Inilah merek sneakers lokal yang jadi buruan milenial

Minggu, 28 Juli 2019 | 08:00 WIB   Reporter: Titis Nurdiana
Inilah merek sneakers lokal yang jadi buruan milenial


Thanksinsomnia

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Tees loky black / idr.150k / size s m l / order : line add ( @thanksinsomnia ) or whatsapp 0878-8062-0990 // www.thanksinsomniastore.com

A post shared by Thanksinsomnia® (@thanksinsomnia) on

Ini juga sneakers lokal yang juga berhasil mencuri perhatian.  Desain unik dengan harga terjangkau di kisaran Rp 300.000, Thaksinsomnia ini mampu memantik perhatian  sneakershead, pemburu sneakers.

Dengan follower IG mencapai 500.000, Thanksinsonia kental dengan gaya grunge tahun 90an. Anake apparel awalnya menjadi andalan  jualan Thanksinsomnia, mulai hoodie, jaket denim, tas ransel, topi dan kemeja. Belakangan Thanksinsomnia juga meluncurkan sneakers yang langsung menginjak pasar. Dengan  harga Rp 300.000 an, sneakers bikinan Thanksinsomnia ini mampu menarik perhatian.

Baca Juga: Perusahaan Sepatu Warren Buffett akan pindahkan produksinya dari China ke Vietnam

Kolaborasi  Thanksinsomnia dengan merilis koleksi khusus bersama TKW, sub label busana asal Bangkok, Thailand, Takawa Wong melecut banyak perhatian.  Berdiri tahun 2013, Thanksinsomnia didirikan oleh Mohan Hazian.

Dikutip dari Kompas, perjalanan Mohan hingga ke Insomnia tak mudah. Ia misalnya pernah menjadi sales rokok sampai pegawai di sebuah toko buku. Perkenalannya dengan dunia sablon kaos hingga tas menjadi awal ide pendirian Thanksinsomnia. Di sanalah ia belajar mendesain dan memproduksi serta menjalin relasi.

Mengambil lokasi di Bumi Serpong Damai (BSD), brand Thanksinsomnia kini punya banyak penggemar di seantero negeri.

Sneaker berikutnya: World Division, di halaman berikutnya.


Word Division

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Monday,1st day of ???? For order contact us @ Line@ : @sub1007f (use @) #teamwd #worddivisionshoes #worddivisionfootwear

A post shared by WORD DIVISION (@word_division) on

Fenomenal inilah barangkali kata yang bisa mengomentari  World Division. Saking sohor di dalam dan juga luar negeri, sneakers lokal asal Bandung ini sempat mendulang protes karena logo petirnya. Kemiripan dengan logo Revenge x Storm, stylist dan model kontroversial New York Ian Connor memacu perhatian netizen.

Ian Connor bahkan sempat menegur sang pemilik merek World Division Rifky Ferdinan. Ian Connor sempat menuduh Word Division menjiplak. Hanya masalah menjadi adem karena ternyata Word Division sudah menggunakan logo petir lebih dulu yakni sejak 2015, sedangkan Revenge x Storm pertama kali keluar di pasar dua tahun setelahnya atau tahun 2017.

Baca Juga: Pengusaha peralatan olaharaga ternama di Inggris (1)

Rizky dalam wawacara dengan Kompas, menyebut logo petir dalam Word Division sendiri sebenarnya adalah inisial huruf ‘W’ yang dibuat agak miring. Inspirasi meyerupai petir ia dapatkan dari tato di tangannya.

Kebosanannya bekerja di industri ritel mengantarkan  Rifky menjadi pebisnis kaos, awal mula bisnis World Division. Rifky semula hanya membuat  kaus untuk label Word Divison (WD). Ide lain lantas mengembang derngan mencoba membikin  sepatu. “Saat itu, saya diminta mertua untuk membereskan barang-barang bekas membuat sandal dan sepatu. Dari situ inspirasinya,” katanya.

Baca Juga: Viral lulusan UI tolak gaji Rp 8 juta, ini tanggapan resmi Universitas Indonesia

Bermodal Rp 5 juta, Rifky lantas mencoba-coba membuat sepatu dan menggandeng teman yang juga pengrajin sepatu. Sneakers pertamanya dibuat dalam jumlah terbatas dan mengincar pemusik lokal Bandung sebagai pasar.  Salah satu pasar yang dituju para pemain skateboard. “Ini sekaligus untuk mengetes ketahanan,” ujar dia.

Dari situ pula Rifky terus membenah untuk menjual sepatu dengan kualitas andalan. Promo dengan  menggandeng selebritas di dunia sneaker, antara lain Tirta Mandira Hudhi dan Bryant Notodihardjo membuahkan hasil. Kolaborasinya juga dilakukan dengan brand lain seperti Badhabbit yang fokus pada apparel kian menampaknya WD di para penggemarnya.

Yang juga membuatnya senang, koleksi sepatu dengan balutan cerita yang melatari dan dibikin dalam edisi terbatas, yakni maksimal 100 pasang ludes terjual.

Dari situ pula, Word Division makin mengukuhkan diri sebagai sneakers yang banyak diburu sneakerhead.

Jadi tak melulu sepatu impor, nyatanya banyak juga kan sneaker lokal yang layak jadi buruan para sneakerhead.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana

Terbaru