Benarkah Aphelion menyebabkan suhu dingin? Andi menyebutkan, suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau, bukan karena Aphelion.
Kemungkinan, suhu dingin di Indonesia akan berlangsung hingga Agustus mendatang. "Karena tutupan awan yang sedikit, jadi tidak ada panas dari permukaan Bumi (yang diserap dari cahaya Matahari dan dilepaskan pada malam hari) yang dipantulkan kembali ke permukaan Bumi oleh awan," papar Andi.
Mengingat posisi Matahari saat ini berada di belahan Utara, maka tekanan udara di belahan Utara lebih rendah dibanding belahan Selatan yang mengalami musim dingin.
Baca Juga: Warning BMKG: Pukul 12.00-13.00, sinar UV berisiko bahaya sedang hingga sangat tinggi
Oleh karena itu, menurut Andi, angin bertiup dari arah Selatan menuju Utara. "Saat ini angin yang bertiup dari arah Australia yang memang mengalami musim dingin," ujar Andi.
Dampak yang timbul adalah efek penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di Selatan Khatulistiwa, yang saat ini sedang terjadi.
Posisi Bumi yang berada pada titik terjauh dari Matahari juga tak memengaruhi panas yang Bumi terima. Sebab, panas Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi.
"Dengan distribusi yang paling signifikan memengaruhi disebabkan oleh pola angin," kata Andi. Mengingat saat ini angin bertiup dari arah Selatan yang tengah mengalami musim dingin, maka Indonesia akan merasakan suhu yang lebih dingin.
Baca Juga: Jelang musim kemarau, Jokowi ingatkan pentingnya pencegahan karhutla
Matahari juga akan terlihat sedikit lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68%.
Penulis: Dandy Bayu Bramasta
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Besok, Posisi Bumi Berada pada Titik Aphelion, Apa Itu Aphelion?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News