Thanksinsomnia
Dengan follower IG mencapai 500.000, Thanksinsonia kental dengan gaya grunge tahun 90an. Anake apparel awalnya menjadi andalan jualan Thanksinsomnia, mulai hoodie, jaket denim, tas ransel, topi dan kemeja. Belakangan Thanksinsomnia juga meluncurkan sneakers yang langsung menginjak pasar. Dengan harga Rp 300.000 an, sneakers bikinan Thanksinsomnia ini mampu menarik perhatian.
Baca Juga: Perusahaan Sepatu Warren Buffett akan pindahkan produksinya dari China ke Vietnam
Kolaborasi Thanksinsomnia dengan merilis koleksi khusus bersama TKW, sub label busana asal Bangkok, Thailand, Takawa Wong melecut banyak perhatian. Berdiri tahun 2013, Thanksinsomnia didirikan oleh Mohan Hazian.
Dikutip dari Kompas, perjalanan Mohan hingga ke Insomnia tak mudah. Ia misalnya pernah menjadi sales rokok sampai pegawai di sebuah toko buku. Perkenalannya dengan dunia sablon kaos hingga tas menjadi awal ide pendirian Thanksinsomnia. Di sanalah ia belajar mendesain dan memproduksi serta menjalin relasi.
Mengambil lokasi di Bumi Serpong Damai (BSD), brand Thanksinsomnia kini punya banyak penggemar di seantero negeri.
Sneaker berikutnya: World Division, di halaman berikutnya.
Word Division
Ian Connor bahkan sempat menegur sang pemilik merek World Division Rifky Ferdinan. Ian Connor sempat menuduh Word Division menjiplak. Hanya masalah menjadi adem karena ternyata Word Division sudah menggunakan logo petir lebih dulu yakni sejak 2015, sedangkan Revenge x Storm pertama kali keluar di pasar dua tahun setelahnya atau tahun 2017.
Baca Juga: Pengusaha peralatan olaharaga ternama di Inggris (1)
Rizky dalam wawacara dengan Kompas, menyebut logo petir dalam Word Division sendiri sebenarnya adalah inisial huruf ‘W’ yang dibuat agak miring. Inspirasi meyerupai petir ia dapatkan dari tato di tangannya.
Kebosanannya bekerja di industri ritel mengantarkan Rifky menjadi pebisnis kaos, awal mula bisnis World Division. Rifky semula hanya membuat kaus untuk label Word Divison (WD). Ide lain lantas mengembang derngan mencoba membikin sepatu. “Saat itu, saya diminta mertua untuk membereskan barang-barang bekas membuat sandal dan sepatu. Dari situ inspirasinya,” katanya.
Baca Juga: Viral lulusan UI tolak gaji Rp 8 juta, ini tanggapan resmi Universitas Indonesia
Bermodal Rp 5 juta, Rifky lantas mencoba-coba membuat sepatu dan menggandeng teman yang juga pengrajin sepatu. Sneakers pertamanya dibuat dalam jumlah terbatas dan mengincar pemusik lokal Bandung sebagai pasar. Salah satu pasar yang dituju para pemain skateboard. “Ini sekaligus untuk mengetes ketahanan,” ujar dia.
Dari situ pula Rifky terus membenah untuk menjual sepatu dengan kualitas andalan. Promo dengan menggandeng selebritas di dunia sneaker, antara lain Tirta Mandira Hudhi dan Bryant Notodihardjo membuahkan hasil. Kolaborasinya juga dilakukan dengan brand lain seperti Badhabbit yang fokus pada apparel kian menampaknya WD di para penggemarnya.
Yang juga membuatnya senang, koleksi sepatu dengan balutan cerita yang melatari dan dibikin dalam edisi terbatas, yakni maksimal 100 pasang ludes terjual.
Dari situ pula, Word Division makin mengukuhkan diri sebagai sneakers yang banyak diburu sneakerhead.
Jadi tak melulu sepatu impor, nyatanya banyak juga kan sneaker lokal yang layak jadi buruan para sneakerhead.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News