Yudy Rizard Hakim: Jual koleksi lukisan buat amal

Senin, 25 April 2011 | 11:14 WIB   Reporter: Hendra Gunawan
Yudy Rizard Hakim: Jual koleksi lukisan  buat amal

ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, Australia sudah menaikkan kuota pengajuan visa kerja dan liburan bagi Warga Negara Indonesia.


Bagi sebagian orang, tujuan mengoleksi lukisan adalah untuk investasi. Tapi tidak dengan Yudy Rizard Hakim. Chief Corporate Affairs Officer PT Bakrieland Development Tbk ini membeli banyak lukisan lebih karena faktor keindahannya. “Kalau tujuannya investasi, saya pasti akan membeli saham atau emas,” katanya.

Mulai mengoleksi lukisan sejak 1998, kini Yudy sudah punya 100 lukisan yang memenuhi dinding rumahnya di Surabaya, Jawa Timur. Koleksinya bukan lukisan kacangan, melainkan buah karya para maestro pelukis Indonesia, seperti Affandi, Cak Kandar, Maria Tjui, I Nyo-man Gunarsa, Krijono. Harganya, mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 200 juta per lukisan.

Lelaki kelahiran Surabaya, 45 tahun lalu ini, menyatakan dirinya tanpa sengaja gemar mengoleksi lukisan. Ceritanya, ketika krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997 silam, Yudy menyimpan dollar Amerika Serikat (AS) dalam jumlah besar. Maklum, Yudy pernah bekerja di Belanda sebagai konsultan pajak dengan bayaran dollar AS. Dan, krisis moneter kala itu melambungkan nilai tukar mata uang Negeri Paman Sam itu. Walhasil, pundi-pundi rupiahnya pun penuh sesak.

Nah, sejak itu, ia mulai mengoleksi lukisan, dengan harga yang mahal sekalipun. Namun, Yudy tidak sembarangan dalam membeli lukisan. “Saya harus kenal dulu dengan pelukisnya. Nanti, dia yang akan pilihkan lukisan sesuai dengan karakter saya,” ungkap pria yang pernah mengabdi di PT HM Sampoerna Tbk selama 11 tahun tersebut.

Lantaran sudah terlalu banyak dan sulit untuk mengurusnya, Yudy berniat menjual seluruh lukisannya itu. Dana hasil penjualan bakal ia pakai untuk amal. Sebagai gantinya, ia mengoleksi keramik. Sudah ada sekitar 350 piring dan 250 tegel jadi koleksinya. “Ada yang berasal dari Dinasti Ming, Ching, dan Belanda,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru