PARENTING - JAKARTA. Banyak pasangan yang sering keliru menyikapi postpartum depression (PPD) sebagai sindrom baby blues. Kedua sindrom ini memang mudah dialami oleh para wanita yang baru saja melahirkan. Namun mereka adalah dua sindrom yang berbeda.
Meskipun pada dasarnya hampir sama, PPD dengan baby blues memiliki perbedaan. Sindrom baby blues biasa muncul pada hari kedua hingga dua minggu setelah proses persalinan selesai. Gejala yang ditimbulkan oleh sindrom ini bisa berbeda satu ibu dengan ibu yang lain. Tetapi ada beberapa kesamaan yang dirasakan oleh para ibu tersebut.
Kebanyakan dari mereka akan mengalami perubahan suasana hati yang cukup sering. Rasa cemas juga sering dirasakan oleh kebanyakan wanita yang baru saja melahirkan. Mudah marah, sensitif, dan gampang tersinggung juga menjadi gejala yang timbul di hampir semua kasus baby blues.
Baca Juga: Cara merawat kesehatan mental bisa diajarkan ke anak, bisa dicoba
Selain hal-hal tersebut, kebiasaan baru yang cukup membuat para suami bingung adalah sang istri menjadi sering menangis, susah tidur dan gangguan makan. Lalu bagaimana dengan PPD?
Awal gejala PPD serupa dengan sindrom baby blues, tetapi rentan waktu dan gejalanya lebih intens. Postpartum Depression sendiri dapat berlangsung hingga satu tahun setelah kelahiran, dimana para ibu menjadi kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merawat bayi mereka.
Sedikit berbeda dengan baby blues, gejala PPD bisa muncul bahkan saat sang ibu sedang mengandung. Sering kali para ibu mengalami depresi, menangis berlebihan, hingga menarik diri dari keluarga saat mengalami PPD.
Gangguan makan dan tidur juga sering ditemui pada pasien postpartum depression. Rasa cemas yang dirasakan juga jauh lebih hebat dibanding rasa cemas pada sindrom baby blues. Pada tingkat yang gawat, bisa mengakibatkan serangan panik.
Adanya pikiran untuk melukai si buah hati dan diri sendiri adalah pembeda yang cukup kentara antara PPD dan sindrom baby blues.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News