Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Pulau Bangka punya banyak kuliner khas, lo. Salah satunya adalah pantiaw. Hidangan ini mirip kwetiau dengan kuah berbahan dasar ikan giling.
Kuliner ini memang varian dari kwetiau, yang merupakan hasil persilangan budaya Tionghoa dan Melayu lokal. Jika kwetiau di negeri asalnya menggunakan tepung gandum, maka pantiaw Bangka menggunakan tepung beras.
Konon, dalam bahasa Hakka, pantiaw berarti setengah berat. Maknanya, hidangan ini dulunya sebagai pengganjal perut alias menu pengganti nasi. Hingga sekarang, orang Bangka kerap menjadikan hidangan ini sebagai menu sarapan atau sekadar kudapan.
Pengaruh kuliner lokal, yang kental dengan hasil laut, terasa pada kuahnya yang bercita rasa ikan. Makanya, kuliner ini kerap pula disebut pantiaw kuah ikan. Penasaran rasanya?
Kalau sedang di Pangkalpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, coba mampir ke Pantiyau Tutut, warung yang khusus menyajikan menu pantiaw kuah ikan sejak 2009 silam.
Lokasinya di Jalan Raya Depati Hamzah, Semabung Lama. Dari jalan raya, masuk sedikit ke Gang Mustika II, jalan yang menuju SMK PGRI. Sekitar 20 meter dari gapura gang, pengunjung akan menemukan Warung Pantiyau Tutut.
Baca Juga: Sedapnya Bakmi Acong, Halal dan Legendaris di Kelapa Gading
Dua meja persegi empat dan dua meja ukuran panjang mengisi ruangan warung, yang bisa menampung sekitar 15 pengunjung. Di salah satu pojok kedai sederhana ini ada kulkas showcase, yang berisi air mineral dan aneka minuman ringan.
Di bagian depan kedai, terdapat satu gerobak, tempat pemilik warung Pantiyau Tutut meracik pantiaw. Nah, pesan langsung seporsi pantiaw!
Kurang dari lima menit, sepiring pantiaw kuah ikan telah tersaji. Pantiaw disajikan bersama tauge, bumbu ikan giling, plus topping potongan daun seledri dan bawang goreng, lalu disiram air mendidih.
Aduk sebentar supaya bumbu ikan larut dalam air panas dan warna kuahnya menjadi kecoklatan. Tambahkan irisan jeruk kunci alias songkit dan sambal cabai agar afdal. Segera santap pantiaw selagi hangat.
Begitu mendarat di mulut, rasa gurih, manis, sedikit asam dan pedas, berpadu menggoyang lidah. Rasa ikan yang cukup kuat nempel di lidah.
Ada pun tekstur pantiaw lembut sedikit kenyal, berpadu dengan tauge yang renyah saat dikunyah. Jika ingin lebih nikmat, pesan telur rebus sebagai pelengkap pantiaw, ya.
Baca Juga: Gurih Kenyal Bakso dan Mi Ayam Legenda Kemandoran
Meski dari bahan dasar ikan laut, tak tercium bau amis. Syamsudin, Pemilik Pantiyau Tutut, bilang, ia menggunakan ikan dencis alias sarden dicampur dengan ikan parang-parang. Sebelum digiling, ikan terlebih dulu direbus dan dibuang durinya, kemudian dicampur dengan bumbu berupa bawang merah, bawang putih, sahang alias lada, gula, dan garam.
Rasa gurih dan manis kuah ikan didapat dari campuran gula cukup banyak dalam membuat bumbu ikan giling. "Untuk 10 kg ikan, pakai sekitar 2 kg gula," tutur Pak Ula, sapaan akrab Syamsudin.
Cocok semua usia
Selain berbahan pantiaw, orang Melayu Bangka juga kerap berkreasi menggunakan mie kuning sebagai "teman" kuah ikan giling.
Namun, bagi Pak Ula, sejak masih jualan keliling, ia memilih pantiaw sebagai bahan utama kuah ikan giling, alih-alih mie kuning. Alasannya, supaya nyaman saat dimakan sebagai sarapan oleh semua usia, termasuk kalangan usia tua.
Pantiaw dibuat dari beras yang direndam selama 12 jam, kemudian digiling dan dicampur dengan sagu, sedikit garam dan air. Kemudian, adonan dibentuk jadi lembaran tipis dan dikukus hingga matang. Proses ini penting supaya teksturnya lembut sedikit kenyal.
Selanjutnya, lembaran pantiawa digulung dan dipotong-potong memanjang, sehingga menyerupai mie pipih lebar.
Pak Ula bercerita, awalnya, pantiauw kuah ikan yang tersaji di warungnya adalah menu sehari-hari di rumah yang kerap disajikan mendiang istrinya, Tutut. Resep ini didapat sang istri dari ibunya, yang peranakan Tionghoa-Melayu.
Baca Juga: Berbagai Citarasa nan Gurih di Pindang Musi Rawas
Menurut Pak Ula, Pantiyau Tutut tetap punya penggemar hingga kini, karena ia konsisten menjaga rasa otentik, alias tidak pernah mengubah resep.
"Walau harga ikan naik, kami tidak mengurangi racikan," ujar pria kelahiran Pangkalpinang, 62 tahun silam ini.
Termasuk, ketika putrinya, Aulia, kini turun tangan mengelola warung. Anak pertamanya ini belajar meracik resep bumbu kuah ikan dari sang ibu, sampai betul-betul mendapatkan rasa yang sama.
Dalam sehari, kata Aulia, warungnya bisa menghabiskan 12 kg sampai 16 kg pantiaw.
Aria, pengunjung yang sudah dua tahun kerap sarapan di warung Pantiyau Tutut bilang, tak banyak pedagang pantiaw kuah ikan yang rasanya otentik.
"Rasa ikannya ngerasok (pas gurihnya)," ungkap dia.
Satu porsi pantiaw cukup ditebus seharga Rp 12.000 pas. Kalau ditambah telur rebus, bayar seharga Rp 15.000.
Pantiyau Tutut cocok jadi menu sarapan atau makan siang. Soalnya, warung ini buka setiap Senin hingga Sabtu, mulai pukul 07.30 pagi sampai 12.00 siang.
Baca Juga: Papeda Kuah Ikan, Hidangan Gurih Kaya Rempah di Kuali Ambon Manis
Pantiyau Tutut
Jl. Depati Hamzah Gang Mustika II Semabung Lama, Pangkalpinang
HP: 081928293309
Koordinat GPS: -2.1359446, 106.1287
Selanjutnya: 5 Ide Kegiatan Self Healing Gratis Tanpa Perlu Keluarkan Banyak Uang
Menarik Dibaca: 5 Ide Kegiatan Self Healing Gratis Tanpa Perlu Keluarkan Banyak Uang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
