Enggak cukup sehari di London

Sabtu, 10 Februari 2018 | 06:00 WIB   Reporter: SS. Kurniawan
Enggak cukup sehari di London


Pariwisata - Sejatinya, ada kekecewaan, begitu mendengar pernyataan Shandy, yang memandu saya keliling Kota London di akhir Januari 2018 lalu yang dingin. Shandy bilang, saya tidak bisa berfoto dengan Queen’s Guard, pengawal Ratu Inggris, yang berdiri di pos jaga Istana Buckingham.

Maklum, sebelum terbang ke Inggris, saya sudah membayangkan bisa ber-swa foto dengan Queen’s Guard. Selfie kayak Mr. Bean yang saya tonton di serial televisi jadul dengan judul yang sama: Mr. Bean.

Apa daya, harapan tinggal harapan. Tapi, bukan berarti saya membatalkan kunjungan ke Istana Buckingham, tempat tinggal Ratu Elizabeth II, yang dibangun Duke of Buckingham pada 1703 silam.

Dan, betul, kata Pak Shandy, saya tidak bisa memotret dari dekat Queen’s Guard, apalagi ber-selfie ria. Soalnya, letak pos jaga pengawal kerajaan Inggris ini jauh dari gerbang utama Istana Buckingham.

Selain Istana Buckingham, titik yang Instagrammable lain adalah The Victoria Memorial. Posisi monumen dengan patung berkelir emas di bagian puncak ini tepat di depan istana yang jadi kediaman resmi keluarga Kerajaan Inggris pada 1837 oleh Ratu Victoria itu.

Info saja, The Victoria Memorial merupakan monumen untuk Ratu Victoria. Monumen dengan empat patung perunggu di sekelilingnya ini adalah karya pematung Thomas Brock pada 1911 silam.

Pergantian jaga                                                                                                  

Puas mengambil gambar Istana Buckingham dan The Victoria Memorial, saya pun melangkahkan kaki ke landmark London lainnya. Tapi, mendadak sejumlah polisi berjaga di depan pagar Istana Buckingham, beberapa lainnya melakukan penutupan jalan.

Usut punya usut, ternyata bakal ada pergantian jaga Queen’s Guard dan Queen’s Life Guard. Oh, iya, Queen’s Life Guard adalah pasukan kaveleri alias berkuda pengawal Ratu Inggris.

 Jelas, ini momen yang tidak bakal saya lewatkan. Alhasil, saya menunda perjalanan bangunan yang jadi ikon London lainnya dan langsung ambil posisi di dekat gerbang kiri Istana Buckingham.

Di musim gugur hingga semi, pergantian penjaga berlangsung dua hari sekali. Sedang pada musim semi ke gugur, pergantian jaga Queen’s Guard dan Queen’s Life Guard dilakukan setiap hari.

Prosesi pergantian jaga Queen’s Guard dan Queen’s Life Guard hari iu dimulai pukul 10.30 waktu setempat. Seremoni diawali dari kedatangan pasukan berkuda dari jalan di depan The Victoria Memorial.

Sejurus kemudian, marching band Queen’s Guard mengantarkan kedatangan pasukan penjaga baru dari arah yang sama. Mereka kemudian masuk ke Istana Buckingham melalui gerbang kiri.

Selanjutnya, marching band Queen’s Guard lainnya mengantarkan pasukan penjaga anyar dari arah kiri The Victoria Memorial. Mereka lalu masuk ke Istana Buckingham melalui gerbang kanan.

Masing-masing marching band Queen’s Guard yang mengantarkan pasukan penjaga baru melantunkan musik yang berbeda.

Prosesi pergantian jaga Queen’s Guard dan Queen’s Life Guard pun berlangsung di halaman Istana Buckingham selama kurang lebih satu jam. Dan, Queen’s Guard selama musim dingin tidak memakai baju berwarna merah, melainkan abu-abu.

Kekecewaan saya pun terbayar lunas. Bahkan, saya bisa ber-selfie ria tidak hanya dengan satu tapi banyak Queen’s Guard yang sedang berjalan masuk ke Istana Buckingham.

Serangan teror

Dari Istana Buckingham perjalanan saya berlanjut ke Gereja Westminster Abbey. Jaraknya, menurut papan penunjuk arah, sekitar 1 mil atau 1,6 kilometer (km) dari kediaman Ratu Elizabeth II.

Shandy menawarkan saya untuk jalan kaki ke gereja tempat Pangeran William, pewaris takhta Kerajaan Inggris, dan Kate Middleton mengucap janji suci pernikahan. Saya langsung menyambar ajakan pria yang sudah tujuh tahun tinggal di London ini.

Maklum, enggak mudah mencari tempat parkir di Ibu Kota Inggris itu. Sebelumnya, kami harus berputar-putar hingga lebih dari 15 menit untuk mencari tempat parkir. Itupun kami dapat tempat parkir jauh dari Istana Buckingham.

Gereja Westminster Abbey merupakan mahakarya arsitektur yang kini jadi salah satu situs warisan dunia UNESCO, yang berdiri sejak 624 silam. Tapi, bagian utama gereja dibangun oleh Raja Henry III pada abad ke-13.

Di sebelah kiri Gereja Westminster Abbey terdapat taman yang berisi patung sejumlah tokoh dunia. Salah satunya adalah Mahatma Gandhi, pemimpin spiritual dan politikus asal India yang populer dengan ajaran ahimsa.

Sedang di belakang Gereja Westminster Abbey, berdiri megah gedung Parlemen Inggris, dengan menara jam yang terkenal dengan nama Big Ben. Bangunan bernama Istana Westminster juga Houses of Parliament dibangun 1016 silam.

Sayang, saat saya berkunjung, Big Ben sedang menjalani renovasi. Sehingga, tidak tampak wujud aslinya lantaran tertutup papan. Yang kelihatan hanya bagian atas menara.

Anda juga bisa berfoto dengan latar belakang Big Ben dari Jembatan Westminster. Di jembatan yang membentang di atas Sungai Thames ini, Maret tahun lalu, terjadi serangan mematikan dengan menabrakkan mobil ke pejalan kaki yang menewaskan empat orang.

Meski begitu, tak menyurutkan niat turis menyambangi Jembatan Westminster termasuk saya. London memang menjadi salah satu surga wisatawan asing dari bermacam negara di berbagai belahan Bumi.

Euromonitor International menyebutkan, London ada di posisi ketiga Top 10 Cities in the World 2017, dengan jumlah pelancong asing mencapai 19,2 juta orang. “Saya perkirakan, 50%-nya dari China,” kata Shandy.

Betul, turis dari negeri tembok raksasa memang tampak mendominasi. Bahkan, banyak rombongan wisatawan asal Tiongkok merupakan anak-anak sekolah ketimbang keluarga.

Dari Jembatan Westminster, Anda juga bisa mengambil foto berlatar belakang London Eye. Wahana bianglala yang baru beroperasi tahun 2000 lalu dengan tinggi 153 meter itu jadi ikon teranyar London

Eksekusi Raja

Perjalanan saya berikutnya, masih dengan berjalan kaki, adalah rumah dinas Perdana Menteri (PM) Inggris. Lokasinya di 10 Downing Street. Tapi, pengunjung hanya bisa melihat dari kejauhan, dari gerbang utama yang dijaga sejumlah polisi bersenjata senapan serbu.

Tak jauh dari kediaman PM Inggris, terdapat markas Queen’s Life Guard. Di depan gerbang Horse Guard, Anda bisa berfoto dengan dua penjaga yang bertugas di posnya masing-masing. Tentu, mereka berjaga sambil menunggang kuda.

Bergerak ke belakang markas Queen’s Life Guard, terdapat sebuah lapangan bertajuk Horse Guard Parade. Setiap hari,Senin-Sabtu pukul 11.00 dan Minggu jam 10.00, Anda bisa melihat prosesi pergantian jaga Queen’s Life Guard di lapangan ini.

Dalam acara itu, sepasukan Queen’s Life Guard pengganti bertolak dari Horse Guard Parade menuju Istana Buckingham. Tepatnya, mereka ke Hyde Park Barracks yang menjadi asrama mereka.

Cuma, hari itu, Ahad, 28 Januari 2018, ada pertunjukan tambahan di Horse Guard Parade. Ratusan orang menggunakan seragam prajurit Inggris dari masa ke masa, mulai bersenjata tombak hingga bedil kuno, memadati lapangan tersebut.

Mereka bukan tentara Inggris, melainkan masyarakat biasa yang tergabung dalam komunitas pecinta sejarah Inggris. Dan, acara itu untuk memperingati eksekusi Raja Charles I. “Saya baru pertama kali melihat acara ini,” kata Shandy yang menyiarkan langsung event itu lewat akun Facebook-nya.

30 Januari 1649, Raja Charles I dihukum mati dengan cara dipenggal, setelah kalah dalam Perang Sipil Inggris. Putra dari Raja James VI ini diadili atas tuduhan pengkhianatan terhadap negerinya sendiri. 

Geser sedikit dari Horse Guard Parade, penampakan Admiralty Arch membuat saya berdecak kagum. Admiralty Arch merupakan gedung perkantoran yang memiliki gerbang untuk jalan antara The Mall dan Trafalgar Square.

Pembangunan gedung yang berdiri sejak 1912 silam ini atas perintah Raja Edward VII untuk mengenang sang ibunda,Ratu Victoria. Admiralty Arch hasil rancangan Sir Aston Webb.

Melewati gerbang Admiralty Arch, langkah kaki saya mengayun menuju Trafalgar Square. Sesuai namanya, alun-alun ini untuk mengenang Pertempuran Trafalgar.

Dalam pertempuran di laut pada 1805 ini, kapal perang Angkatan Laut Inggris memenangkan Perang Napoleon. “Alun-Alun Trafalgar sekarang sering digunakan untuk demonstrasi,” imbuh Shandy.  

Kastil kuno

Siang semakin tua di London. Setelah makan siang, saya meneruskan city tour menuju Tower Bridge, ikon London lainnya. Kali ini, perjalanan harus saya tempuh menggunakan mobil lantaran letaknya lumayan jauh.

Jembatan yang memiliki dua menara ini membentang di atas Sungai Thames. Menggunakan nama Tower, karena jembatan yang selesai dibangun pada 1994 ini letaknya dengan Tower of London.

Cuma, Shandy bilang, orang sering salah menyebut Tower Bridge sebagai London Bridge. Jembatan London letaknya sekitar 1,8 km dari Jembatan Menara yang juga membentas di atas Sungai Thames.  

Nah, London Bridge pun tak luput dari serangan terror. Awal Juni tahun lalu, serangan terror di Sabtu malam menewaskan sembilan orang tewas termasuk tiga pelaku. 

Tower of London sendiri merupakan sebuah kastil yang berdiri sejak 1066 silam sebagai bagian dari Penaklukan Normandia di Inggris. Sejatinya bernama Historic Royal Palace yang pernah menjadi kediaman resmi kerajaan Inggris.

Tak terasa jarum jam sudah hamper menunjuk angka lima. Gelap mulai menyergap London. Maklum, malam lebih panjang di kota seluas 1.570 kilometer persegi ini saat musim dingin, mulai jam lima sore hingga delapan pagi.

Padahal, masih banyak tempat yang belum saya sambangi. “Enggak cukup sehari keliling London,,” ujar Shandy yang sehari-hari bekerja di sebuah bank asing di London.

Contoh, buat pecinta sepakbola, di London bercokol banyak klub besar yang menghuni Liga Premier Inggris. Sebut saja, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.

Stadion klub-klub raksasa itu pun jadi tujuan utama para turis. Stamford Bridge, markas Chelsea, lalu White Hart Lane, kandang Tottenham Hotspur alias Spurs, dan Emirates Stadion milik Arsenal atau The Gunners.

Yang suka benda-benda seni dan sejarah, London punya banyak museum. Ada National Gallery, British Museum. National History Museum. “Kita bisa seharian di satu museum saja,” kata Shandy.

Itu belum ruang terbuka yang banyak bertebaran di London. Ambil contoh, St. James’s Park. Taman seluas 23 hektare ini letaknya dekat dengan Istana Buckingham. “Setelah kematian Putri Diana, taman ini selama setahun penuh bunga ungkapan duka cita dari masyarakat Inggris,” ungkap Shandy.

Itu sebabnya, di tengah danau St. James’s Park terdapat sebuah jembatan yang diberi nama The Diana Princess of Wales Memorial Walk. Taman seluas 23 hektare ini juga jadi habitat bebek, angsa, pelican, juga gagak.

Iya, memang enggak cukup sehari di London.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 4 5 Tampilkan Semua
Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru