Jasin Halim, tak pernah menyerah merintis usaha

Sabtu, 30 September 2017 | 19:00 WIB   Reporter: Abdul Basith
Jasin Halim, tak pernah menyerah merintis usaha


Dengan mendirikan Kioson, pria kelahiran Medan 30 Juni 1965 ini ingin menurunkan kesenjangan ekonomi masyarakat khususnya digital economy yang tumbuh pesat saat ini. Berdasarkan survei yang mereka lakukan baru sekitar 8 juta masyarakat yang melakukan transaksi di e-commerce pada tahun 2016. Padahal masih ada sekitar 100 juta lagi yang belum tersentuh digital economy dan ini peluang besar yang perlu digarap.

Kesenjangan ini terjadi, menurut Jasin karena banyak kalangan masyarakat yang belum tersentuh layanan internet. Musababnya adalah pembangunan infrastruktur yang belum merata di seluruh Tanah Air. Hal ini berdampak pada hanya segelintir saja masyarakat yang menikmati pembayaran berbasis internet seperti dengan menggunakan kartu kredit. Melihat kekosongan ini, Jasin membawa Kioson untuk menjembatani kekosongan tersebut. Kioson disiapkan menjadi jembatan untuk solusi pembayaran digital economy.

Di bawah kepemimpinan Jasin, Kioson menawarkan empat solusi untuk pengembangan ekonomi digital di tengah masyarakat. Kioson menawarkan sistem retailingpayment point, keagenan dan penawaran kredit.

Untuk retailing, mitra Kioson bisa menjual sejumlah produk, seperti pulsa, telepon genggam, hingga pakaian. Dengan sistem payment, mitra bisa menyediakan layanan pembayaran listrik, telepon, air PAM, hingga cicilan kredit sepeda motor. Sementara, keagenan, mitra Kioson bisa menjadi agen bank dengan menjadi fasilitator pembukaan rekening, tarik tunai sampai setor tunai.

Pedagang juga bisa menjadi agen untuk berbelanja secara online. Terakhir, penawaran kredit dengan jaminan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB). Kioson pun menawarkan kartu kredit. Dengan fitur-fitur ini, otomatis pendapatan pedagang bisa bertambah dan masyarakat pun teredukasi mengenai mengenai ekonomi digital.

Dalam pengembangan pangsa pasar Kioson, Jasin menyasar masyarakat lapisan kedua yang selama ini belum tersentuh e-commerce. Mereka ini seperti pemilik warung-warung konvensional yang jumlahnya juga cukup besar. Karena itu, ia mengistilahkan peluang pasar ini bagaikan samudera biru yang sangat luas dan tanpa jelas batas-batasnya. Tentu saja hal ini tidaklah mudah.

Editor: Dupla Kartini
Terbaru