Andrew Yep, orang di balik Big Bad Wolf

Kamis, 20 April 2017 | 17:01 WIB   Reporter: Dian Sari Pertiwi
Andrew Yep, orang di balik Big Bad Wolf


JAKARTA. Pameran buku Big Bad Wolf kembali hari. Acara akan berlangsung mulai besok tanggal 21 April sampai tanggal 2 Mei 2017.

Tahun lalu, gelaran diskon buku impor ini mendapat sambutan yang meriah. Setidaknya terlihat dari jumlah pengunjung yang mencapai 10 ribu orang per hari.

Tapi, siapa yang membawa ajang obral buku murah ini ke Indonesia?

Adalah Andrew Yep, pengusaha asal Malaysia ini yang membawa buku-buku asal penerbit-penerbit besar kelas dunia ke pasar negara berkembang.

Tahun 2007, Andrew memulai usahanya dengan membuka toko buku kecil bernama BookXcess di Kuala Lumpur. Ketertarikannya terhadap buku karena melihat realita sosial di negaranya, bahwa buku berkualitas jadi barang mewah dan tak semua orang bisa membacanya.

"Buku seharusnya tak jadi barang mewah, siapa pun bisa membaca," kata dia kepada KONTAN di sela-sela pembukaan pameran Big Bad Wolf 2017, Rabu (20/4).

Setelah dua tahun mendirikan BookXcess, Andrew tertarik membuka akses buku lebih luas dengan mengadakan pameran. Tahun 2009, Big Bad Wolf digelar di Malaysia. Awalnya hanya ada sekitar 10 penerbit yang bergabung, tapi sekarang jumlahnya sudah mencapai ratusan dan jadi agenda tahunan.

Tahun lalu, Andrew menggandeng salah satu rekannya Uli Silalahi untuk menggarap Big Bad Wolf di Indonesia. Dia bilang, pasar negara berkembang perlu mengenal lebih banyak buku. Sebab, di negara budaya baca semakin tergerus oleh budaya digital, seperti menonton dan bermain gadget.

Andrew sendiri punya pengalaman masa kecil tanpa buku. Dia bilang, ketika duduk di sekolah dia melihat ada perbedaan perkembangan antara anak yang membaca dengan yang tidak membaca. "Mereka lebih cepat tanggap dalam hal menulis dan membaca, tidak seperti saya," kata dia.

Berbekal misi itu, Big Wolf pun mulai mencari negara potensial lainnya. Setelah sukses menggelar pameran buku di Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia Big Bad Wolf akan mengincar Afrika sebagai negara berkembang yang membutuhkan lebih banyak akses buku. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru