Henk Ngantung, Gubernur DKI etnis Tionghoa pertama yang menderita karena dicap PKI

Senin, 28 Oktober 2019 | 15:54 WIB   Reporter: kompas.com
Henk Ngantung, Gubernur DKI etnis Tionghoa pertama yang menderita karena dicap PKI

ILUSTRASI. Tanaman Bugenvil tampak ditanam di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (29/8/2019).


Begitu pula dengan tumpukan sketsa karya tangan Henk mangkrak dalam lemari. Salah satunya sketsa Tugu Selamat Datang. Satu-satunya ruangan yang aman ialah dapur.

Saban hari, Evelyn tidur di sini. “Hanya tinggal ruangan ini yang aman untuk tidur. Yang lain sudah bocor atapnya,” ujarnya.

Lima belas tahun sejak dicopot dari jabatannya, Henk kemudian diberi uang pensiun oleh pemerintah. Jumlahnya “hanya” Rp 850.000 per bulan. Uang itu tak cukup buat sekadar menambal aneka kerusakan di rumah tersebut.

Baca Juga: Menko PMK Resmi Buka Pameran Seni Koleksi Istana

Setelah Henk meninggal, hanya uang pensiun inilah yang Evelyn andalkan buat melanjutkan hidup. Baru pada 24 April 2013, Pemprov DKI Jakarta berjanji akan memugar atap rumah Henk yang rusak parah.

Harian Kompas terbitan 24 April 2013 melaporkan, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang saat itu menjabat sebagai wakil gubernur DKI memerintahkan Dinas Perumahan untuk segera merenovasi atap rumah Henk yang sudah bocor dan nyaris roboh.

“Saya minta Dinas Perumahan agar mengganti atap dengan atap baja ringan,” ujar Ahok seusai menerima Evelyn Ngantung Mamesah di Balai Kota DKI Jakarta pada 23 April 2013.

Tak sampai setahun Evelyn menikmati rumah hasil pemugaran itu. Pada 3 September 2014, Evelyn tutup usia.

Maut menyatukan dia dengan Henk setelah maut itu pula yang sempat memisahkan mereka. Evelyn dikebumikan dalam satu liang lahat dengan Henk di TPU Menteng Pulo.

Penulis: Vitorio Mantalean

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Henk Ngantung, Gubernur DKI Etnis Tionghoa Pertama yang Kemudian Menderita karena Dicap PKI"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru