Style

Duh, Sebanyak 90% Kanker Paru Terdeteksi Pada Stadium Lanjut

Senin, 19 Mei 2025 | 16:26 WIB   Reporter: Ahmad Febrian
Duh, Sebanyak 90% Kanker Paru Terdeteksi Pada Stadium Lanjut

ILUSTRASI. Ucapan Hari Kanker Paru Sedunia 2024.


KESEHATAN - JAKARTA. Kanker paru masih menjadi ancaman kesehatan serius di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya menduduki peringkat atas dalam daftar penyebab kematian akibat kanker, juga semakin banyak menyerang usia muda. Sayang, sebagian besar kasus baru terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut.

Maka, akhir pekan lalu Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi mengadakan Siloam Oncology Summit (SOS) 2025 di Jakarta.

"Perkembangan penanganan kanker hanya dapat dicapai melalui kolaborasi. Setiap profesi memiliki peran penting  Melalui SOS 2025, kami berharap dapat menyatukan keahlian dan memperkuat jejaring, untuk mengembangkan inovasi penanganan pasien," imbuh CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Edy Gunawan, Minggu (18/5). 

CEO Siloam Hospital Group, Caroline Riady, mengatakan, setiap pasien itu unik dan memiliki riwayat yang berbeda, kondisi biologis yang berbeda, dan harapan yang berbeda.

“Begitu pula para profesional yang terdiri dari ahli onkologi, ahli bedah, ahli patologi, ahli radiologi, perawat, peneliti, manajemen. Wemuanya membawa keahlian  berbeda kemudian dipersatukan oleh tujuan bersama dan berkolaborasi memberikan perawatan kanker terbaik,” ujarnya.

Baca Juga: Kanker Paru Penyebab Kematian Akibat Kanker Tertinggi di Indonesia

 

Kanker paru merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker pada laki-laki. Sementara pada perempuan, penyakit ini menempati posisi keenam. Secara keseluruhan, kanker paru berada di peringkat ketiga terbanyak di Indonesia untuk kedua jenis kelamin.

Lebih mengkhawatirkan lagi, 90% kasus kanker paru di Indonesia terdiagnosis saat sudah berada di stadium 4, yaitu saat sel kanker sudah menyebar luas. Ini membuat pengobatan menjadi lebih kompleks, lebih lama, dan lebih mahal.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kanker paru di Indonesia. Salah satunya adalah tingginya prevalensi merokok, terutama pada laki-laki.

"Sekitar 67 persen laki-laki di Indonesia adalah perokok aktif. Tapi yang tak kalah berisiko adalah perokok pasif. Risiko terkena kanker paru pada perokok pasif meningkat empat kali lipat dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok," jelas  Dokter Spesialis Paru Subspesialis Onkologi Toraks MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr Sita Laksmi Andarin

Penggunaan rokok elektrik atau vape juga patut diwaspadai. Banyak yang menganggapnya aman karena tidak menghasilkan asap seperti rokok biasa. Namun faktanya, vape mengandung nikotin dan bahan kimia lain yang berbahaya. Efek sampingnya mungkin belum terlihat sekarang, tapi akan muncul 10–15 tahun ke depan.

Polusi udara dan paparan bahan kimia berbahaya juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Terlebih lagi, banyak orang terpapar dalam waktu lama tanpa menyadari dampaknya.

Deteksi dini atau screening kanker paru sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Sayangnya, masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa screening bisa dilakukan sebelum muncul gejala apa pun seperti batuk atau sesak napas.

Menurut dr. Sita, kelompok yang masuk kategori berisiko tinggi dan perlu melakukan screening antara lain usia di atas 45 tahun dengan riwayat merokok aktif atau pasif. Pernah bekerja di lingkungan dengan paparan bahan kimia. Punya riwayat fibrosis paru atau tuberculosis. Usia di atas 40 tahun dan memiliki riwayat keluarga dengan kanker

"Walaupun kanker paru bukan penyakit keturunan, tapi kerentanan atau risiko (vulnerability) bisa lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker," ujarnya.

Selanjutnya: Perang Tarif Dagang Mulai Pukul Industri Manufaktur Indonesia

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 20-21 Mei, Provinsi Ini Siaga Hujan Sangat Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian

Terbaru