MENCARI KERJA - Jakarta. Ada banyak faktor penyebab lulusan Diploma dan Sarjana di Indonesia yang menjadi pengangguran. Hal ini tentu penting diperhatikan oleh mahasiswa agar setelah lulus bisa segera mendapatkan pekerjaan impian.
Bersumber dari situs Universitas Airlangga (Unair), data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per Februari 2022, tingkat pengangguran Indonesia tercatat sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja sejumlah 208,54 juta orang.
Yang mengejutkan adalah, dari 5,83 persen tersebut hampir 14 persen adalah penduduk lulusan jenjang diploma dan sarjana (S1).
Kenyataan ini tentu menjadi sebuah ironi. Penduduk yang notabene mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak justru banyak dari mereka menganggur.
Baca Juga: Dari 4.500 Kampus di Indonesia Hanya 27 Terakreditasi Unggul BAN-PT, Cek Infonya Ini
Alfeus Nehemia, Head of Human Capital dari PT Praweda Ciptakarsa Informatika dalam Webinar Career Buddy Program DPKKA x JobHun yang diselenggarakan oleh Unair, menerangkan beberapa alasan mengapa banyak lulusan Diploma dan S1 yang mengannggur.
1. Kebutuhan yang tidak sesuai keterampilan
Alfeus mengungkapkan, sebagai seorang human capital ia sering kali dihadapkan pada posisi merasa kesusahan mencari orang yang layak dipekerjakan sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.
Banyak dari pendaftar menawarkan keterampilan yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan oleh perusahaan saat ini.
“Kalau kalian bilang susah ya cari kerja, kami sebagai perusahaan juga bilang, susah ya cari karyawan. Akibat adanya mismatch antara keterampilan yang dibutuhkan dan yang tersedia,” ungkap alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unair tahun 2009 tersebut, seperti dikutip dari situs Unair.
2. Harapan gaji yang tinggi
Tidak jarang seseorang, setelah lulus dari perguruan tinggi, memiliki ekspetasi mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi dengan mudah.
Hal ini membuat beberapa lulusan dari perguruan tinggi bergengsi tersebut terlalu percaya diri dengan melabeli dirinya dengan fresh grade tinggi padahal belum tentu ia memiliki kompetensi yang layak.
“Perusahaan nggak hanya melihat almamater sekolahmu saja, namun kita juga melihat kompetensinya seperti apa, layak tidak kita bayar tinggi,” jelasnya lagi.
Baca Juga: Pendaftaran Calon Prajurit Tamtama TNI AU 2022 Masih Dibuka, Ini Syarat Daftarnya
3. Lapangan kerja yang terbatas
Terbatasnya lapangan kerja bukan lagi hal baru yang menyebabkan terjadinya banyak pengangguran di Indonesia.
Faktor ini diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Hal tersebut menyebabkan jumlah pengangguran tak sebanding dengan lapangan kerja yang ada.
“Hampir 29,12 juta penduduk usia kerja terdampak pandemi. Mungkin sudah sedikit recover, namun perlu diingat lulusan baru yang menunggu mendapatkan pekerjaan selalu bertambah tiap tahunnya,” ungkapnya.
Alfeus melanjutkan, tantangan generasi muda pasca-pandemi untuk mencari kerja lebih berat. “Karena harus bersaing dengan ribuan orang untuk memperebutkan lapangan kerja yang semakin sedikit,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News