BURSA EFEK / BURSA SAHAM - JAKARTA. Perjalanan Direktur Utama Maybank Kim Eng Sekuritas, Willianto Ie, di dunia saham bermula dari kegagalan dalam trading komoditas.
Pengalaman ini dia dapatkan saat duduk di bangku kuliah Teknik Elektro Universitas Pancasila dikisaran tahun 1990. Pada saat itu, Willi hanya bermodalkan nekat untuk masuk trading komoditas.
Dari kegagalannya tersebut, Willi akhirnya mulai belajar mengenai saham sembari melanjutkan pendidikan S2 di Business Administration Pittsburg State University. Namun pada saat itu dia belum menginvestasikan dananya di saham.
Pada saat mengenyam pendidikan di Amerika Serikat (AS), Willi muda mengikuti lomba, di mana seluruh peserta akan diberikan replika uang senilai US$ 100.000 untuk membeli saham agar mendapatkan imbal hasil (return) tertinggi.
Baca Juga: Meracik Portofolio Saham Pembagi Dividen demi Pendapatan Pasif Jangka Panjang
Lomba tersebut diikuti di seluruh AS dengan sistem virtual dan menggunakan angka simulasi, dan diumumkan sebanyak dua kali dalam setahun. Mulai saat itu Willi lebih aktif mengulik wawasan mengenai saham terutama di Wall Street.
Pada usianya 26 tahun pada saat itu, Willi masuk sebagai Top 10% di Kansas.
“Jadi itu yang membuat saya semakin tertarik dengan bursa saham,” jelas Willi bersemangat menceritakan kembali perjalanannya di dunia saham.
Saat pulang ke Indonesia, ketertarikan Willi pada saham belum luntur. Namun pada saat itu dia belum berani menginvestasikan uangnya di saham.
Hanya saja di dunia kerjanya pada saat itu, Willi banyak berdiskusi dengan teman kantornya mengenai pasar dunia salah satunya AS. Sebagai karyawan Astra pada saat itu, Willi juga sekaligus mengenal struktur dan budaya organisasi sebuah perusahaan.
Baca Juga: Koruptor dan Investor
Hal inilah yang membuat Willi lebih senang mengamati fundamental sebuah perusahaan sebelum memutuskan berinvestasi di sahamnya. Ketika Willi pindah ke industri keuangan dia baru berani kecil-kecilan berinvestasi di saham.
“Ya memang kadang untung kadang salah, tapi ini proses pembelajaran yang cukup bagus yang membuat kita mengerti kenapa kita harus membeli perusahaan dengan fundamental yang bagus. Walaupun turun kita tidak apa-apa dari pada perusahaan yang kita beli salah, ternyata bisa sampai nol. Karena kan ada juga perusahaan yang tidak mengantisipasi krisis,” jelas dia.