Hinggi kini pendaftaran DSC 12 capai 12.000 submitter untuk dapat modal usaha Rp 2 M

Jumat, 22 Oktober 2021 | 15:05 WIB   Reporter: Noverius Laoli
Hinggi kini pendaftaran DSC 12 capai 12.000 submitter untuk dapat modal usaha Rp 2 M

ILUSTRASI. Diplomat Success Challenge (DSC)


MODAL USAHA - JAKARTA. Saat ini Diplomat Success Challenge (DSC) 12, kompetisi wirausaha terbesar dan terdepan di Indonesia yang diinisiasi Wismilak Foundation,  terus menjaring proposal dan ide bisnis potensial dari berbagai daerah di Indonesia sejak dibuka pada 19 Juli lalu yang nantinya mendapatkan kesempatan meraih hibah modal usaha total Rp 2 miliar, pendampingan berkelanjutan dari mentor profesional, dan jejaring Diplomat Entrepreneur Network (DEN). 

Edric Chandra, Program Initiator DSC 12, mengatakan, Hingga pekan kedua bulan Oktober, tercatat lebih dari 12.000 ide dan proposal bisnis yang terjaring. Dimana proporsi ide bisnis lebih banyak diterima dibandingkan proposal bisnis yang sudah berjalan. Edric mengaku senang akan antusiasme masyarakat yang positif dan mengapresiasi bagaimana generasi muda Indonesia menunjukkan ‘creative survival’ dengan membuat terobosan ide bisnis yang segar dalam menjawab kebutuhan masyarakat. 

"Contohnya adalah para submitter yang banyak mengirimkan ide dan proposal bisnis kategori startup digital dan agrobisnis. Dengan membuka lebar bisnis berbagai kategori apapun, baik itu bisnis yang telah berjalan maupun yang masih dalam ide bisnis saja, diharapkan DSC 12 menjadi solusi dan safe place yang mewadahi wirausaha Indonesia yang siap #BikinGebrakan,” ujarnya dalam keterangannya, Jumat (22/10).

Baca Juga: Ruang generasi muda calon wirausahawan mengasah dan belajar bisnis di DSC 12 Weekend

Kompetisi DSC 12 hanya boleh diikuti secara perorangan. Peserta boleh mengirimkan ide bisnis sebanyak-banyaknya, dengan catatan atas nama perorangan (satu nama), dan proposal yang terpilih tetap hanya satu proposal atas satu nama. Peserta DSC sebelumnya namun tidak lolos tahap audisi pun diperbolehkan kembali mendaftar DSC 12. Persyaratan usia peserta yakni 18 sampai 45 tahun, dengan harapan agar generasi muda bisa berani membuat gebrakan.

Sebagai bagian dari edukasi tentang kewirausahaan, DSC 12 juga menggelar serangkaian webinar kepada publik dengan menghadirkan narasumber berpengalaman di bidangnya. Salah satunya adalah webinar yang bekerjasama dengan MarkPlus Institute bertajuk “Building Service Based Business: How Important is Customer Experience?”

Hadir sebagai narasumber adalah Indra Gunawan (Co-founder & CEO Bobobox) Yogi Ang (Co-founder & CMO Captain Barbershop), yang berbagi insight bagaimana membangun bisnis berbasis layanan dan jasa. Hadid Fathul Alam (Founder & CEO OKE Garden) yang merupakan alumni DSC 2019 juga berbagi insight dalam berwirausaha di bidang layanan pertamanan dan testimoni tentang program DSC.

Baca Juga: Kaum milenial mendominasi kompetisi kewirausahaan Diplomat Success Challenge

Membangun bisnis berbasiskan layanan atau jasa memiliki tantangan sendiri, salah satunya yaitu bagaimana layanan kita bisa memberikan kepuasan bagi pelanggan. Untuk memberikan kepuasan tersebut, banyak pelaku bisnis kini semakin memperhatikan strategi customer experience (CX) bisnisnya. DSC 12, kompetisi wirausaha terdepan dan terbesar yang diinisiasi oleh Wismilak Foundation, menghadirkan.

Dalam membangun strategi customer experience, setiap pelaku bisnis harus menawarkan layanan kepada pelanggan tidak saja good experience, melainkan wow experience. 

“Keterbukaan informasi di era digital ini, customer senang membagikan pengalamannya ke media sosial, apabila mereka puas akan ‘wow experience.’ Penting bagi pelaku bisnis untuk terus mengevaluasi, ‘Apakah layanan kami telah cukup memberikan wow experience bagi pelanggan ?” ungkap Indra Gunawan yang telah sukses membangun Bobobox, yaitu jaringan hotel kapsul yang tengah ‘hype’ dan sedang tren, terutama di kalangan anak muda di Indonesia.

Dalam menciptakan wow experience, lakukan riset terlebih dahulu karena perubahan behavior konsumen selalu terjadi, terutama era pandemi seperti ini. Dari hasil riset yang Bobobox temui, anak muda kini tidak lagi mengutamakan harga, lokasi dan experience, namun lebih memperhatikan hygiene, less crowded dan less touch sebagai faktor utama memilih sebuah penginapan. 

Indra pun menambahkan wow experience berkaitan erat dengan bagaimana sebuah layanan menciptakan operational excellence, yaitu bagaimana segala sesuatu yang diterima dan dirasakan benar-benar menyesuaikan kebutuhan pelanggan dengan sempurna. Jangan lupa, terus bangun customer intimacy melalui pendekatan humanis sehingga mendapatkan trust.

Menurut Yogi Ang, bisnis berbasis layanan dan jasa, mouth to mouth marketing adalah segalanya

Kiat membangun strategi customer experience pun diperkaya oleh Yogi Ang, sosok sukses dibalik Captain Barbershop, tempat cukur rambut mewah terbesar dengan lebih dari 40 gerai di seluruh Indonesia. Menurutnya,  mouth to mouth marketing merupakan segalanya. Maka pastikan baik itu produk layanan maupun sumber daya manusia benar-benar memenuhi ekspektasi pelanggan agar berhasil mencuri hati mereka. Apabila kepuasan telah mencuri hatinya, mereka akan loyal dan tak segan-segan memberikan organic endorsement yang tulus. 

Kekuatan organic endorsement ini memang bukan sekadar isapan jempol, terbukti Captain Barbershop sukses menjadi ‘talk of the town’, saat salah satu gerainya dikunjungi rapper berbasis Amerika Serikat, Rich Brian serta Kaesang  Pangarep, putra dari Presiden Joko Widodo. 

Sadar akan target audience yang segmented, Yogi berani menjajal B2B (business to business) dengan meng-approach brand-brand besar yang sedang menyasar audience yang sama. Ia menawarkan kerjasama  melalui benefit value to value. Tercatat Captain Barbershop sukses memberikan added value bagi pelanggan berupa hadiah seperti sepeda motor hingga sepeda lipat dari para sponsor.

Baca Juga: Dukung wirausaha muda, Wismilak menawarkan hibah modal usaha Rp 2 miliar

Untuk memastikan standarisasi operational excellence dari masing-masing sumber daya manusia, training center memainkan peran penting. Di training center tidak saja mendapatkan pelatihan hard skill, namun yang tidak kalah penting adalah soft skill seperti kemampuan komunikasi dalam berhadapan dengan pelanggan, terutama handling customer complaint. Sehingga memiliki keseragaman SOP (standard operating procedure) dalam memberikan customer experience. 

Alumni DSC 2019, Hadid Fathul Alam, memiliki kiat tambahan dalam membangun strategi customer experience, yakni, memahami karakteristik pelanggan terlebih dahulu. Melalui OKE Garden, sebuah startup digital pengelola taman berbasis aplikasi yang dimilikinya, Hadid menganggap kemampuan membaca karakteristik menjadi kewajiban karena selera pelanggan yang subjektif. Setelah membaca karakteristik mereka, lalu ia memberikan referensi konsep taman dan jenis tanaman yang cocok disesuaikan dengan luas lahan dan budget pilihan pelanggan.

Hadid Fathul Alam memanfaatkan jejaring Diplomat Entrepreneur Network untuk menggali referensi dan knowledge taktis dari alumni DSC yang bergerak dalam bisnis pengembangan aplikasi

Hadid pun meyakinkan  generasi muda untuk  tidak ragu terjun dalam bisnis layanan atau jasa. Menurutnya, setiap wirausaha dengan segala jenis bisnis membutuhkan support system seperti ekosistem yang mendukung. 

Atas dasar itulah ia bergabung DSC 2019 yang dinilainya sebagai keputusan tepat sebagai seorang wirausaha. Setelah menjadi bagian dari Diplomat Entrepreneur Network (DEN), ia memanfaatkan betul jejaring para alumni DSC yang fokus akan produk pengembangan software aplikasi. 

Tentu dengan referensi dan knowledge yang taktis dari para alumni DSC, membantunya dalam pengembangan misi OKE Garden yakni memperbaiki ekosistem industri jasa taman di Indonesia melalui teknologi.

Selanjutnya: Prodia (PRDA) raih penghargaan Anugerah Bapeten 2021

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru