dijual. Gaya investasi Buffett disebut sebagai gaya investasi puntung cerutu, di mana seseorang mengambil puntung-puntung cerutu yang dibuang di pinggir jalan, menjualnya dengan diskon besar untuk nilai buku dengan satu kepulan tersisa.

Baca Juga: Rahasia kelam di balik hubungan romantis istri Warren Buffett dan mantan istrinya

Meskipun Warren Buffett memulai karir berinvestasi dengan cara ini, seiring dengan mulai banyaknya ia memakan asam garam kehidupan, dirinya mulai berevolusi. Dengan bantuan Charlie Munger, ia menemukan tanah bisnis yang luar biasa, rumah See's Candy and Coca-Cola (KO), bisnis dengan ekonomi kompetitif yang tahan lama dan rasional, dengan manajemen yang jujur. Dia kemudian mencari harga yang bagus dan memanfaatkan peluang ketika orang lain takut. 

Seperti yang telah dikatakannya di masa lalu, jauh lebih baik untuk membeli bisnis yang bagus dengan harga yang baik daripada bisnis yang baik dengan harga yang luar biasa.

Salad Oil

Peristiwa yang memicu ketakutan namun mengarah pada peluang investasi yang menjanjikan dapat berupa adanya kecemasan jangka pendek yang diciptakan oleh peristiwa ekonomi makro seperti resesi, perang, apatis sektor, atau hasil bisnis jangka pendek yang negatif.

Baca Juga: Ini tiga saham Warren Buffet yang layak dibeli pada bulan Oktober 2019

Pada 1960-an, nilai saham American Express terpangkas hingga separuhnya ketika ditemukan bahwa jaminan yang digunakan untuk mengamankan jutaan dolar dari resi gudang ternyata tidak ada. Jaminan yang dipertanyakan adalah minyak salad. Rupanya pedagang komoditas Anthony De Angelis telah memalsukan cadangan persediaan dengan mengisi tanker-tankernya dengan air sambil menyiapkan tabung-tabung kecil minyak salad di dalam tangki saat ada inspeksi oleh auditor. Diperkirakan, kejadian itu menyebabkan kerugian pada American Express mencapai US$ 50 juta.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru