Goyang lidah di Nasi Kebuli Ibu Nailah

Rabu, 23 November 2011 | 10:29 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 21 - 27 November 2011
Goyang lidah di Nasi Kebuli Ibu Nailah

ILUSTRASI. Meningkat, kini zona merah Covid-19 di Indonesia per 27/12 ada 76 daerah. WARTA KOTA/Nur Icshan


Nasi kebuli identik dengan Arab. Padahal, sejatinya, makanan ini tidak betul-betul berasal dari Arab. Nasi kebuli adalah hasil racikan orang Arab yang pergi merantau ke Indonesia pada abad ke-18.

Nah, jika ingin merasakan lezatnya nasi kebuli yang kaya rempah khas Timur Tengah, Anda bisa menyambangi Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Tepatnya, di Jalan Mampang Prapatan VI. Tak sulit untuk menemukan kedai ini karena letaknya persis berada di pinggir jalan tersebut.

Tetapi, nasi kebuli hasil olahan Ibu Nailah yang keturunan Arab ini tidak bertabur kismis alias buah anggur kering. Nailah ingin menyesuaikan sajiannya dengan lidah orang Indonesia, karena kedainya tidak hanya menyasar orang keturunan Arab. “Pasti aneh, kok, makan nasi ada manis-manisnya,” kata Haerunnisyah, anak perempuan Ibu Nailah.

Pembeli yang datang ke Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna memang bukan orang keturunan Arab saja. Tak jarang warga Tionghoa juga mendatangi kedai ini. “Orang keturunan China banyak yang ke sini karena mereka penasaran dengan nasi kebuli,” ujar Haerunnisyah.

Selain warga biasa, sejumlah tokoh penting juga pernah makan di rumah makan yang berdiri tahun 2001 lalu ini. Misalnya, bekas Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhamad, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dan mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier.

Beberapa artis top juga tidak ketinggalan merasakan kelezatan nasi kebuli bikinan Nailah. Contohnya Ayu Azhari, Ramzi, serta HIM Damsyik. Namun, “Sehari-hari yang makan di sini kebanyakan orang kantoran,” ungkap Haerunnisyah.

Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna sangat ramai saat jam makan siang. Kedai ini sanggup menampung 70 orang sekaligus. Tempat duduk dan meja yang sederhana tidak membuat pengunjung enggan makan di warung makan yang buka jam 10 pagi dan tutup pukul 9 malam, setiap hari, itu.

Begitu Anda mendapat tempat duduk, langsung saja memesan. Tentu, makan nasi kebuli tidak afdal tanpa daging kambing. Tapi, tenang saja, bagi yang tidak suka makan daging hewan yang mengembik itu, Anda bisa memesan nasi kebuli ayam. “Kami pakai ayam kampung,” beber Haerunnisyah.

Daging empuk

Tak perlu menunggu lama, nasi kebuli tersaji di meja. Harum aroma rempah yang menguap dari nasi kebuli betul-betul menggugah nafsu makan. Beberapa potong daging kambing berada di pinggir nasi kebuli, juga irisan mentimun, tomat, dan kerupuk emping. Tak ketinggalan sambal goreng dan acar sebagai pelengkap.

Begitu masuk mulut, nasinya terasa sangat legit dan gurih. Bumbunya betul-betul sangat terasa namun tidak berlebihan. Selain kapulaga, cengkih, kayu manis, merica, dan bawang terasa cukup kuat di lidah.

Daging kambingnya juga empuk. Bumbunya benar-benar meresap hingga ke dalam daging. Dan, hebatnya, bau prengus si kambing tidak tercium. Begitu juga kalau Anda memilih nasi kebuli ayam, dagingnya empuk sehingga dengan mudah disayat dengan sendok.

Untuk menjaga kesegaran nasi, Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna hanya memasak untuk beberapa puluh porsi saja. “Jadi, kami tidak buat semua porsi, kami akan masak lagi jika nasi yang tersedia kira-kira bakal habis,” kata Haerunnisyah. Sehari-hari, kedai ini menjual 150 porsi nasi kebuli.

Menurut Haerunnisyah, nasi kebuli memang paling enak disajikan dalam keadaan segar. Soalnya, selain aneka rempah, proses memasaknya memakai susu dan kaldu kambing. Inilah yang membuat nasi kebuli ini gurih serta bumbunya terasa sampai ke lidah.

Soal harga, nasi kebuli di kedai ini masih ramah di kantong Anda. Satu porsi nasi kebuli kambing hanya Rp 30.000, kebuli ayam Rp 24.000, dan kebuli campur (kambing dan ayam) Rp 43.000. Yang suka paket hemat bisa memilih nasi kebuli kambing spesial Rp 45.000 se porsi. “Bisa untuk dua orang,” ujar Haerunnisyah.

Rasanya tak lengkap kalau Anda hanya menyantap nasi kebuli saja. Lanjutkan sensasi dengan mencicipi marak kambing. Kuahnya gurih dan aroma rempahnya juga tak kalah kuat. Dalam satu porsi marak kambing terdapat tiga potong daging kambing yang cukup besar. Dagingnya tak kalah empuk dibanding daging kambing yang ada di nasi kebuli. Harga satu porsinya Rp 27.000.

Saban hari, Haerunnisyah mengungkapkan, kedainya bisa menghabiskan lima kambing muda. Sang ibu yang turun langsung memilih kambing. Nailah sampai harus memastikan kebersihan kandang kambing dan cara memotongnya. “Ini penting untuk menjaga kualitas kambing yang akan kami olah nanti,” tegas Haerunnisyah.

Pondok Nasi Kebuli Ibu Hanna
Jl. Mampang Prapatan VI Buncit III, Jakarta Selatan
Telepon: (021) 7941095

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru